Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Bagiku semua wanita sama saja. Mereka yang ingin menemaniku hanya menginginkan harta. Dan wanita yang datang dengan cinta tulus hanya ada dalam dongeng semata. "Gumam Bisma seraya tersenyum sinis.
" Dan Shanum salah satunya. Aku yakin pasti Shanum telah di iming-iming harta oleh kedua orang tuaku sehingga ia mau di poligami. Jika tidak mana mungkin ia mau menerima perjodohan ini. Dengan pria beristri dan lumpuh sepertiku. Dasar sok lugu! Gumamnya lagi.
Shanum masih terdiam ditempat. Ia berusaha mencerna apa yang baru saja suaminya katakan tadi. "Sedalam apa lukamu Mas, sehingga kamu menganggap semua wanita sama. " Lirih Shanum.
"Seburuk apa pun sikap Mas Bisma padaku saat ini aku akan berusaha bersabar. Mas Bisma sekarang adalah suamiku. Selain itu seburuk apapun seseorang, pasti ia memiliki sisi baik dalam dirinya. "
Shanum menghela nafas berat, kemudian menghapus air matanya. "Aku harus membereskan ini terlebih dahulu. Baru setelah itu aku akan membantu ibu di belakang mengemasi barang-barang sisa acara kemarin. "Gumamnya. Dia pun mengumpulkan satu persatu, uang yang berserakan juga black card yang sempat Bisma lemparkan. Setelah itu meletakkannya diatas koper milik Bisma.
"Selasai, " ucapnya. Shanum keluar dari kamar. Kemana Mas Bisma pergi, aku khawatir Mas Bisma pergi jauh dan tersesat. " Gumamnya Shanum. Shanum tidak mendengar suara kendaraan yang di lakukan. Shanum berfikir kalau saja Bisma pergi pasti berjalan kaki. Karena itu Shanum merasa khawatir. Apa lagi Bisma perginya menggunakan kursi roda. Itu pasti akan membuatnya kesulitan.
Shanum berjalan menuju ke pintu utama. pintunya tampak sedikit terbuka. Dari sana terlihat Bisma sedang menatap langit dengan serius.
"Sebaiknya aku jangan dulu menghampirinya. Mungkin Mas Bisma butuh waktu sendiri. " Shanum pun pergi meninggalkan Bisma dan memilih untuk membantu ibunya di dapur.
Shanum memang sedang izin tiga hari tidak masuk. Untuk itu Dia bisa membantu ibunya beberes sisa acara kemarin. Untung makanan sisa acara sudah dia bagikan ke tetangga tadi malam begitu selesai acara. Jadi saat ini dia hanya tinggal membereskan barang-barang gerabah saja. Bu Aisyah sengaja memesan makanan banyak sekali, karena ia takut makanannya kurang dan akan mempermalukan keluarga Rohman.
Kini Shanum tinggal menyusun barang-barang seperti, piring, sendok gelas dan panci-panci yang dia pinjam dari tetangga untuk acara dan akan ia kembalikan hari ini juga.
Saat sedang beberes datanglah Bulek Tati, yang suka kepo dengan kehidupan keluarga Shanum.
"Lho, Shanum. Kamu kok ikut beres-beres disini. Bukannya temenin suami kamu di kamar. Takutnya dia butuh sesuatu. Maklumlah suami kamu kan lumpuh. " sindir Bulek Tati.
Shanum hanya diam saja, tidak menghiraukan pertanyaan Buleknya.
"Gimana, Num? Malam pertamanya. Semoga kamu tidak kesulitan ya! " ledek bulek Tati kembali dengan senyum sinisnya.
"Bulek, kenapa sih kok kayaknya kepo banget sama kehidupan aku! " tanya Shanum yang membuat Tati terkejut. Ia tidak menyangka jika Shanum akan berkata seperti itu.
"Kamu kok gitu ngomongnya sama orang tua Num, biar gini-gini aku itu Bulek kamu, adik Bapak mu yang harus kamu hormati. " ujarnya tidak suka dengan perkataan Shanum.
"Mbak, uang Cash kemarin mana? Apa sudah di buka! " Tati bertanya Pada Lasmi.
"Tidak di buka. "Jawab Lasmi ketus.
"Hati-hati lho mbak, nanti uangnya tidak pas satu milyar! Atau bisa saja uang itu palsu. Di mana mbak menyimpannya? " tanya Tati kembali.
"Kita itu harus hati-hati lho mbak. Jangan sampai karena kemiskinan kalian keluarga besan mbak Lasmi dan Mas Rohman leluasa menipu kalian. Ujar Tati sambil memiringkan bibirnya.
Dia duduk di samping Lasmi yang sedang mengelap piring. Dia duduk di lantai dengan bebrapa piring dan gelas yang sedang di lap oleh Lasmi. Karena piring itu akan segera ia kembalikan pada pemiliknya.
" Mbak, aku ngomong kok diam aja sih? Tati menyenggol lengan Lasmi yang dari tadi memang enggan menanggapi pertanyaan konyol Tati adik iparnya. Karena ia tau pasti nanti ujung-ujungnya akan mencela keluarga itu.
