Original, bukan terjemahan.
Dia, perempuan mafia yang terkenal di dunia modern, di kematian pertamanya dia masuk kedalam janda perawan dan menjadi seorang ibu tiri yang di cintai anak tirinya.
Dia membasmi klan mafia dan kematianya juga membawa ikut kepunahan klan mafia.
Tapi, jiwanya malah kembali kemasa zaman kuno, dia masuk keraga seorang wanita muda sebagai teman belajar sang Putri Mahkota.
Dia anak perempuan kepala koki istana, yang suka di bully oleh teman- teman Putri Mahkota.
Dia baru saja tenggelam, dan seorang mafia memasuki raganya. yang membuat dia hidup kembali.
Seorang pemegang senjata ingin di lecehkan, mimpi..!
Ini petualangan reinkarnasi keduanya. jadi dia sangat faham watak anak- anak manja ini.
Mari kita bermain-main tuan... Gumamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30
"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya menawarkan diri. Apakah benar ada seekor beruang yang terluka di dalam goa ini? Aku ingin mengobatinya, boleh kah?" Ucap Su Alin memberanikan diri.
Tapi tidak ada terdengar suara apapun dari dalam. Sedangkan Su Alin masih berdiri mematung. Dia bingung harus melakukan apa, karena dia tidak tahu yang tadi itu suara siapa.
Dia mencondongkan wajahnya untuk melihat lebih dalam. Tetapi dia tidak bisa melihat apapun, karena tidak ada pencahayaan di sana.
Tapi tiba-tiba ada suara retakan terdengar. Membuat Su Alin melangkah mundur, dan hampir berlari keluar. Karena dia mengira akan ada gempa bumi.
Tidak tahunya, itu adalah pergeseran lempeng batu yang di gunakan para beruang sebagian pintu menuju ruangan lain.
Ketika batu pipih itu bergerak dan terlihat ada pintu menuju ruangan lain. Dan ruangan ini langsung mencolok, karena di dalam ada cahaya yang cukup terang.
"Masuk nona." Ucap salah satu mahluk dari dalam ruangan itu. Dia belum tahu itu suara dari manusia atau binatang spiritual.
Dengan hati-hati Su Alin melangkah melewati pintu bundar itu. Dia tetap waspada dengan melihat di sekitarnya. Mahluk apa yang akan dia hadapi itu.
Ketika dia berada di dalam ruangan itu, dia hanya melihat seekor beruang yang sekarang terbaring di altar. Sepertinya itu altar persembahan.
Sedikit takut dia menoleh ke sekeliling. Tapi dia tidak menemukan sosok apapun.
'Jadi, siapa yang membuka pintu ini? Dan siapa yang menyuruhku masuk?' Su Alin bertanya di dalam hatinya.
"Apakah kau bisa mengobatinya?" Terdengar suara kembali. Tapi tidak ada wujud yang terlihat.
"Siapa kamu?" Su Alin bukan menjawab, tetapi dia bertanya balik.
"Anda tidak perlu tahu siapa kami. Seperti perkataan anda tadi nona. Anda yang menawarkan diri untuk mengobati beruang terluka itu. Bisakah anda melakukannya?" Balas suara itu lagi. tetapi saja wujudnya tidak terlihat.
"Um, aku lihat terlebih dahulu. Bagaimana keadaan lukanya. Jika tidak ada luka yang fatal, mungkin bisa."
"Lakukan segera, tidak perlu membuang waktu." Suara itu seperti sedang merasakan khawatir yang sangat besar.
Su Alin maju ke depan. Mendekati tubuh beruang yang berbaring. Bau amis darah semakin menyengat. Seandainya perutnya saat ini kosong, mungkin dia akan merasakan mual tak tertahankan.
Dia menahan nafas beberapa saat, ketika memeriksa luka beruang itu. Dan dia tidak kesusahan untuk meneliti luka-lukanya. Karena altar yang di gunakan tempat beruang itu berbaring memiliki ruang di sekelilingnya. Bukan model altar yang hanya bagian sebelah sisinya saja yang bisa di lewati.
Beruang itu memiliki luka gigitan di lehernya. Luka cakaran di dada dan punggungnya. Su Alin awalnya takut, karena jika fatal beruang ini tidak bisa terselamatkan, jika urat di lehernya telah putus.
Tapi, Jika hanya robek, mungkin dia masih bisa menjahitnya. Walau darah beruang ini sama banyak keluar dengan harimau tersebut. Tapi harimau lebih kuat bertahan hidup. Karena masih bisa berbicara dengan Su Alin.
"Kau yakin?" Tanya suara itu lagi. Ketika melihat Su Alin mengeluarkan sesuatu benda dan berniat membersihkan leher beruang itu.
