Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21.
“Monyet sialan! Kalian harus bersyukur karena kalian adalah binatang yang dilindungi. Kalau tidak, aku sudah memotong kaki dan tangan kalian!” geram Brielle. “Kenapa kalian sangat menyebalkan? Apa kalian senang menghancurkan barang orang lain? Kalau kalian berani menyentuh barang milikku lagi, aku tidak akan peduli kalian binatang yang dilindungi!”
“Kalian menghancurkan tenda dan tas ranselku, menghancurkan makananku!” keluh Brielle marah. “Ahhhhh dasar monyet sialan!” Brielle tak hentinya mengumpat lalu berjalan kembali. Ketika melewati hutan dia menangkap seekor ayam dan membawa beberapa telur. Ekspresi wajahnya masih terlihat marah.
Sementara para penonton siarang langsung semakin menikmati acara itu, disertai komentar-komentar yang semakin ramai. “Hahahahaha Brielle hebat sekali! Dia menghajar semua monyet dihutan. Tidak ada seekor monyetpun yang terlepas dari amukannya.”
“Brielle hebat sekali! Dia menangkap monyet di hutan dengan gerakan lincah. Aku tidak bisa melakukan itu, aku tidak bisa menangkap seekor monyetpun. Apalagi di hutan!”
“Aku tak mampu berkata-kata. Brielle hebat sekali! Kemampuannya sungguh luar biasa.”
“Brielle, berhenti dari dunia hiburan setelah acara ini selesai ya? Kau lebih pantas mengajar bela diri. Aku akan menjadi murid pertamamu!”
“Kasihan sekali monyet-monyet itu. Monyet tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti bahwa ada siaran langsung di hutan itu. Mereka hanya melihat sesuatu yang baru dan merasa penasaran. Mereka hanya ingin melihatnya. Tapi naluri monyet untuk menghancurkan adalah alami, tapi Brielle memukuli semua monyet hingga babak belur.”
“Di hutan belantara, jika kita tidak punya perlengkapan untuk bertahan hidup maka wajar jika kita menyerang. Brielle kehilangan perlengkapannya dan dia mungkin tidak bisa bertahan dalam beberapa hari. Seandainya dia membunuh semua monyet itu, tidak ada seorangpun yang akan menyalahkannya.”
Para penonton masih terus menontong siaran langsung dan berkomentar. Sementara didalam hutan Brielle sudah kembali ke tempatnya semula dan melihat tumpukan sampah. Amarahnya yang sudah mereda kembali lagi. Dia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarahnya.
Ketika dia membuka matanya lagi, dia sudah meredam amarahnya. Dia menggunakan ranting pohon untuk mengikat ayam lalu mulai membersihkan sampah yang berserakan. Tenda sudah hancur dan tidak bisa dipakai lagi. Kasur lipat pun sudah hancur dan tak bisa digunakan. Sedangkan barang lainnya hancur.
Untungnya pakaiannya tidak hancur oleh ulah gerombolan monyet itu. Brielle memasukkan pakaian kedalam tas vakum, dan ada perlengkapan mandi yang masih bisa dipakai. Peralatan masak yang terbuat dari besi sulit untuk dihancurkan dan masih dalam kondisi baik. Brielle mengumpulkan barang-barang yang masih bisa dipakai.
Kemudian dia mengambil beberapa ranting, membakarnya dan membersihkan ayam disungai. Ketika dia selesai membersihkan ayam, api sudah menyala sempurna.
Dia meletakkan ayam diatas api dan memanggangnya. Kemudian dia mengambil jamur lalu mencucinya disungai. Dia menyalakan api lagi lalu meletakkan panci kecil diatasnya untuk memasak jamur.
Brielle memasukkan sedikit penyedap rasa kedalam sup jamur sehingga aromanya menguar. Aroma ayam panggang dan sup jamur menyebar kesekitar. Perla, Jordan, Jackson, Austin dan Quinsha mencium aroma masakan yang lezat. Quinsha mengendus-endus aroma makanan itu yang membuatnya lapar.
“Wah, wangi sekali. Apakah Brielle sedang makan? Sepertinya ada aroma ayam bakar, wangi sup jamur juga? Brielle hebat sekali, dia bisa menemukan ayam dan jamur untuk makanannya.” ucap Quinsha menelan ludah.
“Perutku jadi keroncongan mencium aroma ayam bakar dan sup jamur….” Quinsha terus bicara dan terus menerus menelan ludahnya. Sedangkan peserta lainnya tak bisa menahan selera dan ikut menelan ludah. Mereka menoleh kearah dimana Brielle berada. Mereka tidak bisa melihat Brielle tapi mereka tetap memandang.
Jackson terpaku dan berkata, “Kenapa tim acara belum mengirimkan orang-orangnya kesini?”
“Ya, sudah lama mereka pergi. Pasti mereka sudah sadar telah meninggalkan kita disini. Mereka harusnya mengirimkan orang untuk merekam acara ini atau membawa kita kembali ke kota, kan? Kenapa belum ada seorangpun yang datang kesini?” tanya Austin.
