Sinopsis : Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk oleh teman - teman sekolah ku, dari SD sampai SMA aku selalu mendapatkan bullying, entah apa yg mereka dapatkan setelah aku hancur, kesalahan apa yg aku pernah perbuat pada mereka? tanda tanya itu sering melintas di benak ku, aku sangat sedih karna aku selalu mendapatkan hal itu, aku terlahir dengan suara kecil, aku tidak seperti anak laki - laki pada umum nya, karna aku memiliki banyak kekurangan.hidup ku sangat menyedihkan, sampai aku menemukan bakat asli ku sebagai penulis . aku memulai karir di Pf yg aku coba . dan dari sana aku bisa menemukan teman baru. ikuti kisah ku ini .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 21" Libur
Aku sangat senang bila hari libur tiba, walau kadang aku merasa jenuh, tapi itu lebih baik, karana aku tidak suka aktivitas yg padat, berkumpul dengan orang banyak, kekurangan menjadikan aku sadar diri untuk tidak bergabung dengan orang lain.
Hari ini mamah sedang mencuci sepatu ku, jempol ini masih sakit, aku ingin bebas , tapi rasanya waktu belum memberikan itu.
" No, hari ini ngapain?" Kak Manda mendekati, sambil tersenyum manis. Aku yg sedang melamun pun segera menoleh setelah mendengar suara lembut nya kakak.
" Nggak tau, aku bosen sih" aku meraih bantal yg ada di atas kursi, lalu memeluk nya dengan erat, aku rasa hidup ini terlalu membosankan.
" Makan aja ya" Mamah muncul sambil tersenyum. Bibir nya terlihat manis.
" Iya" Jawab ku singkat, lalu kami makan bersama , beralaskan permadani empuk warna telur asin.
Saat sedang asik makan kak Manda tiba- tiba menutup hidung nya.
" No kentut ya?" Kak Manda menutup hidung nya,sambil melirk ku , makan nya di tunda karna bau itu menyeruak.
" Nggak kok, aku nggak kentut, mungkin bau jempol ku" aku menyanggah. sambil menutup hidung ku juga, ternyata benar bau itu dari jempol ku.
" Betul ,bau ih" kak Manda menaruh makanan nya di meja, bau jempol ku membuat selera makan nya berkurang, mamah hanya menggelengkan kepala nya sambil beranjak mengambil obat merah.
" Pake ini" Mamah memberikan botol obat itu sambil tersenyum. Aku pun meneteskan obat itu. Makan ku jadi tidak bersera lagi karna bau.
" Makasih Mah" Aku menutup nya sambil meluruskan kaki ini agar tidak tumpah kemana- mana obat nya.
" Sip, mau mamah suapin kah makan nya?" Mamah tersenyum sambil duduk manis menunggu jawaban ku.
" Mau, tapi aku juga jadi nggak nafsu karna bau" aku nyengir sambil menahan reaksi obat itu bekerja , rasa nya sangat perih.
" Sedikit aja ya" Mamah menyuapi ku sambil tersenyum, lalu aku memakan nya dengan pelan, aku sangat bahagia sekali saat semua nya baik - baik saja dan hangat seperti ini.
" Tok....Tok...Tok...." ketukan pintu terdengar, ternyata itu nenek membawa makanan plus bahan untuk masak mamah.
Kak Manda dengan cepat membuka pintu sambil tersenyum lalu membantu nenek untuk masuk. Nenek pun masuk sambil menyerahkan plastik itu pada kak Manda.
"Asik ada pepaya" Girang kak Manda sambil membuka plastik itu , aku hanya tersenyum sambil melihat isi dari plastik itu.
" Iya, tadi nenek beli di jalan, kebetulan ada yg penjual nya lewat naik motor" nenek meluruskan kaki sambil duduk di kursi panjang dekat pintu.
" Makasih nek, oh iya ini semua buat kami kah?" Kak Manda melirik ke arah isi plastik itu sambil tersenyum.
" Iya lah, ini semua buat kalian, oh iya maaf ya, nenek jarang main lagi, soal nya pusing dan sakit perut jadi bolak - balik terus ke kamar mandi" Nenek tersenyum sambil mengelus kepala ku.
" Iya, aku belum sempet ke rumah , jadi belum bisa liat nenek , aku baru tau, aku sibuk sama kerjaaan ku nek" Kak Manda tersenyum sambil mengecup pipi kurus nenek. Sudah keriput tapi masih terlihat cantik . Karna bapak juga tampan waktu muda nya aku selalu melihat di foto perkawinan nya dengan mamah.
" Nggak papa, doanya aja ya, nenek seneng kok kalo kalian semua sehat, oh iya bapak gimana kabar nya?" Nenek menanyakan bapak karna bapak anak kesayangan nenek.
" Baik kok, yg nggak baik cuma Rino aja bu, dia di bully lagi" Mamah membawa gelas berisi air hangat untuk nenek.
" Bully itu wajar, tapi kalo keseringan bisa bikin trauma berkepanjangan" nenek mengecup kepala ku sambil tersenyum.
" Iya , tapi aku kesal juga nek" kak Manda menutup pintu agar kucing tetangga tidak bisa masuk.kak Manda memang tidak terlalu suka dengan kucing.
Nenek hanya tersenyum sambil mengelus pundak kak Manda. mamah dan aku tersenyum melihat nenek yg sudah tua tapi masih terlihat segar.