Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Dengan perasaan ragu Radit melangkah kan kaki nya.
"Eh mas nya mau ngapain di sini" sapa seorang wanita cantik dengan dandanan yang menggoda.
"E...itu...saya mencari istri saya" jawab Radit.
"Kenapa nyari istri nya di sini, mas nggak salah kan" ujar wanita yang di kenal dengan nama Juwita.
"Nggak salah sih ini alamat nya kan?" tanya Radit. Sembari menunjukan alamat dari Arkan.
"Iya bener ini alamat sini siapa yang kasih mas alamat nya" tanya Juwita.
"hmm adik saya yang kasih dia bilang terakhir melihat istri saya di sini" jawab Radit dengan mantap.
"Memang nya mas tau ini tempat apa?" dengan senyum mengejek Juwita menatap Radit menggoda.
"memang nya tempat apa ini?" Radit yang salah tingkah kembali bertanya.
Juwita mendekat dan berbisik di telinga Radit.
"Kupu-kupu malam" Juwita berbisik lembut di telinga Radit.
Mata Radit membola rasa nya tak percaya bahwa Rani ada di sini sedangkan Rani mungkin saja sekarang memiliki bayi.
Radit menjauh perlahan.
"Mas nama istri nya siapa, mana tau aku kenal" seru Juwita sedikit berteriak.
"Nama istri ku Rani tapi nggak mungkin dia berada di tempat seperti ini" jawab Radit tak percaya. Sembari terus melangkah.
"Aku mengenal nya" seru Juwita yang menghentikan langkah Radit, tubuh nya seakan tak bertulang bagaimana jika Rani benar-benar berada di sini.
"Mari ikut aku" ujar Juwita mengajak Radit untuk mengikuti nya.
"Nah mas lihat wanita dengan gaun warna biru di sana? yang bersama om-om" tunjuk Juwita ke arah seorang wanita yang sedang bergelayut manja pada om-om berperut buncit.
Di bawah penerangan yang remang-remang Radit tak begitu melihat jelas siapa yang di sana.
"Rani...ada yang cari nih" seru Juwita pada Rani yang tengah asyik menggoda om-om berdompet tebal.
"Tunggu sebentar ya om aku akan segera kembali" ucap Rani kepada om-om yang di kenal bernama om dery.
Rani berjalan mendekat di mana Radit dan Juwita berdiri.
Radit membalik kan tubuh tak sanggup menahan jika memang kenyataan Rani yang di panggil adalah orang yang sama dengan yang ia cari.
"Siapa ya?" tanya Rani yang berdiri di belakang Radit.
"Gue tinggal ya seperti nya urusan penting" ucap Juwita yang merasa tak nyaman.
"Ok, makasih ya" kata Rani yang kemudia berjalan memutari Radit.
Saat kedua nya saling tatap, keduanya sama-sama terkejut.
"Mas Radit?" seru Rani.
"Jadi benar Rani yang di maksud adalah orang yang aku cari" ucap Radit dengan suara bergetar.
"Ada urusan apa mas Radit mencariku" kata Rani dengan nada dingin.
"Tentu saja aku akan mencari mu karna kamu masih istri ku" ucap Radit dengan nada menekan.
"Sejak kapan kamu anggap aku istrimu?" ucap Rani dengan mata yang mulai berembun.
"Aku sudah kehilangan segala nya, aku juga terpaksa memberikan putri ku kepada keluarga kaya agar putri ku hidup nya terjamin" sambung Rani dengan air mata yang mulai merembes di pipi.
"Apa?...aku nggak sangka kamu ibu yang tega terhadap anak yang masih butuh kasih sayangmu sebagai ibu" ujar Radit dengan tatapan tajam.
"Ha ha ha...aku kejam, iya aku memang kejam bahkan aku orang paling kejam di dunia ini" seru Rani dengan air mata yang terus mengalir.
Radit tak bisa berucap sepatah kata pun.
