NovelToon NovelToon
Kau Campakkan Aku, Kunikahi Abangmu

Kau Campakkan Aku, Kunikahi Abangmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Si Mujur
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Layli Dinata

Hubungan Inara dan Artha harus kandas karena perselingkuhan Artha. Padahal mereka sudah mau menikah.

Malu pernikahan batal, Inara terpaksa menyetujui perjanjian dengan Argha, kakak Artha demi untuk membalas Artha dan tidak mempermalukan orang tuanya.

Inara kalah dengan perasaannya. Ia jatuh cinta pada suaminya yang misterius. Hanya saja, dendam Argha membuat Inara merasa rendah diri. Dan godaan Artha selalu datang pada mereka.

Akankah Argha dan Inara bisa bersatu, atau masa lalu Argha akan terus membuat jarak di antara mereka dan memilih berpisah demi kebaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Layli Dinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 21 Menjebak?

Acara semalam berlangsung dengan lancar. Keluarga Argha datang memenuhi keinginan pria itu. Hanya Artha yang tak hadir. Pria itu tak memiliki nyali untuk datang. Acara pernikahan akan dilangsungkan seminggu lagi di kota. Dengan kekuatan uang, semuanya berjalan dengan cepat. catering, venue dan juga persiapan lainnya diurus oleh asisten Argha.

Kali ini Argha dan Inara harus kembali. Selain kembali ke realita, mereka juga butuh melakukan sesi pemotretan untuk undangan.

Inara melerai pelukannya pada sang adik. Ia menyentil kening Nadira, supaya bisa jadi gadis yang bisa diandalkan di rumah.

“Bantu mama masak dan beberes, jangan keluyuran terus sama manjat pohon mangga.” Mata Inara berembun, siap menangis. Ah, ia merasa seperti akan diambil orang dan sulit merasakan kehangatan keluarganya. Padahal, ia juga belum menikah kan?

“Iya. Udah, urus pernikahanmu. Kami akan datang beberapa hari lagi. Pastinya melihatmu memakai gaun ratu sehari.”

Inara mengangguk. Tatapannya bergeser pada sang mama yang tak terlihat sedih sedikitpun. Ia begitu bangga pada putrinya ini yang mana akan mengangkat derajat keluarganya.

“Jaga diri baik-baik ya, Nara.”

“Mama … bisakah Mama memikirkan aku? Tahan aku kek.”

“Hey, kamu sudah dewasa! Memang waktunya menikah dan berikan kami cucu.” Susi memang tidak pernah berlagak serius di depan putri-putrinya. Namun sebagai seorang ibu, ia menyimpan rasa yang sulit dijelaskan. Putri yang ia lahirkan dan besarkan dengan penuh kasih sayang, akan diminta orang. Hanya saja, ia tak pernah menunjukkan rasa sedihnya itu.

Di mana, ia yakin sang putri akan lebih bahagia hidup bersama pasangan, dari pada dengannya yang tak bisa memberikan apapun.

“Mama nyebelin.” Inara mengusap air matanya. Lantas, Susi memeluknya, menahan tangis.

“Jangan lupa makan, istirahat juga,” titah Susi dengan suara bergetar menahan tangis. Sementara Amar sudah banjir air mata sejak memeluk Inara tadi.

Argha tertegun. Meski keadaan ekonomi keluarga Inara yang sangat sederhana dan kekurangan, bahkan mereka hidup penuh dengan cinta. Keluarganya hangat, hidup. Ia sendiri bahkan seperti menemukan kenyamanan di rumah ini. Sangat berbeda dengan rumahnya yang terasa hampa.

“Argha, jaga Nara baik-baik, ya,’’ pinta Susi berusaha kuat.

“Baik, Tante. Saya akan menjaga Inara dengan sebaik mungkin. Dan memastikan, dia tak kekurangan sedikitpun, termasuk perhatian.”

Inara menoleh pada Argha. Benarkah apa yang diucapkan pria itu? Apa hanya sekadar gimik? Inara berharap, jika Argha bisa membuka hatinya dan menjalankan pernikahan layaknya orang pada umumnya.

“Kami harus pergi. Ayo, Nara.” Argha menggenggam tangan Inara. Lantas membawanya ke mobil. Mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.

“Mas, makasih,” ucap Nara saat pria itu menyalakan mesin mobil.

Tatapan Argha kini berada pada keluarga Inara yang menunggu mereka sampai pergi di depan rumah. “Saya juga terima kasih sama kamu. Keluarga kamu begitu baik.”

Inara melambaikan tangannya pada keluarga tercinta. “Sampai jumpa semuanya ….”

“Sampai jumpa!”

Inara dan Argha meninggalkan pekarangan rumah. Inara merasa lega, dan berharap, jika pernikahan mereka tidak akan gagal. Meski bersama Artha waktu itu belum memiliki persiapan yang sematang Argha. Ternyata, diam-diam pria itu telah menyiapkannya dengan baik.

‘Apa tujuan dia sebenarnya?’ batin Inara memperhatikan Argha dari samping.

“Apa saya setampan itu?”

“Apa?”

Argha tertawa kecil, fokusnya masih pada jalanan, namun ekor matanya masih bisa menangkap raut kebingungan pada Inara. “Kamu kenapa ngeliatin saya kaya gitu?”

