Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 14_Perjamuan Keluarga
Kirana kini tinggal di sebuah rumah dinas mewah yang disediakan oleh Arjuna, terpisah dari penthouse utama. Rumah itu terletak di sebuah kompleks elit, dilengkapi dengan staf rumah tangga yang sopan dan profesional. Meskipun rumah itu indah, bagi Kirana, rasanya dingin dan asing.
Ia menghabiskan waktu luangnya dengan membaca buku tentang kehamilan dan belajar bahasa baru, berusaha keras untuk mempersiapkan diri menyambut bayinya dan meningkatkan dirinya agar kelak ia bisa mandiri.
Di kantor, ia menjadi robot profesional. Ia bekerja tanpa lelah di bawah pengawasan Arjuna yang masih dingin dan menuntut. Arjuna memperlakukannya persis seperti asisten, tidak ada sentuhan atau kata-kata yang mengisyaratkan bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Hal ini membuat Kirana merasa aman karena batas-batas kontrak mereka terjaga, namun juga terasa menghinakan.
Setiap pagi, ia menutup rapat cincin berliannya dengan plester. Setiap kali Arjuna memanggilnya 'Nona Aulia', ia membalasnya dengan 'Pak Arjuna'.
Namun, gejala kehamilannya semakin sulit disembunyikan. Mual di pagi hari menjadi sangat parah. Ia sering harus berlari ke toilet, dan tubuhnya cepat lelah.
Suatu pagi, saat ia sedang membersihkan meja Arjuna, ia melihat sisa makanan sarapan yang sangat berminyak. Perutnya langsung bergejolak. Ia buru-buru menunduk, mencoba menahan.
"Nona Aulia, kamu sudah mengirimkan draf perjanjian lisensi ke Tuan Robert?" tanya Arjuna, yang baru saja masuk dan melihat Kirana membungkuk di samping meja.
"Sudah, Pak," jawab Kirana, suaranya sedikit gemetar.
Arjuna mendekat, tatapannya menyipit. "Aku sudah bilang, jika kamu sakit, segera minta cuti. Aku tidak suka melihat karyawan yang tidak fokus."
"Saya hanya butuh sedikit udara segar, Pak," kata Kirana, lalu segera menuju jendela, mengambil napas dalam-dalam.
Arjuna mengamati Kirana. Ia tahu Kirana hamil. Ia melihat biskuit tawar dan air jahe yang selalu Kirana simpan. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi ia mulai mengurangi tingkat kesulitan tugas-tugas fisik untuk Kirana, seperti melarangnya membawa berkas berat atau meminta Bayu yang mengurus makanan. Arjuna mungkin kejam, tetapi ia logis. Ia tidak ingin istrinya, yang sedang mengandung pewarisnya, jatuh sakit di kantor.
Seminggu setelah pernikahan kontrak mereka, Laksmi Mahesa menuntut agar Kirana dan Arjuna makan malam resmi di kediaman utama, sebagai perayaan kecil pernikahan mereka. Arjuna tidak bisa menolak permintaan ibunya.
Itu adalah malam pertama Kirana memasuki penthouse utama Mahesa sebagai istri Arjuna.
"Ingat, Kirana. Malam ini, kamu adalah istriku. Tunjukkan bahwa kamu adalah wanita yang sopan, terpelajar, dan bahagia menikah denganku," bisik Arjuna kepada Kirana di mobil, sebelum mereka masuk.
"Tentu, Pak Arjuna. Saya adalah Asisten Pribadi Bapak, saya tahu cara bersandiwara," balas Kirana dingin.
"Bagus. Dan jangan pernah, sekali pun, membicarakan kontrak atau kehamilanmu di depan orang tuaku," ancam Arjuna.
Saat mereka masuk, Laksmi menyambut Kirana dengan pelukan hangat, diikuti oleh Harun yang memberikan senyum ramah.
"Selamat datang, Nak. Rasanya senang sekali akhirnya melihat kamu di rumah ini," kata Laksmi, menuntun Kirana ke meja makan yang megah.
Perjamuan itu terasa sangat mewah, dengan piring-piring porselen indah dan hidangan yang lezat. Kirana duduk di samping Arjuna, mencoba berperan sebagai istri yang pemalu dan pendiam.
Laksmi, yang sangat bersemangat memiliki menantu baru, tidak berhenti berbicara.
"Arjuna, kamu sangat beruntung mendapatkan Kirana. Dia sangat sederhana dan baik hati. Mama yakin dia akan segera memberimu cucu," kata Laksmi sambil tersenyum penuh makna.
Kata 'cucu' membuat Kirana tersentak, dan rasa mualnya tiba-tiba kambuh. Aroma masakan yang kaya rempah-rempah kini terasa terlalu menyengat.
