Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Kanaya, kusebut kau Nayanika.
Happy reading...🩷
Di ujung senja, diantara keheningan, ranting-ranting menari dalam sunyi, semilir angin berdesir membelai pipi, riak air di danau perlahan bergerak menandakan kecipak penghuni danau telah memakan umpan yang telah sekian waktu dilemparkan.
"Tarik joran, Ren!" teriak sandi, Reno dengan sigap menggulung Reel
"Waahh dapat ikan gede pak hahaha..." seru Reno saat melihat ikan yang menari di ujung kail
"tanganmu penuh keberuntungan" puji Sandi sambil menepuk bahu pemuda itu
"mungkin umpannya juga bergizi pak, dikasih susu plus keju, aku aja minum susu seminggu sekali pak" ujar Reno sambil tertawa lebar
"Komandan juga minum susu sebulan sekali..." gurau Praka Iyan
"Husshh...kamu yan, ada anak dibawah umur, Ojo sembarang kalau ngomong!" bentak Sandi.
Reno hanya mesem mendengar obrolan kedua pria dewasa.
Untuk kesekian kalinya Sandi mengajak Reno memancing di danau, mereka jadi sering ketemuan. Sabtu Minggu kalau Sandi tidak ada aktivitas penting selalu mengajak Reno mencoba hal-hal baru yang belum pernah Reno lakukan.
Reno menemukan sosok ayah yang dia inginkan dari diri Sandi, sejauh ini Reno belum pernah menanyakan di mana keluarga Sandi karena setiap ada kesempatan libur atau waktu senggang, Sandi selalu mengajak Reno menikmati hobinya, memancing dan naik motor trail di Jonggol atau kota lainnya.
Hari ini entah mengapa Reno jadi ingin lebih mengenal keluarga Sandi yang selalu dia panggil bapak.
"Om Iyan, keluarga bapak di mana? Apa bapak tidak pernah pergi berlibur dengan keluarganya?" bisik Reno saat Sandi sedang menerima telepon dan berdiri menjauh.
"Anak dan istri komandan tinggal di Surabaya, Ren. Biasanya bapak pulang satu bulan sekali. Tapi Minggu kemarin bapak baru pulang ke Surabaya. LDR gitu lah" jawab Iyan
"Kenapa anak dan istrinya gak ikut bapak, Om?" tanya Reno lagi
"Yo gak bisa, ibu kerja jadi ASN, mba kinay sekolah, mungkin seumuran kamu usianya. Anak komandan sing wedok iku cuantiikk tenanan, Ren. Kalau kamu masih jomblo, boleh minta kenalan" jawab Iyan
Reno hanya melebarkan senyumannya saat dibilang jomblo.
Sandi mendekati Reno sambil membentangkan tangannya yang memegang ponsel, ternyata Sandi sedang melakukan Videocall dengan anak gadisnya yang dipanggil Kinay.
"Kamu harus kenal teman papa ini Kinay, namanya Reno, ganteng kan?" serunya di sambungan Videocall
Reno melirik ke arah ponsel yang di arahkan ke wajahnya.
"Sapa anakku, Le...namanya Kanaya, bapak manggilnya kinay"
"Hallo Kinay!! Aku Reno..." Sapa Reno sambil menatap layar ponsel Sandi dan melambaikan tangan.
Gadis yang terpampang di layar ponsel Sandi menutupi wajahnya dengan buku, hanya terlihat mata dan keningnya.
"Hallo..." jawabnya lembut dan...suaranya merdu, itu membuat Reno terkesima.
Mata Reno nyaris tak berkedip saat melihat mata indah itu, mata yang memancarkan daya tarik dan menghipnotis siapapun yang melihatnya.
"Kinay, kusebut kau Nayanika. Sang pemilik mata indah"
Layar ponsel Sandi diarahkan lagi ke depan wajah Sandi, lelaki dewasa itu masih menarik bibirnya hingga deretan giginya terlihat jelas, dia terlihat bahagia melihat putrinya walau hanya memalui Videocall.
"Papa kapan pulang, aku kangen nasi goreng buatan papa" Rengek kanaya dengan manja.
Suara Kanaya masih terdengar di telinga Reno, rasanya Reno masih ingin melihat mata indah itu, tapi dia masih sadar kalau itu tidak sopan, bapak dan anak itu butuh privasi. Reno hanya bisa menajamkan telinganya demi mendengar suara manja dan merdu Kanaya.
