Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Membuat Sarapan
Satu Minggu kemudian...
Waktu berlalu begitu cepat. Hari ini Renata masih bermalas-malasan diatas tempat tidurnya. Wajar saja karena pagi ini ia tidak memiliki kegiatan penting.
Seharian ini ia tidak akan pergi ke kantor karena tidak ada pemotretan. Ia hanya akan melakukan pemotretan malam nanti disebuah studio.
Langit begitu mendung, membuat Renata enggan untuk melakukan apapun. Ia hanya sibuk berkutat dengan ponselnya sambil menatap sebuah foto sesosok lelaki yang kini menjadi penyemangat hidupnya.
Renata menyentuh gelang Indah yang melingkar di pergelangannya. Sesaat hatinya kembali menghangat, ia jadi ingat akan janjinya pada Oma Carla untuk berkunjung ke rumahnya. Oma Carla pasti akan sangat senang jika Renata datang untuk menemaninya hari ini.
"Hmm.. Bagaimana jika hari ini aku kerumah Oma saja. Lagipula aku sangat bosan berada di sini sendirian." gerutunya.
Segera Renata bergegas untuk mandi, bersiap untuk untuk pergi ke rumah Oma Carla pagi ini.
Setelah selesai mandi dan bersiap, Renata langsung berangkat dan tidak lupa ia mampir ke sebuah supermarket untuk membeli bahan yang akan ia masak untuk Oma Carla hari ini.
Setengah jam kemudian, kini Renata telah sampai di depan rumah Oma Carla. Ia disambut hangat oleh para pelayan dirumah itu.
Salah satu pelayan mengantarkan Renata keruang belakang. Disana tampak Oma yang tengah menyibukkan diri dengan merapikan bunga yang masih segar dan menaruhnya di dalam vas yang cantik.
"Permisi Oma, ada tamu untuk Oma." ucap pelayan tersebut.
"Ya, baiklah, suruh dia menunggu sebentar." Oma Carla belum menyadari jika kini Renata sudah ada di belakangnya.
"Tapi.." Renata memberi kode pada pelayanan itu agar diam dan tidak memberitahunya. "Baik Oma, saya permisi." pelayanan itu segera berjalan pergi.
"Terimakasih Bi." bisik Renata.
"Iya non."
Renata mulai melangkahkan kakinya perlahan dan memeluk pundak Oma Carla dengan lembut dari belakang.
"Pagi Oma.." sapa Renata dengan riang.
Oma Carla sedikit kaget dengan kehadiran Renata yang tiba-tiba. "Oh, Renata.. Kamu benar-benar datang. Mana Digo, apa kamu bersamanya?" tanyanya sambil mengusap tangan Renata dengan lembut.
Renata berjalan menyusuri kursi tersebut dan duduk di samping Oma Carla.
"Tidak Oma, aku kesini hanya sendirian. Kebetulan hari ini aku sedang tidak ada pekerjaan." terang Renata.
"Ooh, jadi begitu. Oma sangat senang sekali karena kamu mau datang kemari." ucap Oma Carla.
"Oh ya, apa Oma sudah sarapan?" tanya Renata.
"Belum.. Oma masih belum lapar sayang."
"Kebetulan sekali kalau begitu, tadi sebelum kesini aku sengaja membeli beberapa bahan masakan. Karena hari ini cukup mendung, bagaimana jika aku buatkan sup untuk Oma?" ujar Renata bersemangat.
Oma Carla tersenyum sambil mengangguk. "Boleh, sepertinya itu ide yang bagus." jawabnya setuju.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mulai membuatnya. Tapi.. Ngomong-ngomong dimana dapur Oma?" tanya Renata menelisik sekeliling.
Oma menatap wajah cantik yang ada didepannya itu. "Kamu mirip sekali seperti Digo sayang.. Dia selalu terlihat bersemangat ketika memiliki sebuah kemauan, Oma harap kalian berdua selalu bahagia." ucap Oma Carla yang membuat Renata agak sedikit terharu.
Renata langsung memeluk Oma Carla. "Terimakasih Oma, aku sangat bahagia bisa mengenal Oma. Aku sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini, dan Oma sudah aku anggap seperti orang tuaku sendiri."
"Hmm.. Jangan sedih, Oma dan Digo akan selalu ada untukmu. Karena sekarang kamu adalah cucu Oma." ucap Oma Carla sambil mengusap lembut rambut panjang milik Renata.