Buru-buru Inara memalingkan wajahnya. Argha benar-benar memiliki kepercayaan diri yang begitu besar. “Jangan geer!”

Argha menghela napas dan mengembuskannya begitu saja. “Masih belum mengaku.”

Bibir Inara mengerucut. Ia tak mau memperdebatkan ini. Yang mana akan merusak moodnya. Ia memilih untuk memejamkan mata. Lumayan dua jam ia bisa pergunakan untuk tidur. Masa bodo dengan Argha yang akan mengomel.

.

***

Hoaaam ….

Mata Inara mengedar pada ruangan yang didominasi dengan warna abu-abu dan putih. Matanya mengerjap, mengumpulkan sisa-sisa nyawanya.

Saat mengingat terakhir kali berada di mobil, matanya mendelik sempurna. Buru-buru ia bangun dan memeriksa keadaan dirinya.

“Ah … aku mikir apa? Gak mungkin juga dia nyentuh aku.” Inara mengacak asal rambutnya. “Tapi … kenapa aku ada di sini?”

“Sudah bangun ternyata.”

Mata Inara langsung menuju ke arah Argha yang sedang membawakan nampan berisikan makanan. “Kok aku bisa di sini?”

“Hey, Nona Norak, kamu tidur seperti orang mati. Makan makananmu.” Argha meletakkan makanan yang ia masak di atas nakas. Tangannya bersedekap, memperhatikan wajah bodoh Inara. “Kenapa bengong?”

“Jadi, kamu yang gendong aku?” tanya Inara hati-hati.

“Lalu? Siapa lagi? Satpam? Ish … harusnya saya lempar kamu saja ke tempat penangkaran buaya.” Argha geleng-geleng kepala.

“Mas. Apa aku tidur separah itu ya sampai gak mempan kamu bangunin?” Inara beringsut mendekati nakas, kakinya turun ke lantai yang dingin. Sejujurnya ia tersentuh dengan perlakuan Argha. Harusnya, pria itu membangunkannya dan menyuruhnya makan di luar, kan? Bukannya membawa makanan ini di nakas. Begitulah isi pikiran Inara.

“Ya. Kamu parah sekali! Ya sudah, saya mau mandi.” Argha pergi begitu saja. Namun, ia kembali menoleh saat di ambang pintu karena Inara memanggilnya. “Kenapa lagi?”

“Makasih ya.”

Argha menutup pintu kamar Inara. Senyuman tipis terbit dari bibirnya. Ia teringat saat sampai di basement apartemen. Di mana ia menggendong Inara dengan hati-hati, takut jika gadis itu sampai terbangun. Lantas, ia kembali menuju kamarnya.

‘Artha … kamu kan menyesal. Pasti itu,’ batin Argha begitu senang.

Ting

Argha meraih ponselnya. Pesan dari Alden membuatnya menyeringai.

Alden [Artha kacau. Dia mabuk lagi di club. Dia sudah gila, Gha. Bagaimana ini? Mau dibawa kemana ini bocah?]

Argha tersenyum puas. Sepertinya rencananya telah berhasil. Kedua ibu jarinya menari di atas layar ponsel.

Argha [Terserah. Aku tidak peduli.]

Argha meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu melepaskan jas yang ia kenakan. “Salahkan ini semua pada ibumu, Tha. Kamu berhak mendapatkan ini.”

Sebelum Inara memergoki perselingkuhan Artha, Argha yang telah merencanakan ini. Ia yang meminta Inara untuk memperhatikan adiknya.

“Artha kurang enak badan. Mungkin, kamu bisa menjenguknya nanti.”

“Ah, iya kah, Pak. Baik, saya akan ke sana. Mungkin akan membawakan dia sedikit makanan.”

Senyum Argha merekah. Dan saat ia menuju rumah Artha, tak tahunya Inara sudah melihat semuanya. Hanya saja, gadis itu begitu ceroboh, dan mobilnya menyerempet. Ia sudah merencanakan ini, membongkar kelakuan sang adik dan memanfaatkan semuanya.

“Maafkan saya, Nara. Kamu harus terseret dalam masalah ini. Tapi saya berjanji, kamu tak akan kekurangan sedikitpun dan saya akan memperlakukanmu dengan baik. Semoga, saya bisa menerima takdir ini dengan baik,” gumam Argha.

1
yo..h72🦂🥀
Karna PINISIRIN di aplikasi ono gk jadi , Mampir deh di mari 😁😍😍
Layli Dinata: hehehe makasih Akak
total 1 replies
Afiroh
ceritanya menarik..lnjutkn
Layli Dinata: siap Akak. terima kasih
total 1 replies
Jenk Ros
aku mampir donk.. cerita nya keren ❤️🥰
Layli Dinata: makasih akak. semangati aku terus ya
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
semangat Up ya Thorrt❤
Layli Dinata: siap Akak
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
karyamu bagus banget Thor,,❤
Layli Dinata: makasih Akak
total 1 replies
Jhulie
lanjut thor
Layli Dinata: thank you Kak Jhulie
total 1 replies
Phedra
Bahasanya mudah dimengerti, jadi mudah masuk ke dalam ceritanya.
Layli Dinata: makasih Akak. ikutin terus ya
total 1 replies
Kiran Kiran
Salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, terimakasih thor❤️
Layli Dinata: Ahhh terima kasih, Akak 🤍❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!