novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apa mungkin dia syafira!!
Alvio tersenyum, menanggapi dengan tatapan yang mengerti lebih dari apa yang bisa dikatakan. Tanpa banyak bicara, dia menutup mata dan tertidur, namun bagi Elena, malam ini terasa sangat panjang.
Beberapa hari kemudian, sebuah keputusan besar akan datang—dan perubahan itu akan menguji mereka lebih dari yang mereka bayangkan. Tetapi untuk saat ini, mereka masih bersama, membangun kekuatan dari satu sama lain, meskipun dunia di luar mereka seakan berubah begitu cepat. Yang terpenting, mereka tahu bahwa dengan saling mendukung, mereka bisa melalui segala hal.
Dan ketika pagi menjelang, harapan itu kembali muncul—bahwa mungkin saja kebahagiaan yang selama ini mereka dambakan masih mungkin tercapai, asalkan mereka tidak menyerah.
...~||~...
Pagi datang dengan cahaya matahari yang mengintip malu-malu dari balik jendela hotel. Elena terbangun lebih awal dari biasanya, matanya memandang langit yang mulai cerah di luar. Namun pikirannya masih berat, membayangkan pertemuan singkatnya dengan Aidan beberapa hari lalu. Suaranya, tatapannya—semua terasa membebani, seolah kenangan yang sudah ia kubur kembali hidup dan menghantui dirinya.
Di kamar lain, Alvio sudah bangun lebih dahulu. Bocah kecil itu tidak tampak seperti anak tiga tahun pada umumnya. Ia sudah mandi, berpakaian rapi, dan sedang duduk di sofa kecil dengan laptopnya. Suara lembut keyboard terdengar ketika dia mengetik, mencari sesuatu yang dia anggap penting—segala informasi yang berkaitan dengan Aidan.
Alvio tahu ibunya tidak ingin membahas pria itu, tetapi dia tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Ia ingin tahu siapa sebenarnya pria yang membuat ibunya bersikap seperti ini. Pria yang—mungkin—menjadi bagian dari hidupnya, meski hanya sekilas.
Elena membuka pintu kamar dan mendapati Alvio dengan fokus penuh pada laptop. "Vio, apa yang kamu lakukan pagi-pagi begini?" tanyanya dengan suara tenang, tetapi ada nada curiga.
Alvio menutup laptop dengan cepat dan menoleh, berusaha tersenyum. "Aku hanya membaca berita, Bu. Tidak ada yang penting."
Elena tidak sepenuhnya percaya, tetapi ia memilih untuk tidak memaksanya. Sebagai gantinya, ia melangkah ke sofa lain dan duduk, menatap putranya dengan penuh rasa sayang. "Apapun yang kau lakukan, pastikan tidak terlalu membebani dirimu. Kamu masih anak-anak, Vio. Ibu ingin kamu menikmati masa kecilmu, bukan sibuk dengan hal-hal berat seperti ini."
Alvio hanya mengangguk kecil, meskipun hatinya mengatakan hal berbeda.
Di sisi lain kota, Aidan sedang berada di ruang kerja pribadinya. Kantor keluarga dikenal sebagai simbol kemewahan dari keluarga peringkat keempat itu—layaknya sebuah istana kecil dengan hiasan-hiasan marmer, kaca patri yang menggambarkan kebesaran keluarga mereka. Namun Aidan merasa segalanya hampa.
Pikirannya terus berputar tentang pertemuannya dengan Elena di perjamuan itu. Dia telah melihat sesuatu di balik wajah cantik wanita itu, sesuatu yang mengingatkannya pada Syafira—mantan tunangannya yang hilang begitu saja tanpa penjelasan beberapa tahun lalu.
"Apa mungkin dia... Syafira?" gumam Aidan pelan, hampir seperti bisikan kepada dirinya sendiri. "Tapi wajah itu..."
Ingatan masa lalu datang begitu deras, membuatnya memutar ulang kenangan tentang cinta mereka yang dulu terasa begitu tulus, hingga segalanya berubah. Ia bahkan tidak tahu mengapa Syafira memutuskan hubungan mereka secara tiba-tiba. Hingga kini, alasan di balik pengkhianatan itu masih menjadi misteri yang tak terpecahkan baginya.
"Aku harus tahu kebenarannya," kata Aidan dengan tekad baru di matanya.
Sebuah panggilan telepon tiba-tiba masuk, membuyarkan lamunannya. "Aidan," suara di ujung telepon terdengar formal. "Kami telah menyelidiki latar belakang Elena El Bara, seperti permintaan Anda. Tapi ada sesuatu yang... aneh."
Aidan mengernyit. "Aneh bagaimana?"
"Data mengenai identitasnya sangat terbatas. Semua jejaknya dimulai tiga tahun lalu, dan tidak ada dokumen resmi yang merujuk kehidupan sebelumnya."
Kening Aidan berkerut semakin dalam. Sesuatu dalam dirinya semakin yakin bahwa Elena bukanlah wanita biasa. Ia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya—bahwa di balik mata Elena, ada sesuatu yang terasa begitu familiar, begitu nyata.
"Teruskan penyelidikan," perintahnya tegas.
Malam harinya, Elena memutuskan untuk membawa Alvio pulang ke rumah. Meski suasana hotel menawarkan ketenangan sementara, Elena tahu ia tidak bisa terus-menerus menghindari kenyataan. Bagaimanapun, ia harus menghadapi semuanya—demi Alvio, demi dirinya sendiri.
Ketika mereka tiba di kediaman El Bara, kehangatan rumah itu segera menyelimuti mereka. Namun, di dalam hati Elena, sebuah perasaan gelisah tetap ada. Seolah ada badai yang sedang mendekat, membawa bayangan masa lalu yang ingin ia hindari.
Di kamar pribadinya, Elena memutuskan untuk menyalakan komputer meja yang hanya digunakan untuk urusan penting. Jarinya mengetik cepat, membuka file yang telah lama terkunci. File itu berisi dokumen-dokumen lama, termasuk foto-foto masa lalunya sebelum semua berubah.
Ia berhenti sejenak ketika layar menampilkan foto dirinya sebagai Syafira. Mata yang sama, tetapi wajah yang berbeda. Wajah lamanya, sebelum ia memutuskan untuk menghapus semua jejak sebagai Syafira dan memulai hidup baru sebagai Elena.
"Kenapa kau harus muncul lagi, Aidan?" gumamnya, suaranya penuh luka.
Namun, ketika ia menatap layar, sebuah nama kecil muncul di pikirannya: Alvio. Anak itu adalah alasan utama mengapa ia mengambil jalan ini—jalan tanpa kembali.
Di saat yang sama, di ruang sebelah, Alvio tidak tidur. Anak itu sedang memegang foto kecil yang ia ambil diam-diam dari salah satu dokumen lama ibunya—foto seorang wanita dengan wajah yang berbeda tetapi memiliki mata yang sama.
"Syafira... siapa kamu sebenarnya, Ibu?" bisiknya pelan, mencoba memahami teka-teki yang tiba-tiba ia temukan dalam hidupnya.
Pertemuan tak terduga antara Aidan, Elena, dan Alvio sudah berada di ujung jalan. Takdir tampaknya tidak akan membiarkan mereka hidup tenang tanpa mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi. Apa yang akan terjadi ketika tiga kehidupan ini akhirnya beradu kembali di tengah konflik keluarga dan ambisi kekuasaan? Satu hal yang pasti, semuanya baru saja dimulai.