Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.
Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?
Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Murah!
Di hotel, Nadien dan Bi Sari nampak berbinar tersenyum melihat berbagai macam hadiah yang sejak tadi mereka unboxing bersama. Namun hanya satu kotak yang Nadien pegang, hadiah pemberian dari Gea.
"Semua ini mau Non bawa ke rumah?" Tanya Bi Sari.
"Iya Bi."
"Ya sudah bibi bantu beresin ya," Nadien pun menganggu dengan senyum mengembang.
Bi Sari mulai membereskan semua barang-barang itu ke dalam kotak yang cukup besar, sebagian lagi di masukan ke koper. Cukup menyita waktu, setelah semuanya selesai. Nadien dan Bi Sari duduk istirahat sebentar, tak terasa hari mulai sore.
"Maaf ya bi, aku jadi ngerepotin bibi.."
"Apasi Non, bibi gak ngerasa di repotin sama sekali " timpal bi Sari.
"Tapi tetep aja aku udah bikin bibi kecapean kaya gini " merasa bersalah saat melihat wanita di sebelahnya nampak lelah.
"Ya ampun Non. Jujur nih ya, buat bibi segini doang mah gak ada apapanya, bibi mah sering ngelakuin kerjaan yang lebih berat dari ini." Kata Bi Sari menyombongkan dirinya.
"Emang iya..?"
"Haha, bibi becanda Non " Ucapnya di selingi tawa, "lagian ini itu udah tugasnya bibi. Apalagi sekarang Non Nadien itu udah jadi istrinya Tuan, jadi sudah sepatutnya Bibi melayani Non Nadien." Mengusap punggung tangan Nadien.
"Walaupun aku sudah menikah dengan Gavin, aku tetaplah Nadien, Nadien yang sama. Aku gak mau bibi memperlakukan ku spesial, bersikaplah seperti biasa bi. Aku seneng kok dengan cara bibi memperlakukanku sebelum aku menikah dengan Gavin," ujar Nadien tersenyum lembut.
"Non Nadien sangat baik, hatinya benar-benar tulus. Walupun sekarang sudah menjadi Nyonya besar, tapi Nadien tidak sombong, sikap sederhana nya tak pernah berubah. Anda beruntung Tuan, mendapatkan wanita yang sebaik Non Nadien.." Batin bi Sari menatap Nadien hangat.
Bi Sari tersenyum, "Aduh Non ini udah sore bibi harus pulang, gak papa kan bibi tinggal?" Ujar bi Sari setelah melihat jam sudah menunjukan pukul lima sore.
"Iya gak papa bi. Lagian Gavin juga bilangnya mau jemput aku kok," kata Nadien.
"Lho, emang Non Nadien sama Tuan mau pulang hari ini ?" Nadien mengangguk tersenyum lembut.
"Berarti bibi harus cepet pulang dong. Bibi mau masak buat makan malam Non dan Tuan," ujar bi Sari antusias.
Nadien hanya tersenyum melihat tingkah bi Sari, "Non mau pulang jam berapa?" Tanya Bi Sari lagi.
"Gak tau, nunggu Gavin jemput aja." Balas Nadien seadanya.
Bi Sari mengangguk paham, "Ya sudah. Kalo begitu bibi pamit ya Non, barang-barang nya biar bibi aja yang sekalian bawa pulang yah " Saran bi Sari.
"Em.. Emang gak papa bibi bawa barang-barang ini? " Tanya Nadien sedikit ragu, pasalnya barang yang di bawa ini cukup banyak.
"Ya enggak atuh Non. Bibi kan sama Mang Jajang, sebentar bibi telfon dulu mang Jajang nya."
Mang Jajang adalah supir yang bekerja di rumah Gavin. Setelah menelfon, tak lama mang Jajang pun datang membantu membawa kardus sedangkan koper di bawa bi sari sendiri.
"Bibi pulang duluan ya Non," pamit bi Sari.
"Iya bi. Kalian hati-hati ya.." Ujar Nadien tersenyum manis.
Bi Sari pun pamit pulang lebih dulu, Nadien menutup pintu kamar nya. Merasa tubuhnya lengket karna keringat, Nadien beranjak membersihkan dirinya.