"Minggu depan papa berangkat ke Kongo sayang, Naya dan mama ke jakarta ya. Tapi papa ga janji bisa buatin nasi goreng di sini. Karena papa masih tinggal di mess" jawab Sandi sambil bersandar di batang pohon menatap buah hatinya yang cantik itu.
"Kinay sebentar lagi mau UAS pa, tapi nanti coba Nay tanya mama, pa" jawab Kanaya
Obrolan bapak dan putrinya itu begitu menarik perhatian Reno, setelah hampir dua bulan Reno bersahabat dengan Sandi, baru kali ini Reno bisa mengenal putri pak Sandi.
Mereka terus melakukan Videocall hingga satu jam lebih, terdengar di telinga Reno saat Kanaya curhat kegiatan di sekolahnya dan menyebut nama seseorang, Milo, Reno menghela napas berat, bahunya menurun dengan wajah tertunduk.
"ternyata udah punya pacar, huft..." gumam Reno.
"Kamu tau gak Ren?" tanya Iyan
"Ya gak tahu om, kan om belum ngomong" Reno dan Iyan kompak tertawa.
"Sepertinya komandan sedang menyiapkan calon menantu buat mba Kinay" ucap Iyan seakan memberi clue
"Calon mantu? Bukannya Kinay masih sekolah, Om?" tanya Reno
"Ya mana tahu disiapkan dulu dari sekarang" jawab Iyan
"Siapa kira-kira calon mantunya bapak, Om?" tanya Reno sambil melempar joran.
"Ya siapa lagi, kamu lah Ren!" dengan pasti Iyan menjawab
"Wah mana mau mba Kinay sama aku, Om. Mungkin yang naksir mba Kinay banyak di Surabaya sana" jawab Reno sambil tersenyum malu.
"Yang naksir mba Kinay memang banyak, Ren. Letda David dan adik letting bapak di Akabri juga ada yang sudah terang-terangan minta meminang mba Kinay. Tapi yang disiapkan jadi mantu itu cuma kamu..." jawab Iyan sambil menghisap asap nikotin dari sebatang rokok yang diselipkan di jarinya.
Reno hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Iyan yang menurutnya gak make sense. Om Iyan memang caraka(Asisten) Sandi, jadi tahu bagaimana kehidupan bapak karena Iyan mengikuti bapak hampir 12 jam dalam sehari.
Setelah mengakhir telepon dengan putri dan istrinya, Sandi kembali duduk di sebelah Reno. Lelaki dewasa itu menoleh ke arah Reno, menatap wajah pemuda belia yang belakang ini membuatnya ingat akan almarhum putranya dan mantan cinta pertamanya, Yulan.
Ya! Yulan adalah cinta pertama letkol Sandika saat mereka masih sama-sama menempuh pendidikan. Yulan kuliah di Fakultas hukum UGM, sementara Sandi masih menjadi taruna Akabri. Cintanya kandas karena Yulan sudah dijodohkan orangtuanya dengan seorang ASN.
Lama dia tatap Reno, hingga pemuda itu salah tingkah saat tahu bahwa wajahnya sedang diamati Sandi.
"Ada apa pak?" tanya Reno salah tingkah.
"Reno, Minggu depan kami sudah berangkat ke Kongo. Papa ingin kamu kenal dengan putri papa, kamu bisa luangkan waktu untuk mengantar papa ke Halim?" tanya Sandi dengan wajah serius, seperti ada hal yang ingin dia sampaikan lebih banyak tapi tertahan.
Reno terdiam sejenak dan melirik Iyan yang sedang memberi kode dan dua jempol terangkat.
"Aku usahakan pak!" Jawab Reno dengan mantap.
"Tapi...bukankah tadi pak Sandi menyebut dirinya papa?" gumam Reno dalam hati.
"Good! Oke sudah mau Maghrib lebih baik kamu pulang sekarang. Nanti keluarga kamu nyariin" Sandi menepuk pundak Reno lalu merapihkan peralatan pancing.
"Pulang naik apa kamu Ren?" tanya Sandi lagi.
"Naik busway pak, motorku mogok lagi sepertinya harus ganti aki dan starternya" Jawab Reno
"Kenapa tidak minta motor baru dari papamu, Ren. Mereka bisa beli Fortuner, masa beliin kamu motor matic gak bisa" tanya Om Iyan.
"Aku gak enak Om, papa mama pakai Fortuner dan pajero karena mereka sudah punya penghasilan, sementara aku masih pelajar Om" jawabnya dengan polos.
Sandi terenyuh dengan sikap Reno yang sederhana dan nerimo, padahal untuk anak seusianya banyak yang tidak mau tahu kesulitan keluarganya dengan meminta kendaraan yang bagus. Sementara untuk ukuran keluarga Reno yang cukup mapan, dia bisa saja minta dibelikan motor baru. Tapi anak itu memilih menerima apapun yang diberikan orangtuanya, tidak pernah mengeluh.
"Pakai motor papa aja, nih kuncinya." Sandi menyerahkan kunci motor Ninja Kawasaki miliknya di tangan Reno
"Pa, jangan... Itu kan untuk mobilitas bapak kerja" tolak Reno
Sandi menggelengkan kepala, dan kembali menyerahkan kunci motor ke tangan Reno.
"Pakai dulu, kalau kamu sudah ketemu Kinay baru kamu kembalikan motor papa. Kalau papa ke Kongo motor ini siapa yang pakai? Lama-lama gak di panasi bisa rusak juga" jawab Sandi
"Ambil Ren! Bapak masih ada mobil dinas untuk mobile. Yang penting kamu rawat dan jangan dijual! Hahaha." jawab Iyan
Dengan wajah kikuk akhirnya Reno menerima motor pinjaman dari Sandi.
"Kenapa bapak baik sekali padaku?" tanya Reno dengan mata berkaca-kaca.
"kalau di dekat kamu, bapak ingat anak bapak, itu saja!" jawab Sandi singkat dengan tatapan yang tidak terbaca.
*
*
Reno sampai di halaman rumahnya dengan senyum sumringah, dia merasa gagah mengendarai motor impiannya, walaupun, motor pinjaman. Dengan ujung bajunya dia gosok noda tanah yang menempel di body motor, dan mengelap kaca sepion dengan ujung baju sebelah kanan.
Lama dia pandangi motor hitam dengan tulisan Kawasaki ninja 250, bibirnya menarik keatas, senyumannya begitu mengembang, dengan hati-hati dia dorong motor itu ke dalam garasi mobil di samping rumahnya.
"Diam-diam kamu di sini, bro!" gumamnya pada motor.
Praangg...!! Pranggg...!!
Bunyi suara piring di banting beberapa kali. Bunyi yang berasal dari arah dalam rumahnya membuatnya segera bergegas masuk ke rumah.
"Kamu pikir aku tidak tahu kelakuanmu di luar, mas! Sudah lama aku bersabar atas kelakuanmu, dan aku begini juga karena kamu!!" teriak Yulan
"Ya sudah kita cerai saja! Kamu yang masih keras kepala mempertahankan hubungan kita. Aku sudah muak dengan pernikahan ini!" bentak Hartawan
"Aku bertahan juga demi anak-anak bukan karena keinginanku sendiri" lirih Yulan
"Anak-anak sudah besar, mereka akan mengerti kalau hubungan kita tidak lebih dari sebuah tuntutan orangtuaku. Aku mencintai Lidia, dan sekarang dia sedang hamil anakku, Yulan." ucap Hartawan dengan mata yang masih nyalang menatap Yulan.
Reno hanya mematung melihat pertengkaran kedua orangtuanya. Selama ini dia hanya melihat kedua orangtuanya akur walaupun sikap mereka memang terlihat tak acuh satu sama lain. Keluarga itu dingin, tanpa obrolan harmonis antara anggota keluarga.
Dengan perasaan hancur, Reno menaiki anak tangga dengan berlari dan mengunci kamarnya dengan cepat. Dia membenamkan wajahnya di bantal, matanya sulit dia pejamkan, keningnya berkerut, tangannya mengepal dengan kuat hingga buku-buku di jarinya memutih, dia mengingat kembali foto-foto syur yang ada di ponsel bekas papanya.
Wanita yang diberi nama "My baby" oleh papanya. Wanita muda seusia dengan Davin itu dengan rajin mengirim foto telan jang ke nomer lama papanya hampir setiap hari.
Reno terduduk lagi, wajahnya semakin mengeras, dengan gigi geraham yang saling mengancing. Reno menarik lagi dirinya untuk mengambil ponsel di dalam jaketnya. Dengan lincah jari jemarinya mengetik sesuatu di layar ponsel pintarnya, ponsel bekas papanya.
💌 Reno : "Mas, papa selingkuh dengan wanita ini"
Send Picture.
💌 Davin: "Serius kamu dek? Itu Lidia teman SMA ku!"
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Bersambung...
Hai Readers, jangan lupa tinggalkan jejak!