Menjadi wanita simpanan pria beristri, bukalah pilihan hidup bagi Vivian. namun dia bisa apa? cuma ini jalan satu-satunya agar bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat, demi kesembuhan sang ibu tercinta.
"Oke, Viv. selama kamu menjadi wanita simpananku, kamu dilarang untuk jatuh cinta apalagi hamil. jika kamu melanggar kesepakatan kita, maka kamu harus pergi tanpa mendapatkan apa-apa dariku, karena cuma istri sahku yang berhak untuk melahirkan calon penerus Davison."
"Oke, aku terima dengan senang hati syarat darimu, tuan." Viv tersenyum merasa syarat yang diberikan cukup mudah.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh dihati mereka. meskipun tidak terucap namun David berusaha untuk terus melindungi Viv, dari niat jahat ibu tirinya yang ingin menguasai harta warisan atas nama Viv.
Bahkan karena kecerobohannya, Viv hamil dan jatuh cinta pada Dav, hingga melanggar kesepakatan.
Bagaimanakah kisah cinta mereka selanjutnya? apakah Viv pergi tanpa membawa apa-apa atau sebaliknya?"😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik kecilku
"Tuan, apa anda jadi membeli saham perusahaan Bramantyo yang sudah beralih kepemilikan atas nama Prayoga." tanya Nick.
"Tentu, tapi gunakan nama samaran atas perusahaan King' X, salah satu anak perusahaan yang baru aku beli. karena mengalami kebangkrutan parah." perintah David yang tidak ingin Marina mengetahui jika dia dalang di balik semua itu.
"Baik tuan."
"Tidak lama lagi, apa yang menjadi hakmu akan kembali ketanganmu, Viv. aku pastikan orang-orang yang sudah menyakitimu akan memohon dan menghiba belas kasih dari mu setelah ini." bathin David tersenyum dengan rencana besarnya.
Namun seketika senyuman David tiba-tiba memudar, membuat Nick sempat mengernyitkan keningnya melihat ekspresi penuh misteri yang ditujukan David. Dengan mudahnya suasana hati pria tersebut berubah.
"Tuan, apa ada masalah?" tanya Nick hati-hati.
"Apakah nantinya, Viv masih bersedia menjadi wanitaku, jika dia sudah memiliki kembali kekayaannya?" pertanyaan terlontar begitu saja dari bibir David. Tiba-tiba kekhawatiran membuatnya resah tak menentu, bahkan tersirat keraguan dihatinya untuk kembali membantu Viv untuk mendapatkan hartanya dari Sandra.
"Tentu, karena Nona Viv bisa mendapatkan semua hartanya kembali, berkat bantuan dari tuan." jawab Nick.
"Aku ragu Nick, mengingat Viv yang hanya terpaksa menjadi wanitaku karena butuh uang, jika dia sudah memiliki segalanya. tentu dia tidak akan membutuhkan aku lagi."
"Lalu kita harus bagaimana tuan?"
"Aku ingin Viv membutuhkan aku dari segala hal, termasuk uang. Sehingga dia tidak bisa lepas dariku, dengan menjadikan dirinya kupu-kupuku yang indah, agar bisa memberi warna setiap hari-hariku yang kelabu."
"Kalau begitu, saran saya sebaiknya tuan tetap membuat nona Viv membutuhkan anda, termasuk uang dan materi. Dengan tidak membantunya mengambil harta warisannya."
"Aku bingung, disisi lain aku sangat ingin membatu, namun takut kehilangan jika dia sudah kaya raya." Dav mengusap kepalanya yang mendadak pusing.
"Saya yakin, tuan pasti menemukan jalan keluar terbaiknya. Saya permisi dulu." jawab Nick yang tidak ingin ikut campur lagi masalah pribadi sang bos yang sedang galau.
"Hm."