"Lebih baik aku jadi per*k dari pada jadi istrimu, di sini aku mendapat banyak perhatian uang dan segala yang aku mau" seru Rani membangga kan pekerjaan nya saat ini.
"Mas ke sini untuk apa? Apa mas merindukan g*yangan ku?" Rani seolah sudah tak punya rasa malu lagi.
"Sekarang nggak sama kaya dulu mas, kalo dulu aku g*yang di atas tubuh mu tanpa tarif, sekarang kalo mas mau aku g*yang harus dengan tarif" ucap Rani membuat Radit diam seribu bahasa.
"Hentikan ocehan mu de' aku kecewa sama kamu aku pikir kamy benar-benar berubah ternyata aku salah" ujar Radit sembari mengepalkan kedua tangan nya.
"Sudah lah mas kalo mas, nggak ada kepentingan lagi aku mau lanjut kerja pelanggan ku sudah tak sabar menunggu servis dari ku" kata Rani sembari melangkah pergi.
Radit hanya diam mematung, ia begitu terluka dengan semua perkataan Rani. Niat nya ingin memperbaiki hubungan pernikahan nya pupus sudah.
Awan hitam menggantung di langit, gerimis halus mulai turun.
Radit berjalan denga perlahan. Tubuh nya terasa lemah tak bertulang ia terus berjalan tanpa tujuan.
Sementara gerimis halus kini menjadi hujan deras. Dalam benak Radit terbayang apa yang di lakukan Rani saat ini bersama dengan pria hidung belang.
Tiba-tiba Radit merasakan pusing seolah semuanya berputar di tengah deras nya hujan Radit terjatuh pingsan.
Waktu menunjukan pukul 23:30. Perlahan Radit membuka mata, ia mengerjap karna silau cahaya mengenai netra nya.
"Di mana aku?" tanya Radit pada dirinya sendiri.
"Kamu sudah sadar mas?" tanya Juwita dengan segelas teh hangat di tangan nya.
"Ini minum lah dulu" ucap Juwita sembari menyodorkan gelas berisi teh hangat tersebut.
"Untuk apa kamu bawa aku ke sini, apa untuk kamu pertemukan lagi dengan Rani?" tanya Radit sembari memalingkan wajah nya.
"Mas...mas...jangan pura-pura Amnesia kamu sendiri kan yang datang mencari Rani aku hanya membantu mempermudah pertemuan kalian" jawab Juwita dengan senyum miring.
"Rani itu wanita pendatang baru di tempat itu dia datang dengan begitu banyak kekecewaan juga luka, Lyra yang membawa nya ke tempat itu" tutur Juwita.
"Apa kamu tau? Kenapa Rani terluka juga kecewa sedalam itu?" sambung Juwita.
Radit menggeleng. "Rani menikah dalam keadaan hamil suami nya tak pernah menganggap nya ada dan beberap bulan lalu ia melahirkan dan harus terpaksa memberikan bayi nya kepada pasutri kaya agar bayi nya kelak tak hidup susah seperti nya" tutur Juwita panjang lebar.
Radit meneteskan air mata ia tak menyangka sudah melukai hati istri nya dan membiarkan nya berjuang sendiri.
"Mas suami nya bukan? Berarti mas lah penyebab segala duka derita yang Rani bawa ke tempat itu" ucap Juwita.
"Rani itu wanita yang kuat dia mampu bertahan untuk terus berjuang, andai aku jadi Rani aku nggak akan sanggup lagi" Kata-kata Juwita seolah menusuk dan menembus jantung Radit.
"Aku memang bersalah, aku kemari ingin memperbaiki hubungan rumah tangga kami" lirih Radit dalam penyesalan.
"Kenapa nggak dari dulu-dulu mas sebelum Rani melahirkan, setidak nya sebelum ia bisa membeda kan antara hidup dengan mu dan tanpa mu" tutur Juwita sebelum akhir nya Juwita pergi meninggalkan Radit sendiri di kamar kos milik nya.
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.