Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~21
"Lepaskan!"
Hanna nampak memberontak ketika Jiro menggendongnya paksa dan membawanya masuk kedalam mobilnya.
Setelah mendudukkan wanita itu dikursinya dan memasang sabuk pengaman, pria itu pun segera menutup pintu lalu dengan cepat memutari mobilnya kemudian masuk dan duduk di balik kemudi tak lupa mengunci pintunya sebelum kembali melajukan kendaraannya tersebut.
Hanna pun langsung membuang wajahnya ke samping, rasanya ia tak punya lagi tenaga untuk berdebat dan memilih membungkam bibirnya sembari berharap semoga cepat sampai rumahnya.
Jiro yang sedang mengendarai mobilnya sesekali menatap wanita di sampingnya itu yang diam seribu bahasa seakan tak menganggapnya ada.
"Jika tak ingin datang sebagai tamu undangan untuk apa kamu datang sebagai pelayan, apa itu caramu untuk menarik perhatianku?" ucapnya penuh dengan sindiran.
Hanna yang mendengar itu pun nampak tak peduli, terserah pria itu mau menuduhnya seperti apa karena di matanya ia adalah penjahatnya jadi apapun yang akan ia jelaskan tak ada gunanya.
"Apa pendengaranmu sudah tidak berfungsi? Jika ada orang bertanya maka jawablah!" Jiro menatap tak sabar wanita yang sedang duduk di sampingnya tersebut.
Hanna tetap menutup mulutnya rapat bahkan kini wanita itu nampak memejamkan matanya berharap segera tertidur dan terbangun saat sudah sampai, namun tiba-tiba pria itu justru mengerem mobilnya mendadak hingga menimbulkan bunyi nyaring yang membuatnya langsung membuka matanya terkejut.
"Kamu punya mulut jadi jika ada yang bertanya bukankah kamu harus menjawabnya?" ulang pria itu lagi dengan penuh penekanan menatap wanita itu.
Hanna pun akhirnya balas menatapnya. "Kamu tidak bertanya tapi menuduhku jadi apa perlu ku jawab? Silakan pertahankan argumenmu dan aku pertahankan argumenku juga tuan CEO yang terhormat dan terima kasih atas tumpangannya aku bisa pulang sendiri,"
Hanna langsung membuka pintunya untuk turun namun rupanya di kunci, saat ia kembali menatap pria itu untuk membukanya mobil justru kembali melaju membelah jalanan malam itu.
Hanna enggan melayangkan protes karena pasti akan berakhir dengan perdebatan jadi wanita itu memutuskan untuk kembali bersandar di sandaran kursinya tanpa sepatah kata pun, begitu juga dengan Jiro yang kini nampak fokus menyetir dengan wajah datarnya tanpa ekspresi.
Sepanjang jalan mereka tak lagi saling bicara dan hanya suara napas dari keduanya yang terdengar samar sampai mobil berhenti di depan area apartemen wanita itu.
Hanna segera membuka pintunya tapi rupanya masih di kunci dan wanita itu pun mau tak mau menatap pria itu.
"Bisa buka pintunya sekarang!" ucapnya kemudian.
Jiro menatapnya lebih tepatnya menatap penampilan wanita itu yang berantakan dengan kemeja putih yang di kenakannya nampak basah hingga mencetak da la man nya, kemudian pria itu pun melepaskan jasnya.
"Gunakan ini untuk menutupi pakaianmu!" perintahnya seraya mengulurkan jasnya tersebut.
Hanna hanya menatapnya tanpa berniat mengambilnya. "Terima kasih tapi aku tak memerlukannya," tolaknya, baginya saat ini ia hanya ingin sampai di rumahnya dan segera membersihkan tubuhnya lalu menenangkan diri.
Jiro langsung menatapnya kesal lalu tiba-tiba memakaikannya di punggung wanita itu dengan paksa, setelah itu segera membuka pintunya.
Saat Hanna ingin menarik jasnya yang telah membungkus punggungnya tiba-tiba pria itu kembali berkata. "Buang saja jika tak mau, saya tak biasa menggunakan pakaian bekas orang lain!"
Hanna pun sontak geram mendengarnya, kemudian wanita itu segera turun dan menutup pintunya dengan kasar. Lagipula lumayan juga dapat kain lap gratisan pikirnya.
Jiro membuang napasnya kesal, kemudian segera mengemudikan mobilnya kembali meninggalkan wanita yang tanpa ia sadari nampak berjalan pincang menuju apartemennya tersebut.
Sesampainya di rumahnya Hanna baru merasakan nyeri di kakinya dan rupanya sudah berlumuran darah, mungkin ia tak sengaja menginjak pecahan kaca di jalan tadi.
Kemudian wanita itu pun segera membersihkan dirinya dan membungkus luka di kakinya dengan kain agar darahnya cepat berhenti, harusnya ia bawa ke rumah sakit tapi ia sudah tak memiliki uang lagi meskipun hanya sekedar untuk membeli obat oles.
Keesokan harinya ....
Pagi itu Hanna terbangun ketika mendengar ketukan dari luar. "Hanna, apa kamu masih tidur?"
Hanna nampak mengusap matanya untuk mengurangi rasa kantuk mengingat semalam tak bisa tidur karena selain terlalu banyak pikiran luka di kakinya juga terasa semakin nyeri meskipun darahnya telah berhenti.
"Iya Sarah," ucapnya setelah membuka pintunya dan di lihatnya sahabatnya itu sudah berdiri di depan pintunya.
"Hanna, apa kamu baik-baik saja?"
Sarah pun nampak mengkhawatirkan keadaan wanita itu mengingat semalam di usir dari pesta tempat mereka bekerja part time.
"Seperti yang kamu lihat," Hanna tersenyum kecil sembari membuka pintunya lebar agar sahabatnya itu masuk kedalam.
Saat hendak masuk Sarah tak sengaja melihat kearah kaki wanita itu yang di bungkus sebuah kain putih. "Kakimu kenapa Hanna?" tanyanya khawatir, apa karena kejadian semalam?
Sebenarnya Sarah juga tak tahu pasti bagaimana kejadian yang sebenarnya mengingat semalam ia berbagi tugas dengan wanita itu dan tahu-tahu sudah terjadi keributan di sana.
"Aku baik-baik saja Sarah, semalam tak sengaja menginjak beling saat pulang. Oh ya apa itu tasku?" Hanna melihat tasnya di bawa oleh wanita itu, semalam ia memang langsung pergi dan tak sempat membawa barang-barangnya.
"Hm, kamu meninggalkannya di loker." Sarah langsung memberikannya.
"Ngomong-ngomong apa kamu sudah ke dokter Hanna? sepertinya lukamu lumayan dalam," Sarah terlihat khawatir menatap kaki wanita itu.
"Aku baik-baik saja kok, oh ya bagaimana keadaan setelah aku pergi? Apa pesta di lanjutkan?"
Hanna nampak penasaran karena tidak mungkin pesta di lanjutkan sedangkan sang calon mempelai justru pergi mengantarnya pulang.
"Tidak, setelah pria yang mengusirmu meminta maaf kepada para tamu dia langsung meninggalkan pesta dengan tunangannya entahlah mungkin mau pergi menghabiskan malam bersama." terangnya kemudian.
Hanna hanya mengangguk kecil dan tak ingin lagi membahasnya terlebih CEOnya tersebut yang hanya akan membuat kepalanya terasa sakit.
"Oh ya Hanna, bos marah besar padamu dan tidak ingin merekrutmu lagi bekerja part time di tempatnya, lalu untuk upahmu semalam tidak di bayar karena di gunakan untuk mengganti kerugian hotel." tukas Sarah dengan wajah penuh penyesalan menatap sahabatnya tersebut.
Hanna langsung tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja Sarah, justru jika bos tidak berbuat seperti itu maka perlu di pertanyakan karena semalam aku juga tak bisa mengontrol emosiku," ucapnya menanggapi.
"Lalu apa rencanamu Hanna, kenapa kamu tidak cerita jika yang semalam tunangan adalah bosmu di kantor?" Sarah masih nampak tak percaya.
"Semua sudah berlalu Sarah dan besok aku akan menyerahkan surat resignku," sahut Hanna. Ia sudah memikirkan matang-matang untuk tidak bekerja lagi di kantornya dan ia akan siap menerima resikonya asalkan tidak bekerja lagi dan berurusan dengan bosnya itu.
awas aja nanti kamu nyesel
bgtulah jeroan hobi nya ngintilin aja kurang ekrjaan,pasti hbis ini ngehina hanna lgi🥴🥴