"Hangatkan tubuhku. Only one night."
Sebuah kalimat yang mengubah seluruh kehidupan Leon dan Bianca yang bertemu di Paris secara kebetulan.
Pertemuan singkat yang awalnya sebatas di Paris saja, siapa sangka berlanjut hingga saat keduanya kembali ke Indonesia.
Keduanya dipersatukan dengan status yang berbeda. Atasan dan bawahan. Hal tersebut membuat Leon memanfaatkan wewenangnya untuk bertindak dan bertingkah agresif kepada Bianca yang diam-diam telah mencuri ciuman pertamanya di Paris.
🫧🫧🫧
Halo semua! Ini novel terbaru Kak Shen. Yuk kepoin! 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji yang Tertinggal di Paris
...“Setiap kali aku mendengarmu memanggil ‘Pak’ saat kita berdua, jangan harap bibir itu akan baik-baik saja. Aku bisa membuatnya bengkak meski kau terus memohon untuk berhenti.” – Leonidas Salvatore...
...🫧🫧🫧...
...“I promise I will always stay by your side dan aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas dirimu.” – Bianca Francesca...
Keesokan paginya, Bianca berjalan ke arah lobby apartemen yang diberitahukan oleh Alfred. Ia menuju lift dan menempelkan kartu akses yang Alfred berikan padanya. Kemudian, ia menekan tombol 53.
“Hoammm ….”
Bianca menguap sembari menutup mulutnya menggunakan tangan. Tak lama kemudian pintu lift pun terbuka. Ia segera melangkahkan kaki dan mencari apartemen unit 5301. Tak membutuhkan waktu yang lama, ia pun menemukan unit tersebut.
Ting Tong\~
Bianca menunggu Leon membuka pintu untuknya.
Ting Tong\~
Lagi-lagi pintu unit tersebut belum terbuka.
Ting Tong\~
Ceklek!
Saat daun pintu unit 5301 terbuka, terlihat sebuah sosok tubuh kekar yang masih basah dan berbalut handuk menutupi bagian bawah pusar hingga sebatas paha. Rambut basah sosok itu masih menitik-nitikkan air dan airnya jatuh ke lantai memberikan daya tarik sendiri yang membuat mata ngantuk menjadi segar.
Bianca bergegas menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya karena malu melihat tubuh pria yang ada di depannya saat ini. “P-Pak. Anda mengejutkan saya.”
“Ck!” Leon berdecak sebal mendengarkan ucapan tersebut keluar dari bibir Bianca. Ia langsung meraih tangan Bianca dan menariknya masuk ke dalam. Kemudian ia bergegas menutup pintu dan mendorong tubuh Bianca sampai mentok dan tersandar ke pintu.
“Apa kamu bilang?” tanya Leon sambil menekan kedua tangannya ke pintu sehingga membuat Bianca terkunci di antara kedua tangan dan tubuh kekar Leon.
“A-anda harus segera pakai baju,” jelas Bianca sambil membuang wajahnya ke kiri. Wajah merahnya enggan menatap ke arah Leon.
Dada bidang yang menampilkan otot yang sempurna, perut six pack yang berkotak-kotak, bahkan aroma wangi dan segar yang tercium dari tubuh pria itu sungguh membuat jantung Bianca berdetak tak karuan dan seperti akan meledak saat itu juga.
“Di sini hanya ada kita berdua,” bisik Leon sambil mengecup lembut telinga Bianca yang tak tertutup rambut. Pasalnya hari ini gadis itu menguncir kuda rambutnya yang panjang. Air yang berjatuhan dari rambut Leon mengenai leher dan membasahi baju Bianca.
“Pak … kita akan terlambat kalau—”
Bianca tak mampu melanjutkan ucapannya saat Leon meraih dagu lancip Bianca dan membawa wajah anggun tersebut menghadap ke depan serta sedikit mendongak ke atas menoleh ke arah pria di depannya.
Gadis itu memilih memejamkan matanya karena tak berani menatap langsung mata biru milik Leon. Entah kenapa, hanya dengan menatap mata biru milik pria itu saja membuat sekujur tubuhnya bergetar dan kembali membawanya pada ingatan tentang malam panas yang mereka lewati di Paris.
“Open your eyes now or I kiss you?” bisik Leon dengan suara baritonnya yang seksi.
Mata yang semula terpejam dengan sangat rapat, perlahan terbuka sedikit demi sedikit. Mata hazel milik gadis itu yang semula bersembunyi, kini terlihat dengan jelas. Leon menatap mata hazel Bianca yang indah itu. Entah sejak kapan, ia jadi menyukai warna mata gadis itu.
“Kenapa pagi itu kamu pergi?” tanya Leon mencoba mencari jawaban dari pertanyaannya selama seminggu setelah ditinggalkan oleh Bianca.
“Saya hanya menepati janji,” terang Bianca tanpa berfikir sebelum berbicara, “karna saat kita bertemu di taman Jardin Catherine Labouré, saya ‘kan bilang kalau pertemuan itu hanya sebatas ‘One Night’ dan saya nggak akan menuntut apapun.”
“Menepati janji? Huh?” ulang Leon dengan wajah yang tampak marah dan tak senang mendengarkan kalimat itu keluar dari bibir Bianca. “Kamu lupa dengan ucapanku saat kita melakukannya?”
