NovelToon NovelToon
ANAK MAMA

ANAK MAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Kehidupan di Kantor
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Kunci

Malam "panas" antara Danar dan Luna, menjadi awal kisah mereka. Banyak rintangan serta tragedi yang harus mereka lalui. Masa lalu mereka yang kelam akankah menjadi batu sandungan terbesar? atau malah ada hamparan bukit berbatu lainnya yang terbentang sangat panjang hingga membuat mereka harus membuat sebuah keputusan besar dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Kunci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31.

Setelah pertemuan terakhirnya dengan Sang Kakak Ipar dan langsung mengirim pesan tenggat waktu berpikir yang diminta olehnya pada Sang Kekasih, kini Luna terlihat sedang sibuk memeriksa daftar absen digital di ruangan Ibu Rahma. Kerutan di dahinya muncul tatkala dilihat daftar absen atas nama Dimas dan ketika Sang Atasan masuk, perempuan muda itu lalu bertanya. Wajah Luna sangat terkejut, setelah selesai memeriksa absen tersebut dengan cepat dia mencari keberadaan Ningning.

"Heum, semenjak kamu cerita keseriusan hubungan kamu sama Pak Danar, Na, kita jadi jarang kumpul - kumpul terutama kamu yang selalu menghilang begitu saja. Dimas itu udah mau 2 minggu nggak masuk. Mmmm, ntar sore rencananya aku mau nengokin dia lagi, kamu bisa ikut?" jelas Ningning dengan melihat kearah Luna dengan sedikit keraguan.

Luna langsung mengangguk dengan cepat.

Di lain tempat, lebih tepatnya di rumah Dian juga Mutiara. Dian terlihat duduk bersandar di dinding ranjang nan empuknya dengan berselimut 1/2 badan, wajahnya terlihat sangat pucat. Mutiara dan beberapa pelayan terlihat bolak - balik masuk ke dalam kamar perempuan berambut panjang itu. Tatapan nanar Mutiara dengan sejuta pertanyaan yang sama terus tumbuh dan memenuhi kepalanya, semua sakit yang menyerangnya berusaha ditahan sekuat tenaga, hingga sebuah ketukkan pintu membuat semuanya berubah.

"Nona, operasi dari Dimas Abdi Mulyono berjalan lancar, kini sedang dalam masa recovery dan kami juga sudah mengurus semua administrasi yang diperlukan..." lapor seorang penjaga bertubuh besar dan kekar.

Dian hanya mengangguk sekali dengan senyum simpul yang dipaksakan. Lalu penjaga itu memberi hormat sekali dan meninggalkan kamar Dian. Arah pandang perempuan berambut hitam lurus itu, kembali kearah daun jendela kamarnya yang terbuka, semilir angin cukup dingin menerpa hampir keseluruhan tubuhnya. Senyum lebar terkembang dengan perasaan lega yang tiba - tiba muncul, kemudian dia menyingkap selimut dan secara perlahan turun dari tempat tidur, Dian berniat melangkah namun sayang kondisinya belum benar - benar bisa memberi tenaga yang cukup untuk otot juga saraf perempuan itu menopang dan memberi kesadaran yang cukup.

Brug...

Tubuh lemah Dian ambruk dan perlahan kesadarannya pun menghilang.

"Dimas..." kata yang sempat diucapkannya dalam hati.

xxxxxxxx

Dimas seketika membuka matanya dan membuat Sang Kakak Leoni terkejut, lalu dengan cepat memanggil tenaga medis yang berjaga. Aktifitas jantung Dimas meningkat dan satu kata yang dia ingat pasti,

"Dian..." pelan namun pasti, disaat yang sama Dimas memaksa untuk bangun namun rasa sakit luar biasa langsung menghantam tubuh lelaki itu, hingga dia tidak bisa melawan dan berakhir kembali berbaring.

Sekelompok tim medis datang ke ruang ICU tempat Dimas berada saat ini, diperiksa dengan teliti semua bagian tubuh lelaki muda itu oleh tim medis dan wajah lega serta kabar baik langsung disampaikan pada Leoni, Sang Kakak. Leoni kemudian mendekat dan mengelus pelan puncak kepala Sang Adik, pandangan Dimas yang masih menggunakan alat bantu napas itu terlihat sayu karena masih dalam pengaruh obat bius.

"Kak, Dian? Kakak liat ada perempuan..." ucapan Dimas yang masih terdengar lemas dipotong oleh Sang Kakak.

"Dim, kamu yang tenang. Dari awal cuman ada Kakak dan Bapak yang nungguin kamu, kata orang rumah sakit, kamu diantar oleh sebuah ambulan juga para tim medis. Jadi nggak ada orang lain, sekarang kamu yang tenang ya, biar cepet sembuh..." Leoni 1/2 berbohong pada Sang Adik.

