NovelToon NovelToon
Love Stalker Syndrome

Love Stalker Syndrome

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / One Night Stand / Bad Boy / Office Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Tyarss_

Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandiwara

   Dalam pengamatannya, Arutala terlihat enjoy menikmati waktunya dengan Davina. Senyuman pria itu terlihat jelas. Dan Milan iri karena Davinalah alasan pria itu tersenyum.

Lyra mengamati perubahan di wajah Milan. Kedua sudut bibirnya tertarik. Lalu berkata, "Are you jealous?"

Dahi Milan berkerut mendengar penuturan temannya itu. "What? No? absolutely not!" bantah Milan. Memutar kedua bola matanya. Jengah melihat kebersamaan Arutala. Tanpa sadar Milan meletakkan alat makan yang ada di tangannya sedikit keras. Menimbulkan bunyi nyaring yang hanya bisa di dengar oleh Lyra.

"Baiklah. Jika kau memang tidak cemburu. Sekarang apa yang harus kita lakukan? Menyalakan alarm kebakaran lagi?" sindir Lyra mengingatkan Milan pada tempo malam. Milan mendengkus.

Jari telunjuk Milan mengetuk meja beberapa kali dalam tempo lambat. Berpikir cara terbaik untuk memisahkan Arutala dan Davina untuk sementara waktu.

Sementara Lyra memilih untuk menikmati hidangannya. Sambil matanya melirik sekeliling.

Kebersamaan yang di suguhkan Arutala dengan Davina sangat menganggu konsentrasi Milan. Lihatlah bagaimana Arutala begitu perhatian mengusap sudut bibir wanita itu.

Yang sebenarnya terjadi antara Davina dan Arutalah ialah Davina yang meminta saran warna lipstick pada pria itu.

"Aku baru saja mengganti warna lipstikku. Apa menurutmu cocok?" tanya Davina sembari menunjukkan senyum di bibirnya.

Arutala yang memperhatikan dengan sangat baik, mengulurkan tangan mengusap sudut bibir Davina.

"You look pretty with any lipstick color."

Rona merah muncul di wajah Davina. ia tersipu malu mendapat pujian dari Arutala.

Mudah saja bagi Arutala untuk membuat wanita tersipu. Selain tampan Arutala juga tau bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik.

"Jadi, apa akan ada pertemuan kedua setelah ini?" tanya Davina.

Arutala mengangguk. "Tentu saja. kita akan terus bertemu."

"Benarkah? Aku kira ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir. Karena banyak rumor yang mengatakan jika mendekati sulung Ganapatih itu sangat sulit."

Mendengarnya membuat Arutala terkekeh. "Dan kau termakan dengan rumor itu?"

Davina mengangguk antusias. "Hmm. Tentu saja. karena aku termasuk salah satu wanita yang mengidolakan ketampanan sulung Ganapatih."

Keduanya tertawa bersama. Arutala sesekali melirik sekitar masih mencari keberadaan Milan.

Apa mungkin wanita itu tidak menuguntitnya kali ini? Apa Arutala harus mengambil tindakan yang lebih berani?

"Aku akan mengantarmu pulang malam ini." Ujar Arutala.

"Tidak perlu. Aku menginap di lantai atas. Aku sedang tidak ingin berada di rumah."

"Kalau begitu aku akan mengantarmu sampai kamar. Dan aku memaksa."

"Dan aku suka di paksa. Come on." Davina mengedipka sebelah matanya. Menunjukkan sikap nakalnya.

Arutala menyunggingkan senyuman.

Di sisi lain, Milan sudah berdiri melihat Davina dan Arutala yang pergi meninggalkan mejanya.

"Mereka mau kemana?" tanyanya cemas.

Lyra membalas. "Check in mungkin."

Milan mendelik. Bisa-bisanya Lyra mengatakan itu padahal mati-matian otak Milan mengalihkan pikiran itu. "Shut up, Ly. Kau memabuat ku semakin kesal."

"Pikirkanlah hal paling sederhana Milan. Telpon Arutala dan katakan kau sangat membutuhkannya saat ini. Jika dia pergi dan meninggalkan Davina. Trust me, he chose you."

Beberapa detik Milan dan Lyra saling bertukar pandang. Berbicara melalui mata mereka. Mungkin Milan patut mencobanya.

"Call him. Now." Perintah Lyra.

Milan terlihat gelisah. Tangan kanannya terkepal kuat di atas meja. Sedangkan satu tangannya lagi mengacak rambutnya frustasi. "Oh Shit!"

Dan Milan melakukan perkataan Lyra. Menghubungi Arutala. Berdering. Arutala tidak lekas mengangkat panggilannya. Membuat Milan semakin keringat dingin.

"Milan?" Panggil Arutala dalam sambungan telpon.

"Maaf pak, menganggu kencan mu malam ini. Tapi apa kau mau menolong ku? aku sekarat." Milan memejamkan matanya. Merasa menyesal dan bodoh karena telah mengatakan itu.

"Milan, kau baik-baik saja?"

"Tidak terlalu baik pak."

"Baiklah aku akan ketempatmu sekarang."