Ekspresi wajah Jordan terlihat tertekan, “Apa yang dikerjakan tim program acara ini? Ketika aku melihat mereka nanti, aku akan memberi pelajaran pada mereka! Sialan!” umpatnya. Menurutnya tim acara sangat tidak bertanggung jawab karena meninggalkan mereka di hutan terlalu lama.
Semua peserta merasa frustasi, mereka mulai memikirkan situasi saat ini. Ketika mereka kembali ke kota nanti, mereka akan meminta pertanggungjawaban dari pihak penyelenggara. Kompensasi besar pantas mereka dapatkan atas kerusakan mental dan tersiksa ditinggalkan dihutan belantara tanpa makanan.
“Aku lapar sekali. Pergilah cari sesuatu untuk dimakan. Aku tidak tahu kapan tim acara akan datang. Aku tidak mau menunggu disini dan mati kelaparan!” ujar Perla. Mereka sudah menunggu lama ditepi sungai sejak pagi. Mereka pikir tim acara akan datang untuk menyelamatkan mereka.
Namun, sejak pagi hingga sekarang tak ada seorangpun yang datang. Mereka sudah kehilangan kesabaran menunggu. Tadinya mereka pikir, tim acara akan datang membawakan makanan untuk mereka.
Makanya mereka tidak berusaha mencari makanan dan tetap menunggu di tepi sungai berharap tima cara segera datang dengan makanan.
Mereka belum makan sejak kemarin dan sekarang semakin kelaparan. Mereka tetap bertahan dan berharap tim acara datang segera. Tapi sekarang mereka justru mencium aroma makanan yang datangnya dari arah tenda Brielle.
Mereka tidak bisa menahan diri lebih lama lagi, mereka kelaparan tapi Brielle malah menikmati makanan enak layaknya sedang berlibur.
“Baiklah, sekarang kita pergi mencari makanan. Setelah kita makan sepuasnya, kita akan kembali dan menunggu disini.” ucap Jordan. “Jackson, Austin….kita bertiga akan pergi mencari makanan dan kalian berdua tunggu saja disini. Jangan kemana-mana.”
“Baiklah,” sahut Jackson dan Austin serempak. Mereka bangkit berdiri lalu berjalan memasuki hutan. Mereka berpikir jika Brielle bisa mendapatkan makanan dengan mudah maka mereka juga pasti bisa.
Ketika ketiga pria itu sudah pergi ke hutan, Quinsha berkata pada Perla, “Ayo pergi mengambil ranting kering. Saat mereka kembali nanti kita bisa langsung menyalakan api dan memanggang.”
“Pergi saja sendiri! Kenapa aku harus pergi bersamamu? Apa kau lupa siapa aku? Cepat pergi sana, ambil ranting yang banyak. Aku tunggu disini.” ucap Perla menolak. Mana mungkin dia pergi mengumpulkan ranting-ranting kering di hutan ini? Dia seorang putri kesayangan keluarga Galasti yang dimanja.
“Tapi…..” Quinsha belum selesai bicara, Perla sudah memelototinya.
“Apa? Kau sudah biasa melakukan pekerjaan seperti itu. Bukan hal sulit kan kalau kau pergi sendiri mengambil ranting? Aku tunggu disini saja, ketika mereka kembali mereka tidak khawatir saat melihatku. Pergilah.” ujar Perla memberi alasan.
Dengan enggan Quinsha pun tak berkata-kata lagi dan pergi meninggalkan Perla. Didalam hatinya dia merasa kesal pada tingkah laku Perla. Quinsha berjalan menuju ke tepi hutan, dia tidak berani pergi sendiri kedalam hutan karena takut bertemu binatang buas. Sambil menahan lapar dan mencium aroma lezat makanan dia pun memungut ranting di tanah.
Sementara itu ketiga pria sudah berjalan masuk kedalam hutan. Tapi setelah berjalan cukup jauh mereka tidak menemukan satu binatang pun berkeliaran. Kening mereka berkerut dan merasa heran bagaimana Brielle bisa mendapatkan makanan dengan mudah? Jordan mengajak Jackson dan Austin untuk terus berjalan.
Setelah berjalan beberapa lama, mereka melihat seekor ayam. “Ah, lihatlah disana ada ayam!” teriak Austin kegirangan.
“Ayo cepat tangkap.” ujar Jackson. Ketiganya langsung menghampiri ayam itu tanpa menyadari kalau langkah mereka menimbulkan bunyi ketika menginjak ranting. Ayam pun langsung berlari kencang. Takut kehilangan mangsanya ketiganya berlari mengejar ayam namun kehilangan jejak tak melihat kemana perginya ayam tadi.
Dengan napas terengah-engah mereka terduduk ditanah menarik napas. “Kenapa larinya cepat sekali? Padahal kita bertiga mengejar ayam itu.” ujar Jackson.
apa su tdk ad klanjutanya🤔🤔🤔