"Mama harap kalian segera memikirkan itu, Nak. Mama sudah tua, Mama ingin segera menimang cucu," tambah Laksmi, memperhatikan ekspresi Kirana yang mendadak berubah.
"Mama," potong Arjuna cepat, merasakan ketegangan Kirana.
"Tolong jangan menekan Kirana. Kami baru saja menikah."
"Tidak apa-apa, Mama," kata Kirana, berusaha tersenyum. Namun, ia tidak bisa menahannya lagi. Rasa mual itu sangat kuat.
Ia segera meletakkan garpunya.
"Permisi sebentar. Saya... kelelahan. Saya akan ke kamar mandi."
Kirana bergegas menuju kamar mandi terdekat, mengunci diri. Ia memuntahkan isi perutnya, air matanya bercampur dengan rasa sakit dan panik. Ia terlalu dekat. Ia hampir membongkar rahasianya.
Di luar, Laksmi berdiri, ekspresi kegembiraan di wajahnya kini digantikan oleh kekhawatiran yang mendalam.
"Dia baik-baik saja?" tanya Laksmi pada Arjuna.
"Tentu, Ma. Dia hanya kelelahan karena pekerjaan. Aku memberinya banyak tugas," jawab Arjuna datar, berusaha menutup-nutupi.
Namun, Laksmi bukan wanita bodoh. Ia menoleh ke arah Arjuna.
"Kelelahan? Atau mual, Arjuna? Mama tahu ciri-ciri wanita yang sedang berbadan dua."
Arjuna membeku. Ia tidak menyangka Ibunya akan langsung menduga.
"Mama, hentikan. Jangan mengarang cerita."
"Aku tidak mengarang, Arjuna. Coba lihat," Laksmi mengambil salah satu piring Kirana. "Dia sama sekali tidak menyentuh udang balado, padahal itu kesukaannya. Dan dia hanya memakan biskuit tawar yang ia bawa. Itu bukan gejala kelelahan, itu gejala awal kehamilan!"
Laksmi menatap putranya dengan mata berbinar-binar penuh harapan.
"Katakan pada Mama, Arjuna. Apakah Kirana sedang hamil?"
Arjuna terdiam, menyadari bahwa ia tidak bisa lagi berbohong pada ibunya yang cerdas dan penuh perhatian. Ia tahu, jika ia berbohong, Laksmi akan menyuruh Kirana pergi ke dokter, dan kebenaran akan terbongkar dengan cara yang lebih berantakan.
Arjuna menarik napas dalam, memegang bahu Ibunya, dan berbisik pelan, "Ya, Ma. Dia hamil. Tapi ini harus menjadi rahasia kita. Dia masih sangat awal, dan dia tidak mau ada yang tahu di kantor."
Laksmi Mahesa menjerit tertahan, air mata bahagia langsung mengalir di pipinya.
"Ya Tuhan! Mama akan punya cucu! Kenapa kamu tidak memberitahu Mama!"
"Kami ingin menunggu, Ma. Tapi tolong, jangan sampai Papa tahu dulu. Dan jangan sampai ada yang tahu di kantor," mohon Arjuna.
Laksmi mengangguk cepat, wajahnya kini berseri-seri.
"Tentu saja, Nak. Mama akan menjaganya. Kirana akan menjadi menantu kesayangan Mama. Mama akan memastikan dia mendapatkan perawatan terbaik!"
Ketika Kirana keluar dari kamar mandi, wajahnya masih pucat, namun ia terkejut melihat Laksmi langsung memeluknya lagi, kali ini dengan kehangatan yang jauh lebih besar.
"Sayang! Kamu tidak perlu khawatir. Mama akan menjagamu! Mama mengerti, Nak. Jangan terlalu lelah di kantor ya. Arjuna, pastikan istrimu makan yang bergizi!" kata Laksmi, suaranya penuh kasih sayang.
Kirana menatap Arjuna dengan mata terbelalak, bertanya-tanya. Arjuna hanya memberi sinyal samar-samar, menunjukkan bahwa rahasia mereka sudah diketahui, tetapi kini berada di tangan yang aman.
Kirana menyadari, meskipun ia terikat pada kontrak pernikahan yang dingin dengan Arjuna, ia baru saja mendapatkan sekutu tak terduga dalam diri Laksmi Mahesa, calon nenek dari bayinya.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
trs knp di bab berikutnya seolah² mama ny gk tau klw pernikahan kontrak sehingga arjuna hrs sandiwara.
tapi ya ga dosa jg sih kan halal
lope lope Rin hatimu lura biasa seperti itu terus biar ga tersakiti