Arutala langsung memutus panggilannya. Milan mematung. Arutala memilih dirinya? Meninggalkan Davina?

Lyra nampak terlihat puas. Benar dugaanya. "Benarkan dugaan ku. Dia memilihmu. Jadi tunggu apalagi. Kau harus pulang sekarang."

"Masalahnya sekarang, Arutala menuju apartemen yang tidak pernah ku tinggali. Damn! Kita tidak memiliki rencana yang matang." Milan kembali panik.

"Kata siapa? Aku sudah merencanakan ini sebelum kita berangkat. Aku menyuruh asisten rumah untuk membawa barang-barang pribadimu ke tempat itu. Hanya beberapa tidak banyak. Dan kurasa itu sudah cukup membuktikan bahwa kau memang tinggal di sana." Penjelasan itu membuat Milan menatap takzim Lyra.

"You genius. Tidak salah aku selalu mengandalkanmu."

Sebelum berangkat kemari. Lyra sudah berpikir matang. Dan lagi, ia sangat penasaran dengan Arutala. apa mungkin pria itu juga memiliki perasaan yang sama dengan Milan. Dan setelah membuktikannya sendiri, ternyata dugaannya benar. Tapi sayangnya, membuat Milan sadar akan perasaannya sendiri sangat sulit. Jadi untuk semantara hanya ini yang bisa di lakukan Lyra.

"Kita harus bergegas sekarang."

"Chill. Selain pintar dan cantik, kau lupa aku juga pembalap handal?" ujar Lyra membanggakan dirinya.

Baru kali ini, Milan merasa puas mendengar nada narsis Lyra.

Mobil audi r8 melesat di jalanan. Semakin malam, jalanan sedikit lengang. Membuat Lyra dengan mudahnya menyalip mobil yang ada di depannya.

Begitu sampai, Milan langsung beganti pakaian tidur. Tak lupa ia menghapus make up di wajahnya. Mencepol asal rambutnya. Ia mengambil kompresan yang sudah di rendam air hangat oleh Lyra. Lalu mengelapkannya pada beberapa bagian tubuhnya. Membuat tubuhnya bersuhu hangat.

Setelah memastikan kondisi Milan, Lyra langsung pergi.

Tak selang beberapa lama, sebuah ketukan terdengar dari pintunya.

Milan membukanya, ia terkejut lantaran Arutala yang tiba-tiba langsung memeluknya dengan erat. Tubuh Milan tegang, terkesiap.

"Are u okay?" tanya Milan. Memegang wajah Milan. Memastikan tidak ada yang terluka.

Milan balas memegang tangan Arutala yang berada di sisi wajahnya. Dari sorot matanya, Milan dapat melihat kekhawatiran Arutala. "Not today. Aku merasa sakit. Dan aku tidak punya teman yang bisa membantuku malam ini. Apa aku termasuk karyawan yang tidak tau diri? Karena sudah berani merepotkan atasannya?"

Autala dapat bernapas lega sekarang. Ia sempat berpikir apa mungkin Milan tidak menguntitnya karena Milan berada dalam bahaya. Tapi syukurlah jika ini rencana Milan. Tentu saja Arutala tidak bodoh. Sudah pasti Milan berbohong.

"Yaa. Kau mendapatkan nominasi sebagai karyawan tidak tau diri. Karena berani memerintah atasannya."

"Padahal kau bisa menolaknya. Jika memang itu mau mu."

Arutala menggeleng. "Aku tidak akan menolak apapun permintaanmu."

Milan menahan napas beberapa detik. Kejujuran Arutala membuat jantungnya berdetak cukup keras. "Tapi kenapa?"

Arutala tidak membiarkan Milan untuk berbicara lagi. Ia menggendong Milan tanpa persetujan wanita itu. Membuat Milan terkejut akibat aksi dadakan Arutala.

"Sudah jangan bayak tanya. Kau bilang kau sedang sakit? Apa kau berbohong padaku? Sejujurnya kau hanya ingin bertemu dengan ku malam ini? Apa itu benar Milan?"

Milan diam. Ia kehabisan kata-kata. Yang dia bisa lakukan hanya membantah.

"Tidak! Aku beneran sakit Aru." Rengeknya.

Arutala menjatuhkan tubuh Milan dengan sangat hati-hati ke atas ranjang wanita itu.

"Baiklah aku percaya. Aku sudah membawakan mu obat. Setelah ini kau harus meminumnya lalu tidur. "

Malam ini, Arutala sangat dominant. Milan tidak bisa membantah satupun perkataan Arutala. Dia mengikuti apapun yang di katakana Arutala.

1
Irma Wati Jelita
kk episode pelit ☺️3 gtu. dong kk
sagitarius: mau gitu, tp nunggu dapet libur kerja dulu yaa😊
total 1 replies
Irma Wati Jelita
kpn up lg kk
sagitarius: besok akan di up yaa
total 1 replies
Risa Koizumi
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
sagitarius: Makasih banyakk🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
Alphonse Elric
Mantap betul!
Sun Seto
Terselip kebijaksanaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!