Renata melepaskan pelukannya dan mulai mengusap matanya yang mulai mengembun sambil tersenyum.
"Sudah, jangan sedih lagi." ucap Oma Carla dengan lembut, membuat Renata langsung mengangguk.
Mengenal Oma Carla membuat Renata seolah menemukan sesosok orang tua sekaligus keluarga. Selama ini Renata selalu berjuang keras untuk menghidupi dirinya, apapun akan Renata lakukan demi bertahan hidup. Meskipun harus menjalani profesi sebagai artis majalah dewasa.
Tidak sedikit yang memandangnya sebelah mata. Tapi karena benturan keras dalam hidupnya inilah yang membuatnya menjadi sosok yang kuat dan tidak mudah menyerah seperti sekarang ini.
💠
💠
💠
Pagi ini Dafina sengaja membawa bekal makanan untuk dia berikan pada Jovan. Entah mengapa, sejak melihat senyuman Jovan hari itu membuat Dafina jadi memikirkan pria itu terus-menerus. Padahal selama ini mereka sering bertemu bahkan pergi bersama untuk masalah pekerjaan.
Namun Dafina baru menyadari jika Jovan adalah lelaki yang cukup tampan yang mampu membuat hatinya bergetar.
"Permisi, boleh aku masuk?" tanya Dafina dengan sopan didepan ruangan Jovan.
"Sekertaris Daf, silahkan." ucap Jovan.
Dafina masuk perlahan sambil tersenyum menatap wajah pria itu. "Jovan, aku ada sedikit bekal. Aku membuat roti sandwich terlalu banyak tadi, jadi aku pikir untuk membawanya. Apa kamu mau menerimanya?" tanya Dafina dengan suara lembut sambil menyodorkan tempat makan itu.
Sebenarnya ia memang sengaja membuat roti sandwich itu untuk Jovan. Hanya saja tidak mungkin jika Dafina bicara seperti itu padanya.
"Oh, tentu sekertaris Daf, kamu sudah membuatnya dengan susah payah. Aku akan memakannya nanti." ujar Jovan sambil menerima kotak makan tersebut.
Sebenarnya Jovan juga sudah sarapan, tapi demi menjaga hati Dafina Jovan tetap menerimanya. Ia tidak mau jika Dafina sampai tersinggung karena masalah seperti ini.
"Itu tidak susah sama sekali, aku bisa membuatnya setiap hari untukmu jika kamu mau." ujar Dafina.
"Oh, bu-bukan begitu maksudku sekertaris Daf, kamu tidak perlu repot-repot. Aku...." Dafina langsung menyela ucapan Jovan, mengingat waktunya sudah hampir habis.
"Ya sudah, sebentar lagi jam kerja akan dimulai. Aku pergi dulu. Jangan lupa dengan roti sandwich-nya." ucap Dafina lalu keluar dari ruangan Jovan dengan buru-buru.
Sebenarnya Dafina sudah sangat gugup tadi, makannya ia buru-buru pamit dengan Jovan. Sungguh pria itu kini membuat hatinya terasa resah.
Sepanjang jalan Dafina terus tersenyum tanpa ia sadari. Tidak sedikit para karyawan kantor yang menatapnya aneh.
"Apa lihat-lihat! kerjakan saja pekerjaan kalian dengan benar. Sebentar lagi jam kerja akan dimulai, jika tidak kalian akan mendapatkan teguran dari asisten Jovan." ketus Dafina pada mereka yang terus menatapnya.
Tidak ada yang berani jika mendengar nama asisten Jovan. Mereka tidak ingin membuat masalah dengan pria yang satu itu. Mereka masih ingin bekerja disana dengan tenang, jadi alangkah baiknya jika mereka tidak pernah membuat urusan dengan asisten Jovan.
"Baik sekertaris Daf." jawab mereka.
Dafina semakin tersenyum lebar, kini ia merasa memiliki seorang penjaga untuk menjadi tameng dari para karyawan-karyawan yang menyebalkan itu.
Dafina memang dikenal sebagai karyawan yang cukup sombong dikantor itu. Sebagai seorang sekretaris pribadi, wajar bagi mereka jika Dafina tidak pernah mau bergaul dengan mereka yang hanya karyawan biasa.
Namun, sikap itulah yang membuatnya menjadi sosok yang cukup dibenci terutama oleh para perempuan disana.
/Heart/