Mata Dimas yang masih sangat sayu itu terlihat sangat kecewa dari sorot mata lelaki itu, lalu dia kembali memejamkan mata serta meneguk salivanya sekali. Leoni terus memandangi wajah Sang Adik yang terlihat banyak lebam juga dengan perasaan sedikit bersalah.

Tidak lama setelah Dimas yang tersadar, Ningning dan Luna beserta beberapa teman sedivisi mereka datang menjenguk, Leoni menyambut kedatangannya dan berbincang diluar ruangan. Cukup lama mereka semua bercengkrama dengan Leoni dan melihat kondisi Dimas dari kaca luar pembatas ruang perawatan lelaki muda itu. Ketika akan berpamitan, langkah Luna dan Ningning terhenti oleh panggilan Leoni.

"Maaf, kalian jadi pulang lebih lama. Tapi ini hal penting yang harus saya tanyakan..." ucap Leoni sambil menatap kedua teman sedivisi Sang Adik.

Luna dan Ningning saling bertatapan sesaat lalu mengangguk pelan dan kembali melihat kearah Leoni. Kedua tangan Leoni saling mengait dan posisi duduk yang lebih maju.

"Ini soal perempuan bernama Dian, saya boleh meminta tolong pada kalian untuk mencari tahu latar belakang keluarganya. Dari awal saya bertemu dia dan semua pengawal yang mengikutinya, saya merasa dia bukan dari keluarga sembarangan. Saya mohon Luna, Ningning..." ucap Leoni.

Luna langsung memutar sedikit bola matanya dan menatap kearah bawah, dia sedikit gugup mendengar permintaan dari Kakak Dimas tersebut. Sedangkan Ningning terdiam membeku sesaat, hingga tangan Leoni meraih tangan mereka.

"Dia bisa saja mengaku sebagai atasan Dimas, tapi dari gestur tubuhnya dan juga Dimas yang bertingkah aneh hingga saat dia sadar, nama perempuan itu yang pertama kali disebutnya. Jelas sekali ada sesuatu yang lebih diantara mereka, saya hanya tidak mau adik saya terluka lagi. Jadi, saya mohon..." kini air mata Leoni sudah tergenang dengan wajah memelasnya juga agak meremas tangan Luna juga Ningning.

Luna masih terdiam dan Ningning kemudian memegang balik tangan Leoni. Perempuan berambut cepol itu kemudian berjanji akan menyelidiki soal Dian dan memberi informasi secepat mungkin sedangkan Luna langsung melihat kearah Ningning dengan wajah tidak percaya juga sangat ragunya.

"Ning, tapi..." ucapan Luna terhenti ketika satu jari Ningning menempel di depan bibir mungilnya. Kerutan di dahi Luna terbentuk sedikti, lalu Ningning duduk agak mendekat ketika mereka sudah berada di dalam kereta menuju pulang.

"Na, kamu tenang aja. Aku ngomong kayak gitu tadi, cuman biar Kak Leoni tenang. Hubungan Dimas sama Mbak Dian biar jadi urusan mereka, tapi sebenernya Kak Leoni juga nggak salah kalau khawatir. Keluarga Perkasa itu, bukan keluarga kaya biasa. Aku rasa diperlukan orang - orang yang setara dengan mereka atau orangnya harus punya pengaruh lebih besar dari mereka..." Ningning mengutarakan pendapatnya sambil sesekali melihat kearah Luna.

Mata Luna sedikit membesar dan kemudian dia merubah posisi duduk menjadi menghadap ke depan, desiran aneh yang sempat hilang beberapa waktu lalu kembali muncul ketika mendengar ucapan teman perempuannya itu. Dia terdiam sambil memainkan tali tasnya.

Sesampai di rumah kontrakkannya, Luna yang sudah terlihat sedang bersiap tidur, memandangi layar ponselnya. Banyak pesan singkat yang dikirimkan Danar untuknya dan tidak satu pun dibaca oleh perempuan muda itu, kemudian ditaruh gawai pintarnya dan satu tangan agak kurus Luna menarik laci di salah satu nakas tepat di depannya. Sebuah kotak kalung yang diserahkan Danar kembali diambil, dibuka dan dilihat isinya dengan posisi terlentang. Sinar lampu kamarnya sedikti memuat mata cukup indah Luna silau namun tetap lebih menyilaukan bandul kalung yang ada di depannya kini.

"Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini, Mas? Apa aku akan siap jadi bagian dari hidup dan menyandang nama Perkasa seperti keinginanmu?" gumam Luna.

Sesaat dilihat kalung itu dengan pikirannya yang carut - marut kemudian dia memejamkan matanya dan mengembalikan kotak kalung itu ke tempatnya, dimatikan lampu kamar itu. Luna memutuskan untuk pergi tidur, karena hanya dengan pergi ke alam mimpi dia bisa sejenak kabur dari semua masalah yang sedang dia hadapi.

********

1
Mak e Tongblung
beberapa kali "mengangguk" kok "menganggur" , tolong diperhatikan thor
Kata Kunci: 🙇‍♀️🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!