Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TWENTY ONE
Satu bulan lebih lamanya sejak aku dan Mas Fahmi bertemu juga saling menghubungi satu sama lain. Tepat setelah pesan dari Mas Fahmi yang menyampaikan bahwa Pria itu telah sampai ke rumah dengan selamat tanpa kurang satu pun di sertai bukti fotonya dalam kamar yang tetap rapih walau di tinggal pemilik pergi keluar kota. Hal terakhir yang aku sayangkan karena sampai sekarang tak ada kabar dari Mas Fahmi.
Aku tau dia sibuk, mungkin pekerjaan di kantornya semakin menumpuk karena tertunda akibat dia yang menghadiri seminar, atau mungkin saat sampai di Jakarta panggilan untuk mengisi acara seminar semakin banyak hingga dia lupa mengirim ku pesan, atau mungkin dia melupakan ku?
Aku sadar bukan hak ku untuk meminta Mas Fahmi selalu mengirimi kabar, toh aku juga bukan siapa-siapa nya. Istri bukan, ibu bukan apalagi adek.
Kami bukan siapa-siapa untuk satu sama lain.
Fakta yang selalu mengikat ku tiap kali tangan ku bersiap menekan nomor Mas Fahmi, mencoba menghubungi terlebih dahulu. Sadar aku mungkin tak pernah pantas untuk itu. Sadar Mi, dia cuma ngabisin waktu sama kamu selama dia di sini, dan itu mungkin bukan berarti apa-apa buat dia. Sekali lagi ku tekankan batas untuk hati ku agar tidak ngelunjak, sadar Ami!
Tepukan pelan di bahu ku, disusul munculnya Euis yang sekarang duduk di depan ku mengalihkan perhatian yang semula hanya aku tujukan pada gelas berisi jus mangga yang setia ku aduk-aduk sesekali meminumnya tanpa sadar dan minat.
"Kenapa sih Mi? Dari semenjak di kelas kamu keliatan gak bersemangat, loyo gitu? Abis putus cinta? " aku menggeleng, menolak memberitahu Euis, gundah yang menggeluti hati ku.
"Aneh kamu. Kemarin-kemarin selepas acara SIG kaya bahagia banget, bikin postingan hal yang bagus-bagus kaya orang abis jadian. Sekarang layu banget tuh muka udah kaya krupuk kena air. Kenapa sih? Coba cerita Mi.." aku tetap menggeleng, masih setia pada pendirian ku agar tetap diam. Enggan bercerita.
Euis mendesah pasrah tak lagi bertanya dan lebih memilih untuk diam menikmati mie goreng yang baru saja tiba.
Suasana kantin yang ramai dengan hilir-balik mahasiwa yang berlalu-lalang tak sedikit pun mengusik ku yang sibuk bergulat dengan pikiran ku yang tak menentu. Menanyakan juga menyalahkan diri sendiri tentang semua gundah ini.
_
Aku memutuskan untuk langsung pulang setelah kelas terakhir selesai. Menolak semua ajakan Euis yang meminta ku menemaninya ke beberapa tempat. Entah kenapa rasanya aku sangat tidak bersemangat. Lelah tak kunjung hilang ku rasa di sekujur badan.
Membelokan motor ku memasuki pekarangan rumah, aku menatap Papah yang seperti biasa tengah bersantai di depan teras dengan senyum kecil di balik helm. Setelahnya mematikan motor dan beranjak turun sedikit oleng. Rasa pening mendadak menyerang kepala ku hingga tanpa sadar aku sudah terjatuh tepat satu langkah dari motor yang terparkir.
Papah buru-buru mendekat, mengecek ada apa dengan anak semata-wayang-nya. Mengusap kening ku lembut dan menatap wajah ku khawatir Papah berteriak tidak terlalu keras namun cukup untuk memanggil mamah yang tengah berkutat di dapur dan datang ter buru-buru dengan raut tak kalah cemas melihat aku yang masih terduduk tak bertenaga.