NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Sehebat apa?

"Kamu temani ibu masuk, yah." Ibu duduk sembari memegang parsel buah diatas pangkuan. Sementara, Arya mengemudi dengan pandangan lurus.

"Bu. Aku harus kembali, di rumah banyak pekerjaan. Aku malas, kalau harus ribut dengan Tari setiap hari."

"Kamu jangan manjakan dia terus. Alasan, mual pusing. Ibu juga dulu kayak begitu, bahkan lebih parah. Tapi, ibu masih bisa kerja, apalagi ayah kamu sudah meninggal. Tidak ada yang bantuin ibu. Kamu kepala rumah tangga, kamu harus tegas."

"Tahu, Bu. Tapi, Tari itu keras kepala."

"Ah, sudah. Pokoknya, kamu temani ibu ketemu Tante kamu. Ibu malu, kalau mereka terus menanyakan kamu. Tidak mungkin kan ibu bilang, kamu pulang, karena banyak pekerjaan rumah. Bisa-bisa, mereka membanding-bandingkan Tari dan Raya lagi. Ibu muak dengarnya, seolah ibu yang salah. Padahal, kamu yang selingkuh."

Arya tidak menjawab. Ia hanya menarik napas panjang, seolah muak karena kesalahannya selalu saja diungkit. Namun, tidak lama lagi, semua akan kembali seperti dulu. Raya akan menjadi istri, seperti posisi semula, pikir Arya.

Arya membawa parsel, sembari berjalan dengan lambat. Janji untuk segera pulang, terpaksa dilanggar lagi. Dari pada bertengkar dengan sang ibu, ia memilih untuk bertengkar dengan sang istri. Tari bisa luluh dalam hitungan detik, dengan kata-kata manis tentunya. Tapi, ibunya berbeda. Dia takkan terbujuk dengan kata-kata manis, atau uang. Ia akan terus menerus meneror kesalahannya, sekalipun waktu sudah berlalu bertahun-tahun.

"Selamat pagi," sapa ibu Arya, kepada pasien dan beberapa keluarga besarnya yang ternyata datang menjenguk. "Wah, lagi rame, rupanya."

"Oh, kau bersama Arya. Ayo, duduk. Istri kamu mana?"

"Di rumah, Tante. Pagi banyak pekerjaan, dia juga harus istirahat banyak."

"Oooo.... " Mereka kompak menjawab, namun mata saling melirik satu sama lain.

Arya memberikan parsel dan menyapa sebentar sang Tante yang terbaring lemah. Sebenarnya, ia paling tidak menyukai hal-hal seperti ini. Bukan masalah menjenguk, tapi kalau keluarganya tengah berkumpul. Mereka akan membahas semua hal, termasuk rumah tangganya.

Ibu duduk mendekati bed dan mengobrol dengan sang adik. "Apa kata dokter?"

"Maag, katanya. Aku sering lupa sarapan, karena pekerjaan rumah terlalu banyak."

"Sekalipun banyak, kamu harus sarapan dulu, baru bekerja. Kamu sendiri yang sakit, bukan anak atau suami kamu itu." Ibu Arya menatap sekeliling, mencari adik iparnya. "Mana suami kamu?"

"Kerja, Mbak. Malam nanti, dia menginap disini."

"Bu," panggil Arya.

"Kenapa?"

"Aku keluar sebentar."

"Cepat kembali, yah."

Arya mengangguk dan segera pergi. Ia memperhatikan sekeliling, sembari berjalan entah kemana. Ditempat seperti ini, selain menjenguk dan berobat, rasanya tidak ada tujuan lain. Apa iya, nongkrong di rumah sakit?

Arya menepi, tatkala melihat rombongan seragam putih. Pria yang melangkah paling depan dengan terburu-buru, tampak tidak asing. Beberapa orang di belakangnya, mengikuti dengan langkah yang sama, sembari memegang buku.

Rupanya, dokter yang mengaku sebagai kekasih Raya, bekerja di rumah sakit ini. Arya tersenyum mengejek, memperhatikan rombongan tersebut yang masuk disalah satu kamar pasien.

"Aku pikir, dia sehebat apa. Cih!" Arya kembali melangkah. Mengelilingi rumah sakit, siapa tahu ada tempat yang bisa ia tuju untuk sementara. Lebih baik, ia kelelahan karena berjalan kaki. Ketimbang, menunggu dalam ruangan bersama keluarga sang ibu. Cukup, menyebalkan jika kesalahannya terus diungkit dan dia tidak bisa membantah, selain diam dan pasrah.

Kantin, tempat yang ramai dan setidaknya, ia bisa menunggu ditemani segelas es jeruk. Arya duduk, sembari bermain ponsel. Namun, panggilan Tari membuatnya harus menghentikan permainan.

"Ada apa?"

"Kenapa kamu belum pulang, Mas?" Aku nungguin kamu dari tadi."

"Aku di kantin rumah sakit. Ibu minta ditemani."

"Loh kok gitu? Kamu kan sudah janji, Mas. Pekerjaan di rumah banyak begini, kamu malah nongkrong disitu."

