Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Permintaan
Bab 21
"Sepertinya kamu bahagia sekali setelah menikah?" tanya Brandon ketika menyerahkan sebuah proposal kepada Reyhan.
"Kata siapa?" tanya Reyhan dengan lirikan tajam. "Memangnya aku sebelum menikah tidak bahagia?"
"Ya, beda level. Ini lebih kadar bahagianya," jawab Brandon dengan bola mata berputar karena temannya ini pura-pura bodoh.
"Tidak bahagia gimana kalau setiap hari dari mulai buka mata sampai merem, dia dilayani terus sama Arumi," celetuk Bram yang sejak tadi bekerja di sofa karena takut Reyhan membutuhkan bantuannya.
Brandon tertawa terkekeh dan membenarkan ucapan Bram. Dia pun berkata, "Apalagi Arumi terlihat seperti istri yang penurut dan mengabdikan diri kepada suami."
Reyhan terdiam. Di dalam hati dia membenarkan ucapan Brandon. Dia akui kalau Arumi mengurusnya dengan sangat baik dan penuh perhatian. Walau dia tahu sang istri tidak mencintai dirinya karena ada laki-laki lain yang dicintai olehnya. Namun, dia percaya kalau Arumi bukanlah wanita berperangai buruk yang tega berselingkuh dibelakangnya.
"O, iya. Hubungan Arumi dengan Ryan sekarang bagaimana? Mereka, kan, pernah pacaran lama," tanya Brandon penasaran.
"Setahu aku, mereka menjaga jarak. Soalnya aku suka bermesraan dengan Arumi di rumah," jawab Reyhan sambil menyeringai. "Seru tahu membuat Mami Rosalina dan Ryan marah-marah."
Brandon dan Bram tertawa terkekeh. Dia tidak menyangka Reyhan melakukan itu di depan orang-orang yang dibenci olehnya.
"Apa kamu tidak curiga kalau Arumi diam-diam masih menjalin hubungan dengan Ryan di belakang kamu?" tanya Brandon.
Reyhan sering berpikir seperti itu. Namun, dia tidak mendapati bau parfum milik Ryan pada pakaian Arumi. Selain itu mereka juga sering menghabiskan waktu bersama di satu tempat, walau sibuk dengan urusan masing-masing.
"Sepertinya Arumi selalu menjaga jarak dengan Ryan. Aku pernah mendengar Arumi marah kepada Ryan dan memintanya untuk menjauh," jawab Reyhan. "Sepertinya Arumi kecewa kepada Ryan karena tidak mempertahankan dirinya dan malah melepaskan dirinya karena mengikuti perintah Mami Rosalina."
Brandon dan Bram jadi tertarik mendengar cerita tentang Arumi, Ryan, dan Mami Rosalina. Keduanya menduga Reyhan pastinya akan semakin gencar membuat suasana panas di rumahnya.
"Pantas saja kamu suka bermesraan di depan mereka. Pasti itu membuat muak ibu tirimu dan saudaramu itu," ujar Bram.
"Benar. Aku sering melakukan itu dengan sengaja. Biar mereka semua sakit hati dan marah, agar tahu bagaimana perasaan mama dahulu," balas Reyhan.
Ingatan Reyhan di waktu ketika masih kecil berputar dalam ingatannya. Walau masih berusia tiga tahun, tetapi bisa mengingatnya dengan jelas. Ini disebut dengan golden age, di mana ingatan sewaktu usia balita tersimpan kuat dalam memorinya.
"Apa kamu tidak kepikiran kalau kematian mamamu itu bukan sekedar kecelakaan, tetapi ada sesuatu?" tanya Brandon. "Aku jadi kepikiran setelah melihat drama Asia. Di mana si tokoh utama dicelakai oleh si tokoh antagonis, tetapi terlihat seperti kecelakaan tunggal. Karena tidak ada saksi mata."
Mata Reyhan terbelalak mendengar ucapan Brandon. Dia tahu mamanya meninggal karena terjatuh dari tangga dan mengalami pendarahan pada kepala. Mamanya meninggal kehabisan darah, karena terlambat ditemukan.
"Aku tidak tahu. Karena waktu itu tidak ada saksi mata atau kamera CCTV. Aku dan Bi Nina menemukan mama dalam keadaan sudah meninggal. Papi juga tidak melakukan otopsi pada jenazah mama," jawab Reyhan.
"Waktu itu kamu yakin Mami Rosalina masih di rumah sakit? Bisa saja dia sudah pulang terlebih dahulu, karena ada kejadian itu, dia pun pergi dari rumah, pura-pura masih di rumah sakit," duga Brandon. Dia jadi suka nonton drama Asia karena sering menemani kekasihnya.