Karena, jika ingin menjahit luka di leher beruang itu. Lukanya harus disterilkan terlebih dahulu, jadi dia harus membersihkannya dan mencukur di sekeliling luka, agar dia bisa menjahit luka itu nantinya.
"Ya, aku yakin bisa mengobati beruang ini, asalkan kau jangan ikut campur." Jawabnya.
"Baiklah, lakukan saja seperti keinginanmu. Jika beruang itu bisa sadarkan diri, maka kau akan keluar dengan selamat. Jika tidak..."
Su Alin melirik tajam ke arah datangnya suara itu. Dan dia hanya melihat dinding batu besar. 'Kau mengancam ku? Mimpi..' Gumam Su Alin dalam hati. Tentu saja dia tidak akan mati konyol di dalam gua itu.
Dia memasuki rumah hewan buas, tentu saja memiliki rencana untuk bisa keluar juga.
Tapi Su Alin tidak membuang waktunya dengan banyak berfikir. Dia mulai menghilangkan bulu-bulu yang ada di sekitar luka di bagian leher.
Lukanya cukup dalam. Urat nadi yang di lehernya robek sedikit. Su Alin berusaha menjahitnya. Dan setelah itu barulah dia menyatukan kembali daging dan kulit yang terpisah.
Dia memakai penutup hidung agar tidak mencium bau darah yang menyengat, tepat di depannya. Dia hanya menggunakan sapu tangan. Karena tidak memiliki waktu untuk membuat penutup hidung yang lebih baik.
Sementara luka di dada dan punggungnya tidak terlalu berbahaya. Jadi dia tidak terlalu lama menanganinya.
Setelah tugasnya selesai, tidak lupa dia memeriksa denyut nadi dan jantung beruang itu. Dia menarik nafas lega, karena beruang itu masih hidup.
Dia berjalan menuju pintu dia masuk tadi. Berdiri menunggu pintu itu terbuka lagi. Karena tadi, setelah Su Alin masuk, pintu itu tertutup kembali. Yang membuat udara di dalam sangat sengit baunya. Karena udara tidak berganti selama Su Alin mengoperasi hewan itu.
Dia menguatkan dirinya, agar bertahan dan tidak sampai pingsan. Karena udara itu yang seakan ingin membunuhnya. Jadi saat ini dia butuh udara segar, agar bisa bernafas lagi.
"Buka...!" Teriak Su Alin. Karena dia merasa, dadanya sudah sesak. Apakah seperti ini rasanya di dalam kuburan?
Beberapa detik kemudian pintu terbuka. Dan ternyata salah satu dari beruang itu memeriksa keadaan beruang yang ada di atas altar. Dan mengetahui bahwa beruang itu belum mati, maka mereka membukanya.
Ketika Su Alin telah melewati pintu itu, dia berkata lagi, "Jangan tutup pintu ini, beruang sakit itu membutuhkan udara segar. Bukan udara pengap yang membuat kematiannya semakin dekat."
Dia melangkah menjauh, dan tidak ada terdengar lagi suara pergerakan batu. Dan juga tidak ada suara pembicaraan di goa itu. Mungkin mereka menuruti perkataan Su Alin.
Sesampainya di luar goa, Su Alin langsung tersungkur ke tanah. Dia memegang dadanya dan meraup udara dengan rakusnya.
"Mengapa mereka bisa hidup dengan udara seperti itu?" Ucap Su Alin pelan. Yang masih memegangi dadanya, agar udara cepat berganti di paru-parunya.
"Apa yang kau inginkan nona?" Tanya suara dari belakangnya. Saat ini suara itu tidak sebesar seperti ketika di dalam goa. Mungkin pengaruh ruang yang memantulkan suara ketika di dalam.
"Tidak ada. Hanya satu pintaku.. Jangan turun ke perumahan warga yang ada di bawah gunung ini. Ayahku tinggal di sana. Dan aku akan pergi ke ibu kota kekaisaran beberapa waktu. Jadi aku ingin kalian tidak mengganggu masyarakat di sana." Jelas Su Alin yang masih terduduk di tanah. Dia tidak menoleh ke arah goa itu karena berada di belakangnya.
Ketika mendengar bahwa Su Alin akan pergi, entah mengapa pemilik suara tadi merasa tidak senang. Dia menatap punggung Su Alin yang turun naik, karena masih ingin menghirup udara segar lebih banyak.
"Apakah anda tidak ingin berkontrak dengan saya?" Tanya suara itu.
Su Alin langsung memutar kepalanya melihat kebelakang. Dia hanya melihat kaki berbulu, tapi bagian atas tertutup bayangan gelap goa itu.
semangat thor /Determined/
double update thorr