~~
Sedang di kantor, Gavin masih sibuk dengan setumpuk pekerjaan nya. Berhubung Gavin baru masuk kembali ke kantor, banyak hal yang musti ia pelajari dan memeriksa semua berkas tentang pendapatan dan pengeluaran. Tak hanya itu Gavin juga meneliti setiap berkas tentang perusahaan nya sendiri, tak ingin ada kesalahan yang ia lewatkan. Tentunya, dengan bantuan Kendrick juga.
Seorang wanita dengan pakaian minim memasuki ruangan Gavin, melihat Gavin begitu fokus dengan pekerjaan nya sampai tak menyadari kehadiran nya. Wanita itu membuka dua kancing atas kemejanya, hingga menampilkan belahan dadanya. Tak lupa merapikan sedikit rambut nya, kemudian memasang senyum termanis nya.
"Ekhem ! "
Gavin mengangkat pandangan nya pada wanita yang tengah berdiri di depan nya, "Jessy. Sejak kapan kamu masuk ke ruangan ku?" Ucap Gavin dengan tatapan nya yang tajam.
"Baru aja " Berjalan mendekati Gavin, "Kamu serius banget kerjanya." Yang kini sudah berdiri di samping Gavin, tangan nya mengusap lembut bahu Gavin.
Gavin melirik tangan Jesslyn yang mengusap-usap bahunya, yang perlahan turun ke dada bidang nya.
"Jessy, jangan macem-macem kita lagi di kantor." Ucap Gavin menatap layar laptop di depan nya.
"Kalo ini kantor emang nya kenapa? Emang gak boleh mesra-mesraan sama pacar sendiri?" Timpal Jesslyn dengan nada manja.
"Cukup Jessy! " Gavin menurunkan tangan Jessy dari bahunya.
"Kamu gak liat aku masih kerja, hah?" Sambungnya, membuat Jesslyn merengut kesal.
Namun tak cukup di situ, Jesslyn semakin gencar untuk menggoda Gavin. Dengan tak tau malunya wanita itu duduk di pangkuan Gavin. Melingkarkan tangan nya di pundak Gavin, membuat Gavin terkesiap dengan belahan dada Jesslyn yang berada tepat di depan matanya.
"Kenapa sih sayang..? Ini itu udah sore, sampai kapan kamu mau mikirin kertas-kertas itu. Gak pusing apa? Mending kita--" Tangan Jesslyn mulai membuka kancing kemeja Gavin.
"Apa yang kamu lakukan, kamu lupa ini kantor Jessy?!" Menatap Jessy datar, "Sekarang turun!" Pinta Gavin, namun bukan nya turun Jesslyn malah memeluk Gavin dengan erat.
"Gak mau. Lagian kenapa sih? Inikan kantor kamu dan kita sekarang ada di ruangan kamu juga, jadi gak mungkin ada orang yang berani masuk--"
Klek!
Kendrick masuk matanya mengarah pada dua manusia yang terkejut menatap nya. Tanpa aba-aba Gavin menurunkan Jesslyn dengan sedikit mendorong wanita itu hingga membuat Jesslyn yang tak siap dengan tindakan Gavin jatuh terjerambab.
"Akhh.. GAVIIN !! " Pekik Jesslyn kesakitan bercampur kesal dan malu.
Gavin tersentak, ia beranjak membantu kekasihnya. Sedangkan Kendrick mengulum senyumnya, dari dulu Kendrick memang tidak menyukai Jesslyn. Menurutnya Jesslyn bukanlah wanita yang baik, entahlah tapi ia tak pernah suka hubungan Gavin dan Jesslyn. Apalagi setiap melihat tindakan nya yang selalu gatal pada Gavin, membuatnya merasa muak dengan kelakuan tak tahu malu Jesslyn.
"Ka-kamu gak papakan, maaf aku gak sengaja..!" Ucap Gavin membantu Jesslyn berdiri.
"Gak papa gimana? Sakit tau.." Merengut kesal.
"Iyaa maaf. Aku bener-bener gak sengaja, lagian kamu aku suruh turun malah diem aja." Menyalahkan Jesslyn.
"Ishh, kamu kok nyalahin aku sih?" Sewot Jesslyn.
"Lho emang iya kan. Aku udah bilang sama kamu, ini kantor. Tapi kamu malah ngeyel ! " Ucap Gavin mulai kesal dengan tingkah Jesslyn.
Jesslyn diam, wanita itu selalu ciut saat melihat Gavin sedang mode kesal. Gavin melirik Asisten nya, yang masih berdiri mematung menatapnya.
