Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 5
Sinar matahari pagi menembus celah jendela, membangunkan Shi Hao dari tidur nyenyaknya.
Hal pertama yang ia rasakan adalah bau busuk.
"Ugh... baunya seperti bangkai tikus yang direndam cuka," keluh Shi Hao sambil menutup hidung.
Ia melihat ke bawah selimut sutranya. Tubuhnya dilapisi lendir hitam lengket. Seprai mahalnya sudah tak tertolong lagi. Ini adalah kotoran sumsum dan racun tubuh yang dipaksa keluar oleh efek sup obat semalam.
Shi Hao melompat turun dari tempat tidur. Gerakannya terasa aneh terlalu ringan. Saat ia mendarat di lantai, ia nyaris melompat lagi karena tidak sengaja menekan lantai terlalu keras.
Krak.
Ubin lantai kayu di bawah kaki kecilnya retak sedikit.
Mata Shi Hao berbinar. "Pembersihan Sumsum Tingkat Awal! Otot dan tulangku sekarang sepadat baja, meskipun dari luar terlihat lembut seperti tahu."
Ia segera berlari ke kamar mandi, membersihkan diri secepat kilat, dan membakar seprai kotor itu di tungku pemanas ruangan agar tidak meninggalkan bukti. Pelayan hanya akan mengira Tuan Muda mengompol dan malu, jadi membakar buktinya. Rencana sempurna.
Siang harinya, di Halaman Latihan Keluarga Zhu.
Zhu Hao berdiri dengan tangan bersedekap, wajahnya serius. Di sampingnya berdiri seorang pria paruh baya berotot kekar dengan bekas luka di pipi Guru Liu, instruktur bela diri terbaik di kota ini yang disewa khusus.
Di hadapan mereka, Shi Hao (3 tahun) berdiri tegak dengan pakaian latihan putih yang agak kebesaran.
"Patriark," ucap Guru Liu dengan suara berat. "Apakah Anda yakin? Usia tiga tahun terlalu dini untuk Martial Foundation. (Yayasan Bela Diri) Tulangnya masih lunak. Biasanya kita mulai di usia lima atau enam tahun."
Zhu Hao menggeleng. "Anak ini berbeda. Tes saja dia. Jika dia tidak kuat, kita berhenti."
Guru Liu menghela napas, menatap bocah kecil di depannya dengan tatapan meremehkan. "Baiklah. Tuan Muda, dengarkan. Latihan pertama adalah Kuda-kuda. Ini fondasi dari segala bela diri."
Guru Liu mencontohkan posisi jongkok lebar dengan punggung tegak. "Tahan posisi ini. Anak seusiamu biasanya hanya bisa bertahan waktu sepuluh napas. Jika kau bisa bertahan lima puluh napas, itu sudah ajaib."
Shi Hao menahan keinginan untuk memutar bola matanya. 'Di kehidupan laluku, aku pernah melakukan ini selama tiga bulan tanpa bergerak di bawah air terjun.'
Namun, demi menjaga sandiwara, Shi Hao mengangguk polos. "Baik, Guru!"
Shi Hao membuka kakinya, menekuk lutut, dan memasang posisi Kuda-kuda sempurna. Punggungnya lurus seperti tombak, napasnya teratur.
Satu menit berlalu. Lima menit berlalu. Lima belas menit berlalu.
Keringat mulai menetes di dahi Guru Liu bukan karena lelah, tapi karena bingung. Bocah ini tidak gemetar sama sekali! Kakinya sekokoh pilar batu.
Zhu Hao tersenyum tipis. "Bagaimana, Guru Liu?"
Guru Liu merasa tertantang. "Posturnya bagus. Tapi apakah fondasinya kuat? Izinkan saya menguji keseimbangannya."
Guru Liu berjalan mendekat. Ia meletakkan tangan besarnya di bahu mungil Shi Hao. Awalnya pelan, lalu ia mulai memberikan tekanan.
Tekanan 10 kilogram. Shi Hao diam. Tekanan 20 kilogram. Shi Hao masih diam. Tekanan 50 kilogram!
Wajah Guru Liu berubah kaget. Tekanan ini cukup untuk membuat anak remaja jatuh berlutut, tapi bahu bocah tiga tahun ini terasa seperti gunung kokoh. Tidak bergeming sedikit pun!
'Energi apa ini? Tubuh fisiknya... padat sekali!' batin Guru Liu.
Shi Hao di sisi lain mulai kesal. 'Orang tua ini, kalau kau tekan lebih keras lagi, lantai di bawah kakiku yang akan hancur duluan!'
Shi Hao sengaja "pura-pura" goyah sedikit agar Guru Liu melepaskan tangannya.
"Cukup!" seru Guru Liu, menarik tangannya dengan takjub. "Bakat alami! Tulang Tuan Muda adalah Tulang Surgawi!"
Zhu Hao tertawa bangga. "Hahaha! Tentu saja! Sekarang tes kekuatannya."
Guru Liu menunjuk sebuah tiang kayu ulin (kayu besi) yang tertancap di tanah. Kayu itu sangat keras, biasa digunakan untuk latihan para prajurit dewasa.
"Tuan Muda, cobalah pukul kayu itu sekuat tenaga. Jangan takut sakit, saya sudah menyiapkan salep."
Shi Hao berjalan mendekati tiang kayu itu. Ia menatap serat kayunya.
'Seberapa kuat aku harus memukul? Kalau terlalu pelan, ayah akan kecewa. Kalau terlalu keras...'
Shi Hao memutuskan menggunakan 30% tenaga fisiknya saja. Tanpa Qi, hanya otot murni hasil sup obat curian.
"Hiaaa!" teriak Shi Hao dengan suara imutnya.
Kepalan tangan mungil itu melesat lurus. Teknik tinju dasar yang sederhana, namun padat.
BUM!
Suara hantaman itu terdengar berat dan tumpul, tidak seperti tangan anak kecil memukul kayu, melainkan seperti palu godam menghantam tembok.
Guru Liu dan Zhu Hao terbelalak.
Di permukaan kayu ulin yang keras itu, tercetak jelas lekukan sedalam dua sentimeter berbentuk kepalan tangan kecil. Serat kayu di sekitarnya retak menjalar.
Hening. Burung gagak lewat di atas kepala mereka.
Shi Hao menarik tangannya, lalu meniup kepalan tangannya yang sedikit merah. "Aduh, sakit..." (Akting).
Guru Liu berjalan mendekati tiang kayu itu. Ia meraba bekas pukulan tersebut. Jarinya gemetar.
"Kayu Ulin... dia membuat penyok Kayu Ulin..." gumam Guru Liu tak percaya. Ia menoleh ke Zhu Hao dengan tatapan ngeri bercampur kagum. "Patriark, Tuan Muda bukan manusia. Kekuatan fisiknya setara dengan kultivator Qi Condensation tingkat 1, padahal dia belum mulai mengumpulkan Qi!"
Zhu Hao menelan ludah. Ia tahu anaknya jenius, tapi tidak menyangka semengerikan ini.
Zhu Hao berjongkok, memegang bahu Shi Hao. Wajahnya berubah sangat serius.
"Hao'er. Dengarkan Ayah."
"Ya, Ayah?"
"Jangan pernah tunjukkan kekuatan ini di depan orang luar. Di depan orang lain, kau hanya boleh menggunakan setengah... tidak, sepersepuluh dari tenagamu. Mengerti?"
Zhu Hao sadar. Bakat seperti ini akan mengundang cemburu. Jika musuh tahu Klan Zhu memiliki monster seperti ini, mereka akan melakukan segala cara untuk membunuhnya sebelum ia dewasa.
Shi Hao mengangguk patuh. "Mengerti, Ayah. Aku akan jadi anak lemah yang manis."
Zhu Hao berdiri dan menatap langit sore. "Lima tahun... Kita tunggu sampai usianya lima tahun untuk Upacara Pembangkitan Roh. Saat itu, dunia akan gempar."
Shi Hao tersenyum dalam hati. 'Lima tahun? Terlalu lama. Saat usia lima tahun nanti, aku pastikan aku sudah mencapai Qi Condensation tingkat 5 secara diam-diam.'
Hari itu menandai berakhirnya masa balita yang "normal". Shi Hao kini memiliki izin untuk berlatih, akses ke perpustakaan teknik bela diri, dan yang terpenting pasokan obat resmi dari ayahnya (jadi dia tidak perlu mencuri sup lagi).