NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Usaha Gladys Mengubah Cara Berfikir Amira

Flashback.

Di rumah Arga.

"Bagaimana harimu? Apakah Healing-nya menyenangkan?"

Gladys mengangguk sambil duduk di sebelahnya. "Menyenangkan. Rasanya sudah lama sekali tidak merasakan udara luar."

Arga tersenyum tipis. "Kalau kamu senang, aku juga ikut senang." Arga menarik tubuh istrinya, lalu memangkunya dengan santai.

"Kalau kamu sendiri gimana? Kerjaan lancar?" tanya Gladys sambil mengusap pipi Arga.

"Lancar. Karena kamu bahagia, aku juga jadi semangat cari uang. Nggak ada masalah hari ini, semuanya berjalan mulus. Aku mandi dulu, ya."

Gladys hanya mengangguk. Begitu Arga menghilang ke kamar mandi, senyuman di wajah Gladys memudar. Tatapannya nanar karena pikirannya kembali tersedot ke Amira.

Sudah beberapa kali mereka saling menulis di buku diary. Cara satu-satunya untuk tetap berkomunikasi tanpa menimbulkan kecurigaan. Dalam salah satu tulisan, Gladys bilang kalau uang yang dia kasih tempo hari, pergunakan untuk keinginan Amira yang belum terpenuhi. Tapi Amira malah minta maaf, karena uangnya diamankan oleh ibu mertuanya demi kebaikan, begitu katanya.

Entah kenapa, kalimat itu membuat hati Gladys tidak tenang. Apalagi ditambah kabar dari sopir bahwa Amira sering terlihat dimarahi oleh ibu mertuanya. Semua itu membuat Gladys merasa bersalah karena dalih arisan yang ia buat hanya untuk memberi uang kepada Amira, telah salah. Ia malah membuat Amira tambah sengsara. Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk menemui Amira secara langsung.

Tapi sebelum itu, ia ingin bercerita dulu ke Arga. Tentang Amira.

Menunggu suaminya selesai mandi, Gladys duduk di depan cermin. Ia merapikan rambut, mengoleskan moisturizer, lalu merapikan pakaiannya. Bukan untuk siapa-siapa. Ia hanya ingin tetap tampil baik di depan Arga seperti kebiasaannya.

Ketika berdiri dan mau berbalik dari cermin, seketika suasana kamarnya menjadi asing. Yang terang benderang berubah menjadi aura senja yang menggantung antara siang dan malam. Tidak gelap, juga tidak terang. Dimanakah ini? Gladys kebingungan. Dia berjalan mencari jalan keluar, meskipun langkahnya terasa tidak menapak.

Hingga...

"Sayang."

Gladys menoleh ke arah sumber suara. Itu Arga. Tempat asing yang dia jajaki tadi seketika lenyap. Semuanya kembali seperti semula. Interior rumah Arga kembali Gladys lihat. Namun dirinya buka lagi di kamar, tapi ada di dapur.

"Aku cari-cari di kamar nggak ada, ternyata kamu di sini. Kalau butuh apa-apa tinggal telepon aja, Sayang. Jadi istri seorang Arga tuh nggak usah repot-repot, bahkan cuma ke dapur sekalipun. Kamu lapar atau mau ambil apa?"

"Ah iya, aku tadi mau ambil minum, sayang. Aku haus."

Arga mengerutkan dahi. "Bukannya di kamar sudah tersedia air minum ya? Sudah habis kah? Perasaan tadi masih banyak. Oh, atau kamu mau minum jus?"

"Iya sayang, aku maunya jus yang seger-seger." Bohong Gladys. Arga hanya manggut-manggut, lalu cekatan ambil jus dari dalam kulkas.

Aku pasti cuma berhalusinasi lagi tadi. Batin Gladys.

"Nih, pegang," ucap Arga sambil menyerahkan segelas jus.

"Pegang yang kuat, ya. Jangan sampai tumpah" lanjut Arga setengah membungkuk.

"Memangnya kamu mau ngapain--eh!" Gladys kaget saat Arga tiba-tiba mengangkat tubuhnya dalam gendongan bridal style. Untung saja jus di tangannya tidak tumpah. Arga berjalan menuju kamar.

Di dalam kamar.

Gladys duduk di tepi ranjang, menatap Arga dengan wajah serius. "Sayang, aku ada yang mau dibicarakan."

"Tentang apa? Katakan saja, aku siap mendengarkan."

Gladys menarik napas sejenak, lalu mulai bercerita. "Aku punya teman. Namanya Amira. Orangnya baik sekali, dan juga tulus."

"Apakah ada orang yang tulus selain kamu? Aku rasanya tidak percaya." Arga malah nanya.

"Ada, Sayang. Kak Amira itu sahabat yang mengagumkan. Kalau aku laki-laki, mungkin aku sudah jatuh cinta padanya."

Mendengar itu, ekspresi Arga langsung berubah. Nada suaranya mengeras sedikit. "Sudahlah, jangan bahas orang lain di antara kita. Memangnya apa yang bikin dia begitu mengagumkan menurutmu?"

"Dia menolong aku tanpa pikir panjang, tanpa peduli keselamatan dirinya sendiri. Gara-gara bantu aku, dia malah sering kena musibah. Tapi yang bikin aku salut, dia tetap bisa tersenyum, tetap berpikir positif. Bahkan mungkin dia nggak sadar kalau dirinya sebenarnya sedang ditindas."

"Dia nolong kamu dari apa?"

Gladys kembali menarik napas, mengenang kejadian itu. "Waktu itu aku lagi jalan-jalan, menikmati suasana lingkungan anak-anak main, ibu-ibu ngobrol. Tiba-tiba aku lihat seekor ular kobra muncul di dekatku. Aku panik. Tapi Amira, yang saat itu lagi hamil, malah berani hadang ular itu buat selamatin aku. Padahal gerakannya jelas dia nggak punya pengalaman hadapi hal kayak gitu."

Arga mendengus. "Untung kamu nggak kenapa-kenapa. Dia juga baik-baik aja, kan? Terus Pak Bambang ke mana waktu itu?"

"Pak Bambang lagi ke toilet. Kebetulan kami sempat kepisah."

Mendengar itu, rahang Arga tampak mengeras. Gladys langsung berusaha membujuk Arga agar tidak marah ke siapapun. Bagi Arga, keselamatan Gladys adalah segalanya. Karena itu dia ingin segera menyelesaikan urusan ini dengan cara praktis.

"Kalau begitu, nanti aku kasih kompensasi untuknya. Biar urusan antara kamu dan dia selesai."

Gladys menggeleng cepat. "Jangan. Uang cuma akan bikin mertuanya senang. Aku nggak mau dia merasa dibayar karena udah nolong aku. Aku cuma minta satu, izinkan aku tetap bersahabat dengannya. Aku ingin menolongnya dengan cara yang lain."

Arga menatap Gladys lama. Lalu ia mengangguk, "Baik. Tapi syaratnya satu, temanmu itu nggak boleh berubah jadi laki-laki. Aku khawatir kamu benar-benar jatuh cinta padanya nanti."

Gladys tertawa lepas mendengar kekhawatiran suaminya yang absurd itu.

Dan malam pun bergulir panjang, membawa mereka dalam kehangatan yang panjang pula.

...*****...

Gladys dan Amira kembali bertemu. Seperti biasa, pertemuan mereka hanya bisa terjadi saat Amira mendapat celah, entah saat disuruh ke warung atau ada urusan yang mengharuskannya keluar rumah. Dengan moment itu, barulah Amira bisa ketemuan sama Gladys tanpa gangguan atau drama apapun.

Disitu, Amira dan Gladys hanya menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dari hati ke hati. Sambil berbincang, Amira tidak tinggal diam. Tangannya sibuk memetik daun-daun sayuran segar langsung dari pohonnya, mengumpulkannya ke dalam plastik kecil yang ia bawa.

Gladys menatap Amira penuh iba, lalu bertanya pelan, "Kak, itu buat apa?"

Amira tersenyum kecil sambil terus memetik daun-daun segar. "Buat masak. Lagi kepengen sayur ini dicampur teri. Wuenak pol. Nanti Mbak Gladys harus coba."

Gladys ikut tersenyum. "Ngidam ya? Lagi kepengen si kecil yang di dalam perut?"

Amira terkekeh pelan, tawa ringan yang justru membenarkan perkataan Gladys.

Gladys berdecak gemas. "Masa udah hamil, masih repot sendiri. Kalau lagi kepengen sesuatu, tinggal bilang ke suami aja, Kak. Biar suami yang usahain. Kamu kan lagi bawa anaknya."

"Nggak apa-apa, Mbak. Selagi masih bisa dikerjain sendiri, ya aku kerjain aja."

Dalam hatinya, Amira bergumam lirih, menyimpan keinginan yang tidak sempat ia ucapkan. Andai saja Mas Ardi bisa memanjakanku seperti kata Mbak Gladys. Tapi dia malah bilang, jangan dikit-dikit manja.

Senyum Amira tetap terjaga, tapi Gladys tahu, ada yang ditahan oleh sahabatnya itu.

Setelah beberapa saat terdiam, Gladys akhirnya bertanya kembali. Suara hatinya mengalir lewat kata-kata.

"Kak, selama ini… kamu benar-benar nggak bisa pegang kendali atas rumah tanggamu sendiri? Maksudku, sebagai istri, pasti ada dong rencana-rencana sama suami. Entah itu mau tinggal di mana, mau hidup seperti apa… Masa kamu nggak kepikiran untuk tinggal terpisah? Nggak sumpek tinggal serumah bareng keluarga mertua, Kak?"

"Bukankah justru itu yang baik, bisa berbakti sama orang tua suami? Aku anggap ini ladang pahala buatku… Ya, manusiawi kalau ada keinginan dan rencana. Tapi nanti sajalah. Aku sendiri belum tahu akan bagaimana ke depannya." Jawab Amira. Mulut boleh saja tersenyum lebar, namun matanya tetap memancarkan sesuatu yang tidak enak. Amira pun merasa ada perasaan perih tapi dia berusaha menyangkalnya.

"Kak Amira…Hidupmu terlalu berharga untuk kamu habiskan bersama orang yang salah. Kalau kamu terus bertahan, kamu sebenernya sedang menyiksa dirimu sendiri."

Amira kali ini diam. Tidak ada sanggahan.

Inilah kalimat Gladys yang selalu terngiang-ngiang di masa depannya, menjadi bahan pemikiran untuk melihat cara pandangnya yang selama ini ternyata salah atau keliru.

Dan bagi Gladys, wanita itu tidak akan menyerah menyadarkan Amira kalau dia sebenarnya tersiksa.

Bersambung.

1
Santi
gladys,jdi seperti itu,makanya serasa arga sudah mengenal Amira,tpi dimana Amira pernah lihat asistennya Arga?
Santi: Siap kak
Zenun: ada di next bab kak, pantengin aja ya hehe
total 2 replies
RE💜
Sad 😭
Zenun: Bisa, mungkin dengan pertumpahan darah dulu. Atau bisa juga nggak
RE💜: Bisakah Amira mencairkan hati Arga
total 3 replies
RE💜
Aku jg msh heran, banyak sodaraku yg sadar dulu malah makan dlu, sblm akhirnya meninggal ternyata emang ada bahasa medisnya ya
Zenun: entah kenapa tik tok aku muncul terminal lucidity mulu😁
RE💜: Baru tau aku dek
total 3 replies
RE💜
emg yg kena otak pst ada masalah sm ingatan
Zenun: betul sekali
total 1 replies
Teteh Lia
Si Ardi emang kudu di getok biar bener. Arga, Ardi... baru ngeh sama2 berawalan huruf A
Zenun: dari A semuanya, ke Amira juga
total 1 replies
Teteh Lia
Ternyata Arga manis banget. meleyot dagu ini 😍
Zenun: hehehhe, uhuuyy
Teteh Lia: Daku... malah jadi dagu /Facepalm/
total 2 replies
Muliana
Amira, berbakti pada mertua boleh, tapi dibodoh-bodohi mertua jangan ya
Zenun: ih ada kakak😁
total 1 replies
Muliana
Mungkin itulah, peran orang tua sangat-sangat penting untuk anak-anak. Karena apa, karena kita tidak tahu, apa yang akan di alami sang anak kedepannya. Setidaknya, sebelum kita meninggalkan mereka, kita udah memberikannya beberapa pesan dan jug kasih sayang.
Sehingga ia tahu, mana yang tulus mana yang modus
Zenun: Betul sekali kakak. Biar gak salah arah
total 1 replies
RE💜
sebenarnya aku pikir Gladys sm Amira itu teman sblm Gladys menikah mkanya mikir kok bisa nikah sm Arga gitu, tp di bab sebelumnya dijelaskan jd ngerti
Zenun: hehehe, yang lain juga nyangkanya gitu
total 1 replies
Lestari Riie
galak
Zenun: hihihi
total 1 replies
Teteh Lia
Kalau udah soal duit mah... yang tadinya merah langsung jadi ijooo
Zenun: betuuul
total 1 replies
Teteh Lia
Aq malah takut naik sepeda listrik. 🙈
Zenun: sama aku juga
total 1 replies
nowitsrain
Udeh dapet duit tuh padahal, masih aje ngomel-ngomel /Smug/
Zenun: Ora danta emang
total 1 replies
nowitsrain
🤧🤧 sedih banget sih... di keluarga sendiri nggak dapet kasih sayang, nemu mertua juga kayak titisan dajja
nowitsrain: Betulll
Zenun: tapi sekarang giliran dia senangnya
total 2 replies
nowitsrain
Nggak ada begitu. Jangan positif thinking kalau sama manusia lucknut kek gini
nowitsrain: Emang harus bodoh dulu sih biar comeback smarter
Zenun: masih anu
total 2 replies
nowitsrain
Gundulmu
nowitsrain
Busuk hatiiiiiii
Zenun: hehehehe
total 1 replies
nowitsrain
Sandekala di sini tuh apa ya maksudnya? Setahu aku itu waktu-waktu senja menjelang Maghrib
Zenun: wkwkwk
nowitsrain: Au ah....
total 6 replies
nowitsrain
Ooo baru kenal ya berarti. Kukira mereka udah sahabatan dari lama banget. Makanya agak bertanya-tanya, kenalan Gladys di mana si Amira, soalnya kalau Gladys istrinya Arga kan berarti dia bukan orang sembarangan juga yak.


#apasih
nowitsrain
Sekian lama nggak muncul, sekalinya muncul langsung bikin emosi ni manusia satu
nowitsrain: Emang dilahirkan buat jadi nyebelin ni manusia
Zenun: padahal jaman dulu ya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!