Dia dan suaminya saja tidak tahu menahu dan tidak mau tahu mengenai mahar yang Shanum Terima. Sebab Mereka merasa itu adalah hak anak mereka, dan bisa-bisanya Tati yang tadi meragukan mahar itu malah keponya luar biasa.
"Aku ini padahal niat baik lho sama kalian, aku gak mau kalian di tipu! " ketus Tati memalingkan muka. Kesal karena Lasmi tidak menunjukkan ketertarikan atas pertanyaan yang dari tadi dia tanyakan.
"Siapa yang di tipu? "tanya Rohman dari belakang. ya Rohman yang hari ini masih di beri izin dan belum masuk kerja sibuk beberes di luar membantu istrinya.
"Ya kalianlah Mas, siapa lagi sih! Mana mungkin aku. Lawong aku ini pinter. "Tati menyahut cepat.
"Memang siapa yang mau menipu kami. " tanya Rohman bingung.
"Kalian itu orang miskin Mas, orang susah! Banyak yang mau menipu kalian, ya salah satunya keluarga mantu mu itu. "Tukas Tati penuh penekanan.
Rohman langsung menoleh ke arah Lasmi, dia menatap istrinya itu untuk meminta penjelasan. Dia yang baru saja datang tentu saja tidak bisa mencerna apa yang Tati maksudkan.
"Si Tati mengira, keluarga nak Bisma. Ngasi uang palsu yang di gunakan untuk Mahar Shanum. " Lasmi menyahut tanpa menoleh dan masih tetap fokus pada pekerjaannya.
Lah, jangan ngomong sembarangan kamu. Ti! Rohman langsung menunjukkan wajah amarah, dia tidak suka ketulusannya Bisma dan keluarganya di hina begini.
"Yang ngomong sembarangan siapa sih Mas? Aku ini ngomong benar, aku gak mau kalian di tipu hanya karena kalian orang miskin. Cibir Tati kesal.
KLONTANG....
Tati dan Rohman langsung menoleh kearah Lasmi yang baru saja membanting centong ke atas mangkok kaleng. Ia kemudian menghala nafas panjang. Dan menghembuskannya secara perlahan.
"Mbak, kamu itu kenapa sih! gak suka sama aku? Iya! Biar aku ta..... " belum sempat Tati meneruskan ucapannya sudah di potong oleh Lasmi.
"Kalo kamu tau aku gak suka sama kamu, mending kamu cepat pergi deh. "
Tati terperangah baru kali ini kakak iparnya itu berani mengusirnya. Biasanya kakak iparnya itu akan bersikap legowo. Lebih banyak diam jika menerima cacian dan makian dari Saudara-saudaranya. Lalu kenapa sekarang dia berubah.
"Mbak, kamu kok...... " protes Tati.
"Apa? Aku tu udah capek banget ya, mendengar kata-kata hinaan dari kamu Ya Ti. Sudah tiga kali kamu mengatai kami miskin. Apa itu tidak cukup! Apakah aku harus diam juga. Kamu itu sudah sangat keterlaluan, lho! Lasmi menyela ucapan Tati yang akan ia keluarkan. "Kamu itu tidak perduli, tapi kamu sebenarnya iri. Kamu mau lihat uang mahar Shanum, iya kan? Tadi saja kamu menghina mahar anakku. Sekarang kamu sibuk mau melihatnya, apa kamu gak punya malu?
Keluar sudah uneg-uneg yang Lasmi tahan dari tadi. Dia menatap Tati dengan tatapan yang paling tajam yang pernah ia punya. Sakit hatinya karena menantunya di katai lumpuh, anaknya di katai tidak laku, dan mahar uang palsu. Sekarang keluarga miskin yang di ulang-ulang. Rasa sakitnya itu sekarang sudah ia lampiaskan pada Tati.
" M..... Mbak! Sekarang kamu berani ya bentak-bentak aku. "Pekik Tati Emosi.
Dia baru tersadar, dan langsung menunjuk-nunjuk wajah Lasmi yang terlihat dingin. Tangannya lalu ditepis oleh Rohman sang kakak dan itu tambah membuatnya geram.
"Kamu itu, gak sopan sama mbakmu Ti! Lagian apa yang di bilang sama mbak mu itu ada benarnya juga. Kamu sudah keterlaluan. Mending kamu pergi dari sini. "Rohman juga ikut mengusir Tati dari rumahnya.
"Ooo..... Jadi kalian mengusir aku. Kalian sekarang semakin sombong ya karena Shanum mendapatkan mahar banyak! iya? Tanya Tati. "Heh dapat menantu lumpuh, mahar juga hasil Hutangan dan jadi babu di rumah majikan seumur hidup. Gak usah bangga kalian. " peliknya keras.
"Bulek cukup! " teriak Shanum yang dari tadi hanya diam saja mendengar perdebatan antara kedua orang tua dengan Buleknya. "Aku terima Bulek menghinaku, tapi aku tidak terima jika Bulek menghina suami dan keluarga ku. Walaupun keadaan kami seperti ini, tapi Bulek tidak berhak merendahkan kami. Selama ini kami juga tidak pernah merepotkan keluarga Bulek Bukan! " ucap Shanum dengan penuh amarah.