Istriku Percayalah Cintaku Hanyalah Untukmu

"Jadi, tidak ada masalah dengan kandungannya Dok?"

Dokter itu mengangguk, menjawab pertanyaan dari seorang pria yang mengantar wanita yang barusan di periksa olehnya. Kemudian, dia meminta laki-laki itu berbicara empat mata dengannya.

"Bagaimana bisa anda begitu ceroboh? Nona Angel bisa hamil seperti itu, karena perbuatan anda kan?"

"Tidak apa-apa, aku juga ingin memiliki keturunan."

"Baiklah Tuan Riko, ini adalah keputusan anda. Jadi, saya harap anda bisa menerima segala konsekwensinya. Beberapa hari lagi kemungkinan besar wanita anda akan lebih rewel dibandingkan hari ini. Jadi, bisa dipastikan anda akan lebih repot kedepannya."

Pria yang bernama Riko itu mengangguk mengiyakan.

"Ya sudah, ini obatnya untuk beberapa hari kedepan kalau Nona itu mual-mual lagi ya."

"Terima kasih, Dok!"

"Sama-sama, Tuan Riko."

***

"Mama Yuna, besok Yudha main lagi ke sini ya. Boleh kan?"

Yuna mengangguk" Boleh Sayang, Mama akan dengan senang hati menunggu kamu di sini!"

Yudha tersenyum sumringah, dia memeluk tubuh ibu sambungnya tersebut. Benar apa yang dikatakan oleh ayah dan asisten pribadi ayahnya. Kalau Yuna memang baik, bahkan dia sekarang ini lebih menginginkan Yuna menjadi Ibunya dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri.

"Mama, mau cium kening dong. Yudha pengen kayak orang-orang. Mama mau kan?"

Yuna bingung, dia tidak tahu harus bagaimana "Sayang, kalau masalah itu Mama Yuna tidak bisa. Kamu minta sama Mama kamu saja."

Yudha menatap nanar wajah cantik, yang merupakan Ibu sambungnya tersebut. Padahal dia sangat berharap bisa mendapatkan kecupan di keningnya, karena Livia tidak pernah memberikan itu padanya sama sekali. Maka dari itu, dia sangat berharap kepada Yuna. Agar wanita cantik itu dapat memperlakukannya dengan baik.

"Kamu pulanglah, Mama Yuna ada perlu. Aryo, tolong antarkan Yudha sampai rumah ya!"

"Baik Bu, lalu anda juga hati-hati dalam perjalanan bisnis anda"

Yuna mengangguk, lalu dia mensejajarkan tubuhnya dengan anak sambungnya tersebut. Dia mengusap lembut rambut Yudha dan berkata: "Yudha, selama lima hari ke depan Mama tidak bisa bertemu dengan kamu. Karena, Mama ada perjalanan bisnis menuju kota H dimana di sana jauh dari Ibukota ini. Karena kamu meminta dicium, Mama akan kabulkan. Dan, jangan beritahu ini pada Papa dan Mama kamu ya!"

Yudha mengangguk, kemudian Yuna mengecup kening putra sambungnya tersebut.

"Sampai jumpa sayang, hati-hati di jalan ya. Nanti kabari Tan- Mama kalau sudah sampai di rumah!"

Yudha tersenyum senang, dia kemudian memeluk tubuh Yuna dan mengecup pipi wanita itu.

"Mama juga hati-hati ya, Yudha pulang dulu!"

Yuna mengangguk "Jangan lupa bilang salam!"

"Assalamualaikum Mama."

"Waalaikumussallam Yudha," kata Yuna sembari mencubit pipi anak itu.

***

"Kenapa begitu mendadak Kak?"

"Aku tidak tahu, yang jelas sepertinya kita dalam masalah,"jawab Darren.

"Baiklah, kita harus siapkan dokumen-dokumen kita. Supaya, kita ada persiapan kalau ada apa-apa."

Darren mengangguk "Baru kali ini aku ketakutan, sebenarnya ada apa ini?"

Sekian lama menjabat menjadi pemimpin perusahaan, baru kali ini dia mendadak perjalanan bisnis. Biasanya tidak seperti ini, akan ada pemberitahuan dulu dari sekretarisnya. Tapi, kali ini semuanya serba mendadak, bahkan sekretarisnya pun tidak tahu. Bahkan, wanita yang menjabat sebagai sekretarisnya pun begitu panik saat memberitahu padanya untuk melakukan perjalanan bisnis.

"Kita lihat apa yang sebenarnya terjadi, aku ingin tahu ada kesalahan apa. Mengapa dia berbuat seperti itu?"

"Ya, aku juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

***

"Oma perhatian, dua harian ini kamu bahagia sekali. Yudha bisa kasih tahu Oma apa alasannya?"

Mata anak itu terlihat begitu berbinar, dia menatap wajah Neneknya sembari menggelengkan kepalanya.

"Rahasia, hehehe!"

"Aku merasa Yudha ini kok makin mirip dengan Yuna ya?"bisik Chandra pada istrinya.

Sang istri menoleh "Bagaimana bisa seperti ini?"

Mereka pikir Yudha tidak mendengarnya, tapi hal itu terdengar di gendang telinganya. Anak itupun tersenyum bahagia, dia semakin yakin kalau Yuna itu ibunya bukan Livia.

"Oma, Opa kalau kita ingin mengetahui hubungan darah kita harus bagaimana?"

Kedua orang tua Raka itu mengernyit heran, mereka kemudian saling pandang seolah bertanya. Apa maksudnya itu.

"Assalamualaikum, Ma Pa!"

Raka menyalami kedua orang tuanya

 "Waalaikumusallam, kamu sudah pulang Nak? Tumben sekali."

Raka menatap heran kedua orang tuanya itu. Sementara itu Yudha memanyunkan bibirnya, dia merasa diabaikan oleh Kakek dan Neneknya tersebut. Padahal dia serius, ingin tahu hubungan sebenarnya dengan Yuna. Karena dia penasaran, mengapa Yuna bisa begitu baik padanya. Sementara itu, wanita yang selalu mengatakan kalau dia adalah ibunya selalu saja menyiksanya. Raka menolehkan wajahnya, dia kemudian menyapa putranya tersebut.

"Sayang, ada apa dengan mukamu itu?"

Yudha menggeleng "Tidak apa-apa Pa."

"Tapi sepertinya kamu sedang kesal. Ada apa? Jujur sama Papa, supaya kamu tidak sedih seperti ini."

Yudha menatap wajah sang ayah "Pa Yudha mau tahu hubungan Yudha sama Tante Yuna itu apa?"

"Mengapa kamu menanyakan hal ini, bukankah Papa bilang panggil dia Mama. Bagaimanapun juga Tante yang kamu maksud itu istri Papa, jadi kamu harus memahaminya." Bentak Raka sembari melonggarkan dasinya, dia begitu kesal saat sang anak menanyakan hal itu.

"Tapi---"

"Cukup,jangan pernah berbicara sembarangan lagi. Kamu tahu Papa lelah seharian bekerja, sekarang malah kamu buat Papa tambah kesel saja. Kalau saja kamu tidak lahir, pasti Papa akan tetap bersama dengan wanita yang Papa cintai. Kamu dan Ibumu sama saja, kalian benar-benar membuatku muak!"bentak Raka.

Mata anak itu mulai berkaca-kaca, padahal dia belum selesai bertanya. Tapi, ayahnya itu tidak mau mendengarkan perkataannya sama sekali. Hal itu membuat hatinya terluka, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang barusan Raka katakan. Merasa dirinya tidak berguna sama sekali, dan dia merasa sedih akan hal itu. Mengapa Papa jahat sama Yudha, tidak Mama tidak Papa kalian sama saja, yang paling baik sama Yudha cuma Mama Yuna.Batinnya.

"Raka istighfar, kok pulang kerja marah-marah begitu. Sebenarnya kamu kenapa? Kalau ada masalah di kantor jangan bawa-bawa hal itu ke rumah. Heran deh, udah sana kamu ke kamar, mandi terus makan bareng. Setelah itu istirahat, anak diem aja malah dibentak-bentak Astaghfirullah'aladzim,"tegur Chandra.

"Mama juga heran sama kamu, datang-datang udah marahin Yudha. Sudah sana mandi, anak itu enggak tahu apa-apa. Ini semua kesalahan kamu yang minum hal yang diharamkan, akhirnya zina tidak bisa dihindari. Sekarang, malah nyalahin anak yang gak tahu apa-apa," gerutu Marlina.

Raka memutar kedua bola matanya, dia kemudian berlalu pergi meninggalkan kedua orang tua dan anaknya. Yudha menatap punggung sang ayah, dia merasa ayahnya ini berubah semenjak kepergian Yuna. Rasanya dia memang salah hidup seperti ini, dia ingin pergi saja dari kediaman ini. Dia ingin menemui Yuna, dia harap Yuna mau kembali pada Raka. Tapi, akankah dia berhasil menyatukan Raka dan Yuna kembali?

Bersambung