“Kamu lupa kalau kamu juga mengiyakan ucapanku dan berjanji untuk bertanggung jawab?!” imbuhnya dengan suara yang pelan namun penuh penekanan.
Bianca mengerutkan keningnya. Ia menatap heran ke arah Leon. Memangnya, apa yang mereka bicarakan selain ia berjanji bahwa ia hanya ingin melewati malam yang panas tanpa meminta imbalan apa-apa?
“Pak—”
“Berhenti memanggilku, Pak!” potong Leon kesal. “Panggil namaku saat kita sedang berdua.”
“Tapi, Pak— … mhh!”
Leon menyambar bibir Bianca yang terus memanggilnya dengan sebutan ‘Pak’. Ntah kenapa ia begitu frustasi saat gadis yang menjadi target obsesinya menganggapnya hanya sebatas atasan dan tak lebih.
Tangan kekar Leon yang berurat itu menahan tengkuk Bianca agar gadis itu tak bisa melepaskan diri. Bibirnya bergerilya dengan penuh bersemangat saat merasakan lembut dan hangatnya bibir Bianca. Tak peduli lipstick ombre merah yang gadis itu poleskan di bibir akan belepotan. Yang jelas, saat itu mereka sedang berada di apartemen dan hanya berdua tanpa ada siapa-siapa di sana.
Sekian detik menikmati lembut dan hangatnya bibir gadis itu, Leon melepaskan pagutan bibirnya. Ia kembali menatap lekat ke arah mata hazel gadis itu dengan jarak yang sangat dekat.
“Setiap kali aku mendengarmu memanggil ‘Pak’ saat kita berdua, jangan harap bibir itu akan baik-baik saja. Aku bisa membuatnya bengkak meski kau terus memohon untuk berhenti,” kecam Leon dengan nada yang penuh penekanan.
Bianca mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena kehabisan nafas akibat Leon yang tak memberikannya sedikitpun waktu untuk bernafas dengan benar ketika mereka berciuman tadi. Ia berusaha menyeka bibirnya yang basah akibat perbuatan Leon tadi. Namun tangannya di tahan oleh Leon.
“Biarkan bibir itu basah. Tapi kalau kamu mau membuatnya kering, itu urusanmu. Karena aku akan membuatnya basah lagi.” Leon benar-benar bertingkah agresif dan mengatakannya dengan blak-blak’an tanpa sedikitpun merasa malu.
“Sekarang jawab pertanyaanku. Apa kamu lupa dengan pembicaraan kita malam itu?” tanya Leon yang kembali ke topik pembicaraan mereka.
“Aku rasa, tak ada yang kita bicarakan selain melakukan hal itu,” jawab Bianca terus terang. Karena menurutnya memang tak ada yang mereka bicarakan malam itu selain bercinta dengan penuh semangat yang berapi-api di malam yang dingin itu.
Mendengarkan jawaban Bianca, sudut bibir Leon mendadak terangkat sebelah. Wajahnya sempat tertunduk sambil tertawa pelan. Kemudian ia menghela nafasnya dengan berat dan terdengar sangat frustasi.
“Baiklah. Aku akan membuatmu mengingat apa yang telah kita bicarakan malam itu,” gumam Leon sambil kembali mendekatkan bibirnya ke bibir Bianca.
...🫧🫧🫧...
Flashback.
Di Paris.
Malam itu, di kamar hotel yang bernuansa Prancis dilengkapi perabotan berwarna serba putih dengan dinding yang berwarna cream, membuat suasana kamar itu menjadi romantis. Ditambah lagi lampu utama kamar itu sengaja dimatikan dan hanya menggunakan lampu tidur berwarna kuning yang ada di kedua sisi meja kecil samping ranjang.
Di kamar yang indah itu, Bianca dan Leon terlihat menyatu di dalam selimut tebal yang menghangatkan tubuh mereka saat musim gugur yang dingin itu. Meskipun cuaca saat itu mencapai 10°C, tubuh Leon dan Bianca terasa begitu hangat dan sangat bersemangat. Di samping efek alkohol yang mereka tenggak, kehangatan tersebut juga berasal dari dua kulit yang berbeda menempel dan saling bersentuhan.
“Leon ….”
Gadis yang saat itu berada di bawah kungkungan tubuh kekar seorang pria, ia memanggil nama pria itu dengan suara yang berat. Nafasnya mulai tak karuan karena adrenalin yang tak terkontrol.
“You can take my crown …,” lirih Bianca sembari menatap pasrah ke arah Leon saat ia menyerahkan mahkota miliknya pada pria itu.
“I will take it,” sahut Leon dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang. “But ….”
“Setelah kita melakukan ini, berjanjilah untuk tetap di sisiku.”
Bianca mengangguk mengiyakan permintaan Leon.
“Berjanjilah untuk selalu di sisiku. Dan kamu harus bertanggung jawab karena telah mencuri ciuman pertama dan malam pertamaku,” imbuh Leon bersungguh-sungguh.
Bianca melingkarkan kedua tangannya ke leher Leon. Kemudian tangan tersebut menyentuh lembut punggung kepala pria itu. Ia menyatukan tatapannya dengan Leon.
“I promise I will always stay by your side,” ucap Bianca sungguh-sungguh, “dan aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas dirimu.”
Flasback selesai.
...🫧🫧🫧...
...BERSAMBUNG…...
semangat terus🥰💪