Reyhan berpikir dan mencerna ucapan Brandon. Waktu itu dia masih duduk di bangku TK dan sering ditemani oleh Bi Nina. Namun, di rumah biasanya ada pelayan lain, satpam, dan tukang kebun. Namun, tidak ada seorang pun yang tahu dengan kejadian itu sampai dia berteriak dan menangis, sehingga para pekerja berbondong-bondong datang.
Kejadian itu sudah sangat lama sekali. Sudah tidak bisa diperkarakan. Terlebih lagi tidak ada bukti dan saksi.
***
Arumi sebenarnya kesal kepada Reyhan. Bisa-bisanya sang suami mencium dirinya dengan panas di depan semua orang, ketika mereka sedang berkumpul menunggu makan malam. Beberapa kali dia memberi tahu, tetapi laki-laki itu bebal.
Sebenarnya Reyhan sengaja melakukan itu karena melihat Ryan terus menatap ke arah Arumi. Dia bisa melihat siluet sang adik yang duduk berhadapan dengan Arumi. Jadi, sekalian saja dibuat cemburu dengan melihat adegan mesra di depan matanya.
Tentu saja Ryan menahan rasa marah, cemburu, dan sakit hati melihat pemandangan di depan matanya. Hari ini berniat merayakan keberhasilan dia mendapatkan tender kerjasama dengan perusahaan asing, tetapi malah hal yang menyakitkan yang dia dapatkan.
Mami Rosalina memandang rendah kepada Arumi. Dia berpikir kalau perempuan itu sengaja bermesraan untuk menyakiti perasaan Ryan.
Acara makan malam berjalan aman dan tenang, walau perasaan mereka bercampur aduk. Yang terlihat tenang dan tidak terprovokasi Reyhan adalah Papi Rendra. Laki-laki itu seakan memaklumi kelakuan putra sulungnya.
"Arumi, Papi ingin membangun sebuah masjid di kampung yang cukup jauh dari sini. Apa kamu bisa?" tanya Papi Rendra setelah selesai makan.
"Tidak bisa." Bukan Arumi yang menjawab, tetapi Reyhan. "Karena dia tidak aku izinkan pergi jauh-jauh dariku!"
Arumi yang sudah membuka mulut, tidak jadi bicara. Karena sudah kedahuluan oleh Reyhan.
Papi Rendra berdecak kesal kepada putra sulungnya. Dia melihat kalau Reyhan terlalu posesif terhadap Arumi. Melebihi Ryan sewaktu masih berpacaran dengan perempuan itu.
"Cari saja orang lain. Kayak tidak ada arsitek lainnya saja," lanjut Reyhan.
"Nanti akan aku suruh rekan terbaikku, Pi. Namanya Candra," ucap Arumi mencoba menengahi ayah dan anak itu. "Papi bicara saja dulu dengan Candra ingin buat konsep yang seperti apa bentuknya. Dia juga akan memeriksa tempat yang akan dibangun nanti."
"Baiklah. Besok kamu suruh temanmu itu untuk datang ke kantor papi!" titah Papi Rendra.
"Baik, Pi," balas Arumi merasa lega karena ayah mertuanya tidak memaksa kehendaknya.
Setelah selesai makan malam, Reyhan mengajak Arumi untuk duduk di halaman belakang. Suara gemericik air di kolam ikan hias membuat perasaan terasa nyaman. Ada banyak ikan koi di kolam itu dan Arumi sering duduk mengamati ikan-ikan di sana.
Reyhan duduk bersandar pada dinding dan Arumi duduk di depannya bersandar pada dada bidang suaminya. Laki-laki itu memeluk tubuh istrinya dari belakang.
"Arumi ...."
"Ya."
"Apa kamu tidak bisa berhenti bekerja?"
"Tidak bisa, Mas."
"Kalau begitu kamu jadi asisten pribadi aku saja."
"Nggak mau, ah! Nanti aku ditindas sama kamu, Mas. Kayak para karyawan kamu itu. Makan siang sambil bekerja."
"Hei, itu karena mereka bekerja tidak bener, asal jadi buat laporan. Tidak melakukan pengecekan ulang sebelum dilaporkan ke atasan."
"Tetap saja aku tidak mau. Karena aku tidak ahli dalam bidang perkantoran, ekonomi, dan bisnis."
"Apa jika kamu hamil, kamu akan berhenti bekerja."
Mendengar ucapan itu Arumi tersentak. Dia mendongakkan kepala untuk melihat ke arah Reyhan.
***
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan