Ariel tak menyangka pernikahannya dengan Luna, wanita yang sangat dicintainya, hanya seumur jagung.
Segalanya berubah kala Luna mengetahui bahwa adiknya dipersunting oleh pria kaya raya. Sejak saat itu ia menjelma menjadi sosok yang penuh tuntutan, abai pada kemampuan Ariel.
Rasa iri dengki dan tak mau tersaingi seolah membutakan hati Luna. Ariel lelah, cinta terkikis oleh materialisme. Rumah tangga yang diimpikan retak, tergerus ambisi Luna.
Mampukah Ariel bertahan ataukah perpisahan menjadi jalan terbaik bagi mereka?
Ikuti kisah mereka hanya di sini;👇
"Setelah Kita Berpisah" karya Moms TZ bukan yang lain.
WARNING!!!
cerita ini buat yang mau-mau aja ya, gaes.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16#. Partner yang saling melengkapi
Hari-hari berikutnya, Ariel bekerja keras membangun brand baju online-nya, dibantu oleh Dian yang sangat kompeten. Mereka berdua mulai memikirkan untuk memproduksi brand-nya sendiri.
Dian, dengan pengalamannya di dunia fashion dan marketing online, menjadi kompas yang mengarahkan bisnis mereka. Sementara Ariel, dengan kreativitasnya, menyumbangkan desain yang fresh dan berbeda. Keduanya adalah partner yang saling melengkapi, fokus pada satu tujuan: kesuksesan bersama.
Mereka bekerja sama dengan baik, saling melengkapi dan mendukung. Bisnis mereka pun mulai menampakkan kemajuan yang signifikan.
Setiap pulang kantor, Ariel mampir ke D'Style. Bukan hanya untuk membahas pekerjaan dengan Dian, tetapi juga untuk mencari pelipur lara, bercanda bersama karyawan D'Style. Ariel merasakan energi baru mengalir dalam dirinya. Dia merasa nyaman berada di dekat Dian, yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
Bekerja sama dengan Dian membangkitkan semangat yang lama tertidur. Berjam-jam mereka habiskan bersama, bukan untuk berduaan dalam romansa, melainkan menyusun strategi bisnis clothing line online yang menjanjikan. Target pasar dibidik, desain unik dirancang, rencana marketing disusun dengan cermat.
"Gimana hari ini, Di? Lancar?" tanya Ariel setiap kali dia datang.
Dian tersenyum simpul. "Lumayan banyak orderan, sih. Kaos-kaos dengan desain yang out of the box banyak digemari anak-anak muda," jawab Dian.
"Wah, bagus dong. Kita bisa manfaatin momentum ini untuk memperluas pasar dan meningkatkan produksi," jawab Ariel dengan antusias.
"Tapi, kamu sendiri bagaimana?" tanya Dian.
"Kamu itu siang kerja seharian pasti capek, terus ke sini. Aku tahu, kamu ingin hasil yang lebih cepat, tapi jangan sampai kamu mengabaikan kesehatanmu," tutur Dian mengingatkan.
Ariel menatap Dian. Dia melihat ketulusan dan dukungan yang selama ini selalu dia dapatkan dari wanita itu. Ariel merasa beruntung memiliki sahabat seperti Dian.
"Makasih ya, Di. Kamu adalah sahabat terbaikku," kata Ariel.
"Sama-sama," jawab Dian.
Kemudian mereka berdua melanjutkan pekerjaan mereka, membahas strategi marketing terbaru dan desain-desain baju yang akan diproduksi.
Namun, di balik kesibukannya, Ariel tetap memikirkan Luna. Dia ingin membuktikan pada Luna bahwa dirinya bisa sukses dan memenuhi permintaannya. Akan tetapi, dia juga mulai mempertimbangkan, apakah kebahagiaannya hanya bisa didapatkan dengan bersama Luna?
Malam itu, Ariel sedang lembur di D'Style, Dian menghampirinya dengan membawa secangkir kopi.
"Nih, minum dulu biar nggak tegang," kata Dian sambil menyodorkan kopi itu pada Ariel.
Ariel menerima kopi itu dan menyesapnya perlahan. "Makasih, Di," katanya.
Dian duduk di samping Ariel dan menatapnya dengan lembut. "Aku perhatikan kamu sering melamun, Riel? Kalau memang kamu capek, sebaiknya kamu pulang dan kita bisa lanjut besok."
Ariel menghela napas. "Aku bingung, Di. Aku cinta banget sama Luna, tapi aku nggak yakin apa aku bisa terus-terusan ngikuti kemauannya. Aku juga nggak tahu, apa aku beneran bahagia sama dia," jawab Ariel jujur.
Dian terdiam sejenak, lalu berkata, "Riel, kebahagiaan itu nggak bisa dibeli dengan materi. Kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri, dan di dalam hubungan yang sehat. Kalau kamu merasa nggak bahagia, meski sudah memberikan semua yang Luna mau, berarti ada yang salah dengan hubungan kalian."
"Sayangnya sahabatku ini terlalu bucin," cibirnya kemudian.
Ariel tersenyum, dia tidak marah, karena apa yang dikatakan Dian memang benar.
"Ingat Riel, mencintai itu sewajarnya saja, agar jika suatu saat ia meninggalkanmu, kamu tidak akan terlalu kecewa dan terpuruk." Dian mengingatkan.
Ariel kemudian terdiam, merenungkan perkataan Dian. Dia mulai menyadari, bahwa selama ini dirinya terlalu bucin pada Luna dan fokus pada keinginan istrinya, sampai melupakan kebahagiaannya sendiri.
"Terus, aku harus gimana, Di?" tanya Ariel dengan nada bimbang.
Dian tersenyum. "Kamu harus dengarkan kata hatimu, Riel. Kamu harus jujur sama dirimu sendiri, apa yang kamu inginkan. Jangan takut untuk mengambil keputusan, meskipun itu sulit," jawab Dian.
Ariel menatap Dian dengan penuh rasa terima kasih. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Dian, yang selalu memberikan nasihat yang bijak dan tulus.
"Thanks ya, Di. Kamu sudah buka pikiranku" kata Ariel.
Dian tersenyum. "Sama-sama," jawab Dian. "Sudah sana pulang dan istirahat dengan benar!"
Malam itu, Ariel pulang dengan membawa pencerahan. Dia mulai menyadari, kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan berlian. Dia harus jujur pada dirinya sendiri dan mengambil keputusan yang terbaik untuk masa depannya.
*
*
*
Sementara itu, Luna diam-diam mengamati perkembangan Ariel. Ia melihat suaminya semakin dekat dengan Dian, bekerja sama dengan penuh semangat. Tawa Ariel yang dulu hanya untuknya, kini seringkali terdengar diiringi suara Dian. Rasa cemburu dan curiga semakin menggerogoti hatinya. Ia merasa diabaikan dan dikhianati, seolah posisinya sebagai istri telah digantikan oleh wanita lain.
Luna menatap layar ponselnya, melihat foto Ariel dan Dian yang terpampang di akun Instagram D'Style. Hatinya mencelos, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Dulu, aku yang selalu ada di sampingnya. Aku yang selalu membuatnya tertawa. Tapi sekarang, semua itu sudah direbut oleh wanita itu," batin Luna dengan nada getir.
Ia menggenggam ponselnya erat-erat, berusaha menahan amarah yang membuncah dalam dadanya.
"Aku nggak akan membiarkan ini terjadi. Aku akan membuat wanita itu menyesal telah merebut kebahagiaanku," tekad Luna dalam hati.
Keesokan harinya, pada saat jam istirahat makan siang, Luna membuat janji temu dengan seorang pengacara untuk berkonsultasi mengenai perceraian. Ia menceritakan semua masalahnya, termasuk foto-foto Ariel dan Dian yang ia kumpulkan dari media sosial, serta dugaan perselingkuhan mereka yang semakin kuat di benaknya.
Pengacara itu mendengarkan dengan seksama, lalu menyarankan, "Anda sebaiknya mencari bukti-bukti yang lebih kuat, agar gugatan cerai Anda bisa dikabulkan dan mendapatkan keuntungan maksimal."
"Bukti seperti apa yang Anda maksudkan, Pak?" tanya Luna dengan nada penuh harap.
"Bukti perselingkuhan yang tak terbantahkan, Bu. Saksi mata, foto atau video yang menunjukkan adanya hubungan spesial di antara mereka, atau pengakuan dari pihak ketiga," jawab pengacara itu.
Luna terdiam sejenak, memikirkan cara untuk mendapatkan bukti yang diinginkan pengacara itu. Ia sadar, tanpa bukti yang kuat, ia tidak akan bisa memenangkan perceraian dan mendapatkan hak yang ia inginkan.
Luna tersenyum, sepertinya ia merencanakan sebuah strategi yang licik. Ia ingin menjebak Ariel dan Dian dalam sebuah situasi yang akan membuatnya terlihat bersalah.
"Mungkin ini adalah cara yang kejam dan nggak adil. Tapi, aku nggak peduli, mereka harus merasakan apa yang aku rasakan." Rupanya Luna sudah dibutakan oleh rasa sakit hati dan ambisinya untuk menjatuhkan Ariel dan Dian.
.
Kira-kira jebakan apa ya, yang akan Luna lakukan?
Jangan lupa like dan komennya ya gaes 🤗
tapi seru 😂👍