***
Siangnya, David sengaja meminta Grace untuk mengantarkan Viv. menuju kantor perusahaan. Karena Dia ingin menikmati makan siang bareng dengan kucing kecil kesayangannya.
"Selamat siang, Dav." sapa Viv manja, begitu dia sampai dalam ruang kerja David yang luas dan mewah.
"Kamu telat Lima menit, baby."
"Maaf, tadi dijalan sempat macet."
David berdiri berjalan menghampiri Viv, lalu merangkul bahu gadis itu berjalan menuju lobby.
"Ayo ikut aku."
"Dav, emangnya kita mau makan siang dimana?"
"Restoran dekat pantai." jawab David singkat.
"Wau, aku sangat menyukai suasana pantai Dav." mata Viv berbinar-binar bahagia.
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah sampai dihalaman luas sebuah restoran mewah, tanpa ragu David mengandeng mesra sebelah tangan Viv. berjalan menuju sebuah ruangan khusus yang telah dipesan Nick sebelumnya. Viv sempat berbunga-bunga dengan perlakuan hangat David.
Rasa bahagia diperlakukan istimewa, dengan debaran jantung yang terus berpacu seperti genderang mau perang membuat Viv sering mengulas senyum.
"Kendalikan perasaanmu Viv, jangan pernah berharap lebih, bagaimana pun Kamu hanya wanita pemuas nafsu untuk tuan David. bahkan dia tidak pernah menjanjikan Cinta dan kebebasan untukmu." bathin Viv tiba-tiba sedih teringat perjanjian kontrak mereka.
Ruangan yang langsung menghadap pemandangan lepas suasana pantai yang indah, membuat rambut panjang Viv tergerai bebas ditiup angin.
"Sangat cantik." gumam David pelan.
Pramusaji mulai sibuk menata menu makan siang mereka, semua terlihat lezat dan menggugah selera makan Viv.
"Silahkan tuan, nona. Ini adalah menu andalan restoran kami. Yang dimasak khusus oleh chef ternama, spesial untuk menyambut kedatangan tuan David dan nona." ucap kepala pelayan penuh hormat.
Viv sangat menikmati makan siangnya, sesekali Dav membantu menyuapi Vivian. bahkan saat ada makanan yang menempel disudut bibir gadis itu, tanpa sungkan, David menyapu dengan ibu jarinya lalu memasukkan kedalam mulutnya sendiri tanpa jijik.
Bahkan David terkesan sengaja menyuapi Viv, mengenai bibirnya. namun kali ini dia tidak pakai ibu jarinya lagi melainkan menjilati bibir Viv secara langsung. wajah Vivian merah merona apalagi dalam ruangan itu masih ada pelayan yang berdiri dibelakang mereka.
"Kalau begini caranya, kapan siap makanya?" bathin Viv. Meskipun tidak berani membantah apalagi menolak perlakuan sang Presdir.
"Dav, apa kamu tidak balik lagi kekantor?"
"Kenapa kamu menanyakannya!" David mengangkat sebelah alisnya ke atas.
"Karena ini sudah lewat dari jam istirahat kantor."
"Aku pemiliknya, jadi tidak ada waktu ataupun jam kerja yang mengikatku. Kecuali jika kamu menginginkan sesuatu?" David balik bertanya.
"Aku tidak menginginkan apa-apa lagi tuan, hari ini sudah cukup menyenangkan bagiku."
"Tapi tidak denganku, tiba-tiba adik kecilku ingin dimanjakan lagi."
"Apa tuan punya adik, kenapa aku tidak tahu?" pertanyaan polos terlontar begitu saja dari bibir Viv.
"Ya, apa kamu ingin melihat atau berkenalan lagi dengan adikku." menarik sebelah tangan Viv menuju bawah celana nya.
"Tidak...aku sudah cukup mengenalnya." jawab Viv dengan ekspresi wajah yang sudah memerah, saking malunya, karena perkataan David yang vulgar, namun pria itu malah santai saja.