Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Icip Icip
Isabbela menatap bocah kecil yang mirip dengan Adnan mantan suaminya, hatinya berdebar-debar. Mungkin ini naluri seorang ibu sejahat apapun.
"Hai... nama kamu Afina, kan?" tanya Bella memegang dagu nan lancip itu tersenyum.
"Kok Tante, tahu?" polos Afina.
"Tahu dong... saya kan..."
"Bung David, kami mohon, bawa pergi istri Anda ke luar dari sini," usir Adnan, memotong ucapan Bella.
"Baik Tuan Adnan, kami minta maaf," David menarik lengan Bella agar berdiri. Ia tidak menganggap bahwa kata-kata Adnan mengusir secara halus, karena David tahu siapa istri nya.
"Kita pulang Bella" kata David.
"Tapi Dav," Bella mendongak menatap suaminya seolah enggan untuk berdiri.
"Bella, di belakang kita sedang antri," David menegaskan.
Mau tidak mau, Bella beranjak lalu pergi, menoleh Afina tidak berkedip sambil jalan diseret-seret oleh Davit suaminya.
Sabrina masih tertegun dengan kejadian baru saja. Mengapa Bella bisa datang kesini? Apakah Adan mengundangnya? Itulah pertanyaan Sabrina dalam hati.
Sabrina menoleh Adnan tersirat dari wajahnya, bahwa suaminya sedang menahan amarah.
"Mas... senyum dong di depan tamu, jangan merengut begitu, nanti mereka sangka... Mas kesal sama mereka," nasehat Sabrina saat di panggung sedang sepi. Sabrina mengusap punggung tangan Adnan.
"Iya" sahut Adnan pendek.
"Bunda... kok Tante tadi tahu nama aku?" tanya Afina mungkin ia kontak batin dengan ibu kandungnya.
"Sayang..." Sabrina bingung entah mau menjawab apa. Ia melirik Adnan walupun bagaimana Sabrina tidak mau asal ceplos, sebab harus menjaga perasaan suaminya. Entah apa permasalahan mereka di masa silam, Sabrina tidak berhak ikut campur.
"Tante tadi itu, tamu seperti yang lainya sayang... seperti tamu-tamu tadi kan juga banyak yang kenal nama kamu," Adnan menjelaskan.
"Oh" hanya itu jawaban Afina.
*******
Sementara Bella, ternyata menginap di hotel yang sama, saat ini sudah berada di kamar.
"Bella! Kamu jangan selalu membuat masalah! Aku ini malu Bella!" hardik David sambil mengganti baju resmi yang ia kenakan dengan baju santai.
"Apa aku salah Dav! Jika aku menyapa anak kandungku?!" sungut Bella.
"Kamu tidak salah Bella, tapi cara mu yang salah!" David meggerakkan kedua tangan. Berdiri di depan Bella yang duduk di ranjang.
"Caraku yang mana, yang salah, Dav?!" Bella tak mau kalah.
"Andai kamu di awal tadi bicara baik-baik, pasti Adnan tidak akan mengusir kita Bella! Aku malu!" David menatap Bella nyalang.
Percekcokan terjadi, inilah keadaan rumah tangga Bella saat ini. Tidak bedanya dengan rumah tangga Bella ketika bersama Adnan dulu. David pun meninggalkan Bella keluar, daripada menambah suasana menjadi semakin panas.
Bella menjatuhkan badanya di kasur pikiranya kembali ke masa silam.
Flashback on.
Bayi perempuan mungil telah lahir ke dunia. Adnan menyambut dengan rasa senang. Ia gendong bayi yang masih merah setelah ia adzani. Adnan ambil sehelai rambut guna melakukan tes DNA. Bukan Adnan tidak mau menyayangi bayi yang tidak berdosa ini, jika ternyata anak yang dilahirkan Bella bukan darah dagingnya pun Adnan tetap akan menyayangi. Namun, Adnan juga ingin tahu sebenarnya.
"Bella, susui bayi ini," titah Adnan menidurkan Afina di pinggir Bella.
"Tidak mau! Ini anak loe! Bukan anak gw!" ketus Bella mlengos kesal.
"Perempuan macam apa kamu ini Bella! Ibu yang tidak mau mengakui darah dagingnya sendiri?! Kucing saja, akan menyusui anaknya," Adnan marah.
"Gw tidak perduli!" jawab Bella.