"Aku disini, bukan seharian penuh. Sebentar lagi pulang. Kamu masukkan saja cucian dalam mesin, tidak perlu kucek. Pakaian kantor kan, cuma keringat saja."

Tari malah langsung mematikan sambungan telepon, saat Arya masih mau bicara. Dan akhirnya, ia hanya bisa menarik napas panjang. Sebab, pulang nanti, drama pertengkaran akan terjadi lagi. Jika saja, Tari tidak hamil, ia tidak perlu bertanggung jawab. Ia juga tidak akan bercerai dan tentu saja, hidupnya masih baik-baik saja.

Es jeruk masih setengah gelas tersisa. Dan disana, sorot mata Arya terkunci, pada sosok dokter Adrian yang baru datang dan tengah mengambil makanan. Dengan percaya diri, Arya menghampiri, dengan posisi berjalan tegak dan dagu terangkat.

"Aku pikir, siapa."

"Oh, sang mantan rupanya," ujar Adrian, sembari tersenyum menanggapi, "Anda sedang sakit?"

"Aku pikir, Anda sehebat apa. Tapi, pasti lumayan bekerja di rumah sakit sebesar ini. Iya kan? Pantas saja, Raya jatuh cinta dengan cepat." Tanpa permisi, Arya duduk diseberang meja.

"Tentu saja, lumayan. Tapi, itu cukup untuk memberikan rumah baru untuk kekasihku. Aku juga akan menyediakan ART, supir dan pengasuh untuk putrinya."

Brak. Arya menggebrak meja, tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang langsung tertuju pada mereka.

"Dia anak kami. Kau pikir, aku akan membiarkannya memanggilmu, ayah. Dan Raya, akan rujuk denganku. Rasa cintanya padamu, hanya sebatas materi, tidak lebih."

"Aku suka wanita yang realistis." Adrian tersenyum mengejek. "Lagipula, hidup butuh makan, bukan hanya cinta. Dari pada, memikirkan cara untuk rujuk. Kenapa tidak memikirkan istrimu yang tengah hamil? Aku bisa merekomendasikan dokter kandungan yang terbaik."

"Itu bukan urusanmu!"

"Memang bukan. Tapi, aku harap, Anda tidak bertemu denganku sebagai pasien. Anda tahu, aku cukup mahir menggunakan pisau."

Arya bergidik ngeri. Apalagi, Adrian tersenyum seperti psikopat. Tanpa membalas, Arya langsung pergi.

"Kamu dari mana?" tanya ibu.

"Kantin. Sudah mau pulang?"

"Iya. Ibu mau mampir ke pasar dulu."

Keduanya, lalu berpamitan pulang. Hampir dua jam berada di rumah sakit. Ditambah, mampir ke pasar tradisional. Waktu yang terus berputar, tanpa menunggu. Akhirnya, Arya tiba di rumah di tengah hari, saat matahari sedang terik. Dari kejauhan, tampak tali jemuran masih kosong disamping rumah.

"Ibu, mau istirahat dulu, baru masak. Kamu langsung makan saja, makanan jadi yang ibu beli."

"Iya, Bu."

Arya masuk dalam rumah dan menemukan sang istri tengah tidur siang. Cucian masih menumpuk dalam mesin cuci dan piring bekas makan masih diatas meja. Arya berpijak diatas lantai yang rasa kasar, seolah ada butiran pasir berserakan.

"Sebenarnya, apa yang dilakukannya seharian? Masa pekerjaan seringan ini, tidak bisa ia lakukan."

Arya menarik napas panjang, sembari bertolak pinggang. Ia segera mengganti pakaian dan terjun ke dapur. Menyelamatkan cucian pakaian terlebih dahulu, sebab mereka akan menggunakan pakaian kerja esok hari.

🍁🍁🍁

1
Ira
Klau karakter lemah dan bodoh jd sedikit yg baca komen tp klau karakter kuat dan smart ratusan like dan komentar
Ira
Cpt Raya nikah sama Adrian biar penghianat Ngenes2
Nikma: Permisi kak Author ..

Halo kak reader, kalau berkenan mampir juga karya aku 'Kesayangan Tuan Sempurna' yaa
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
Ira
Bagus thor .. Bikin mantan miskin krn selingkuh..
betters
lumayan suka....
Ira
Semoga Raya bisa menyatu dgn Adrian dan dpt restu dr semua... Biar para penghianat merana
Wibi Satrya Wiguna
/Angry/
Wibi Satrya Wiguna
Buruk
Panji Irwansyah
Lanjut....
Sulfia Nuriawati
poligami g mudah, yg pny ilmu aja byk yg gagal, kalo cm mengandalkan bs adil dlm nafkah, dr sisi lain blm tentu yg akan terkorban ttp istri tua, bercerai utk sehatkan mental jauh lbh baik, blm tentu slingkuh ckup 1c pasti akan kambuh lg tu penyakit slingkuh
Shakri Aziz
Luar biasa
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!