"Dan Lo, ngapain diem aja. Ada urusan apa?" Tanya Gavin menatap Kendrick datar.
"Gue cuma mau ngingetin kalau sore ini Lo harus jemput Nadien di hotel." Ucap Kendrick.
Ahh, iya. Karna setumpuk pekerjaan yang bahkan masih belum ia selesaikan, membuat Gavin melupakan Nadien.
"Gavin kamu mau jemput dia?" Tanya Jesslyn dengan raut wajah tak suka.
"Iya, aku udah janji."
"Kenapa harus kamu sih Vin? Kan bisa Ken aja yang jemput wanita itu, kenapa harus kamu langsung yang jemput dia?" Kata Jesslyn yang tak mau Gavin dekat-dekat dengan Nadien.
"Nadien itu istrinya, jadi Gavin jugalah yang harus jemput dia." Timpal Kendrick tak setuju dengan usulan Jessy.
"Tapi dia itu cuma istri palsu, Gavin itu gak cinta sama dia. Jadi buat apa memperlakukan wanita itu layaknya istri beneran?! " Seru Jesslyn menatap Kendrick nyalang.
"Siapa bilang istri palsu? Nadien itu istri SAH. Sah dimata agama dan negara, anda paham?!" Timpal Ken lagi.
"Heh, kamu kok jadi ngedukung dia sih? O.. Jangan bilang kalau wanita itu udah goda kamu juga, iya?" Tuduhnya.
Kendrick mendengus kecil, "Diam! Kenapa kalian jadi berantem?" Lerai Gavin menatap Asisten dan Sekretaris nya itu bergantian.
"Gavin, kamu gak bakal jemput dia kan? Aku mau pulang sama kamu.." Rengek Jesslyn bergelayut di tangan Gavin.
"Maaf Jess, aku harus jemput Nadien." Putus Gavin tanpa bisa di cegah.
"Tapi--"
"Aku udah bilang sama kamu, kalau Nadien itu urusan aku. Jadi kamu gak perlu ikut campur! " Gavin menarik tangan nya dari Jesslyn, meraih jas di kapstok kemudian menyambar kunci mobil dan ponselnya di meja.
Saat melewati Jesslyn Gavin sempat berhenti sejenak, Jesslyn pikir Gavin akan mengurungkan niatnya. Namun ternyata ia salah, Gavin malah mengatakan hal yang membuat Jesslyn gelagapan.
Dengan berbisik Gavin mengatakan, "Tutup pakainmu dengan benar. Jangan bersikap seperti wanita murahan ! " Ucap Gavin menatap dua kancing kemeja Jessy yang terbuka.
Setelah mengatakan itu Gavin berlalu pergi meninggalkan Jesslyn yang nampak menahan kekesalan nya hingga membuat wajahnya memerah. Ken pun diam-diam menahan tawa nya, puas melihat wajah Jessy yang nampak kesal sekaligus malu.
*
*
*
Nadien nampak duduk di depan cermin meja rias, gadis sudah menganti pakaiannya selesai mandi Nadien merasa lebih segar dan nyaman. Gadis itu tengah bersiap menunggu suaminya kembali, bahkan Nadien begitu cantik dengan make up tipisnya. Demi untuk menyambut Gavin, untuk pulang bersama.
Namun, sudah satu jam Nadien menunggu. Tapi Gavin tak juga muncul, Nadien sudah tak bisa diam. Gadis itu sudah duduk, berdiri, hingga berjalan mondar mandir bak setrikaan. Menunggu suaminya yang tadi pagi berjanji akan menjemputnya sore ini.
Nadien sudah mencoba menelfon namun tak kunjung di angkat, bahkan pesan dari Nadien pun tak ada yang di baca. Nadien menghela nafas panjang, ia duduk di sofa matanya menatap ke arah pintu sedang wajahnya terlihat muram.
Cukup lama Nadien menunggu, hari pun sudah gelap tapi Gavin masih belum kembali. Mulai pegal karna duduk terlalu lama, Nadien beranjak bangun. Namun, pintu tiba-tiba terbuka menapakkan sosok Gavin di sana.
Nadien menoleh, wajahnya yang semula murung berubah cerah. Matanya berbinar, senyumnya terbit menghiasi wajah cantiknya. Seseorang yang ia tunggu-tunggu sejak sore tadi akhirnya datang juga.
...****************...
Next..