"Baik! jika kamu tidak mengakui bayi ini tidak masalah. Saya yang akan membesarkan! Tapi tolong catat! Bella! Mulai detik ini, dan seterusnya! Jangan pernah menemuinya! Titik!" Adnan pergi meninggalkan rumah sakit dengan menggendong Afina. Namun sebelumnya Adnan memeriksakan keadaan Afina walaupun tampak sehat, sekaligus ambil hasil tes DNA ternyata Adnan terbukti ayah biologis Afina.
Sejak saat itu Bella tidak pernah lagi menemui anaknya.
Flashback off
Bella menghela napas kasar, kemudian ke luar kamar entah mau kemana.
********
Pesta pernikahan telah selesai, Sabrina dan Adnan masuk ke kamar hotel. Sementara Afina diajak mama Fatimah ke kamar beliau.
"Alhamdulillah... acaranya akhirnya selesai ternyata berdiri seharian capek juga ya Mas," Sabrina bersandar di sofa sambil memijit betisnya.
"Mau aku pijit?" Adnan ikut duduk di sofa.
"Mas juga capek kan," jawab Sabrina. "Mendingan Mas mandi dulu deh, nanti terus gantian," Sabrina pun kasihan melihat suaminya yang tampak redup.
"Iya, bentar," Adnan memijit bawah mata kaki Sabrina.
"Enak juga ternyata pijatan Mas," puji Sabrina memejamkan mata.
"Enak dong, kan aku pernah bekerja jadi tukang pijit" kelakar Adnan.
"Pasti tukang urut wanita yang cantik-cantik kan?" Sabrina mencebik.
Adnan terkekeh, ia terus memijit sambil ngobrol, sebenarnya obrolan mereka tidak berpaedah, tapi bagi Adnan dan juga Sabrina hanya agar bisa lebih dekat dan mengenal karakter pasangan.
Tangan Adnan merambah ke atas menyingkap gaun pengantin Sabrina hingga menampakkan betis putih nan mulus.
Adnan menelan saliva, baru melihat betis sang istri sudah membuatnya bergairah.
Sabrina menikmati pijatan hingga terkantuk-kantuk. Ia baru sadar ketika tangan Adnan merambah ke paha terasa geli, membuat nya membuka mata.
"Mas... aku mau mandi dulu," Sabrina seketika bangun lalu berdiri.
"Mandi berdua ya," Adnan mengulum senyum.
Sabrina tidak menanggapi kemudian ambil baju ganti di dalam koper membawanya ke kamar mandi.
20 menit kemudian, Sabrina sudah ke luar dari kamar mandi mendapati suaminya sudah membuka baju pengantin hingga menyisakan kaos dalam berwarna hitam.
Adnan duduk di sofa bertumpang kaki terlihat masih anak remaja 25 tahun.
Baru sekali ini Sabrina melihat suaminya mengenakan kaos. Tiap kali bertemu Adnan pasti mengenakan kemeja dan celana bahan.
Tidak Sabrina pungkiri, pesona Adnan sungguh memukau. Ia sendiri tidak percaya jika bisa di persunting olehnya.
"Kamu kok melihat aku seperti itu? Sudah pasti lah jika suami kamu ini tampan" Adnan mengukir senyum berjalan mendekati Sabrina yang masih terpaku di tempat.
Dirangkulnya tubuh tinggi semampai Sabrina. Wajahnya tepat jatuh ke leher Adnan. Adnan memegang kedua sisi kepala Sabrina kedua iris mata mereka saling bertemu.
Tidak Sabrina duga bibirnya terasa hangat karena sudah menyatu dengan bibir Adnan. Entah mengapa Sabrina tidak bisa menolak justru menikmatinya. Membawanya melayang jauh ke dunia yang belum pernah ia singgahi.
"Mas... mandi dulu ya" Adnan menyudahi pagutan lalu bergegas ke kamar mandi. Ternyata ia baru-- icip-icip saja.
Sabrina memandangi suaminya, hingga tidak terlihat lagi. Ia pegang bibirnya yang terasa ba'al karena ulah suaminya, kemudian duduk di ranjang lalu menjatuhkan tubuhnya asal, karena terasa lelah kemudian tidur.
Adnan yang sudah selesai mandi hanya mengenakan handuk, dengan rambut yang masih basah mendekati Sabrina.
.
.
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello