Ini adalah kisah perjalanan seorang mafia italia yang bernama Ken dari keluarga Gatto salah satu keluarga mafia kelas kakap yang ada di italia,lika liku kehidupan gelap mafia ia jalani menjadi mesin pembunuh terbaik di keluarga Gatto,awal mula ketika ia diculik oleh sindikat perdagangan manusia di korea dan ia dibawa ke italia untuk dijadikan pekerja paksa namun siapa sangka ketika ia mencoba kabur dari sindikat tersebut ia bertemu dengan bos mafia di sana.Ken pun menjadi anak angkat bos mafia yang bernama Emilio itu.ia disekolahkan dan didik menjadi mesin pembunuh yang kejam hingga tidak ada satupun di dunia mereka yang tidak mengenal seorang Ken,orang yang kejam,berdarah dingin,diskriminatif dan berani itu menjadi pembunuh nomor satu di italia,bahkan namanya tidak hanya terkenal di keluarga mafia yang ada di italia saja,keluarga keluarga mafia dari berbagai belahan dunia mengenal baik nama seorang Ken
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gatto Pieno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Ken menyusuri jalan di distrik Minato bagian selatan kota Tokyo. Ia masuk ke dalam beberapa bar untuk mencari informasi tentang penjaga mata angin selatan keluarga Tomodachi.
Ken masuk ke dalam salah satu bar yang sepi pengunjungnya dan duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
"Permisi, Tuan. Apa yang ingin Anda pesan?" seorang pelayan bertanya dengan bahasa Jepang.
"Sorry, English!" Ken meminta pelayan itu menggunakan bahasa Inggris.
"Maaf, Tuan. Saya kira Anda orang lokal sini." Pelayan itu meminta maaf, mengira Ken adalah orang lokal karena wajah khas Asia Ken yang memiliki mata sipit dan kulit putih.
"Tidak apa." Ken tersenyum ramah, membuat pelayan itu sedikit salah tingkah.
"Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" tanya pelayan itu kembali.
"Aku tidak ingin memesan, aku hanya ingin bertanya sesuatu," jelas Ken.
"Maaf, Tuan. Kami di sini menjual minuman, bukan informasi," tolak pelayan itu.
Ken menunjukkan uang dalam jumlah yang lumayan banyak ke pelayan itu.
"Jika begitu, beda ceritanya," pelayan itu tersenyum.
Ken tertawa dalam hati melihat tingkah pelayan itu.
"Apa yang ingin Anda tanyakan?" pelayan itu bertanya.
"Apa kau tahu tentang penjaga mata angin selatan?" tanya Ken.
"Selama aku bekerja di sini, aku belum pernah mendengar julukan aneh seperti itu," jelas pelayan itu.
"Apa tidak ada rumor tentangnya di distrik ini?" Ken bertanya kembali.
"Tidak pernah, aku saja tidak tahu julukan itu untuk apa," jelas pelayan itu kembali.
"Baiklah, jika begitu, terima kasih atas informasinya." Ken berdiri dan pergi meninggalkan bar itu.
Setelah kepergian Ken dari bar itu, pelayan itu dengan cepat masuk ke salah satu ruangan yang ada di bar itu.
"Maaf, Tuan, sepertinya ada yang mencari Anda di distrik ini," pelayan itu melapor sambil menunduk ketakutan di hadapan pria yang duduk di sofa ruangan itu.
"Sepertinya akan ada kejadian yang menarik," pria itu tersenyum.
"Kalian bawa pria yang mencariku ke hadapanku," ia memerintah anak buahnya sambil menghisap rokok di tangannya.
"Baik, Tuan," jawab rombongan sekitar sepuluh pria memakai baju hitam dan membawa samurai di tangan mereka.
Ken masih menyusuri distrik Minato, ia mencari-cari informasi namun hasilnya nihil, hingga ia sampai di salah satu gang sempit yang ada di distrik itu.
"He, kunyuk!" teriak seseorang dari belakangnya.
Ken melihat ke belakang, dan di sana ia sudah ditunggu oleh sepuluh orang berbaju hitam membawa samurai di tangan mereka.
"Ternyata aku tidak usah repot-repot mencari," Ken tersenyum.
Sepuluh pria itu langsung maju mengeroyok Ken yang hanya sendirian itu. Dengan tenang Ken mengeluarkan pisau dari balik jasnya. Ketika salah satu bilah samurai itu mendekati tubuhnya, dengan cepat ia menangkis dengan pisaunya itu dan mundur beberapa langkah menjaga jarak.
"Dasar bocah bodoh, melawan samurai kami menggunakan pisau kecil itu," salah satu pria itu meremehkan kemampuan Ken.
"Yang salah itu kalian, berani meremehkan pisau kesayanganku ini," Ken menatap tajam sepuluh pria itu.
Ken maju melesat ke arah sepuluh pria itu.
"Lihatlah, dia ingin melawan kita sekaligus," sepuluh pria itu meremehkannya kembali.
SYUUT....SRAATTT....SRATTT...
Dua kali sayatan, salah satu dari sepuluh pria itu tumbang berlumuran darah. Ken menyayat pembuluh darah arteri di lengan pria itu membuatnya kesulitan bergerak. Ken langsung meninju titik saraf yang ada di leher pria itu, membuatnya tumbang seketika.
Dengan percaya diri, Ken berdiri berhadapan dengan sembilan orang sisanya.
Melihat pergerakan Ken yang sangat sulit dibaca, kesepuluh pria itu panik dan mengubah posisi mereka. Mereka menyebar mengelilingi Ken.
"Kau hanya beruntung bisa menumbangkan dia," salah satu dari mereka berbicara.
"Itu bukan keberuntungan, itu adalah keahlianku," jawab Ken singkat.
Sembilan pria itu menyerang Ken secara bersama dari berbagai arah menggunakan samurai mereka. Mereka berusaha membuat Ken terpojok.
Ken hanya bisa menangkis serangan dari mereka karena ia belum menemukan celah dari serangan mereka.
"Bagaimana, apa kau masih mau meremehkan kami?" ucap salah satu dari mereka di sela-sela pertarungan.
Ken hanya menatap dingin mereka, ia masih mencari celah dari serangan mereka karena pergerakan sembilan orang itu sangat terlatih menggunakan samurai.
Ken mundur beberapa langkah menjaga jarak dari mereka.
"Ha ha ha, apa kau takut sekarang?" mereka tertawa masih meremehkan Ken karena melihatnya menjaga jarak dari mereka.
Ken berpikir cara untuk melawan mereka dan ia mendapatkan satu cara untuk melawan mereka.
"He, kalian jangan berbangga dulu melawan satu orang," Ken berusaha memancing emosi mereka.
"Apa kalian tidak malu melawan satu orang yang menggunakan pisau sedangkan kalian menggunakan samurai seperti itu?" ejek Ken.
"Apa kau ingin memancing emosi kami? Itu tidak akan mempan pada kami, kami bertarung untuk menang, bukan untuk mencari kehormatan," jelas salah satu pria itu dengan sombong.
"Wah, ternyata kalian memang kotor," ucap Ken sambil mengganti posisinya memegang pisau.
"Posisi itu!!" salah satu dari mereka terkejut.
"Ada apa, Kak?" tanya rekannya.
"Kalian berhati-hati, sepertinya pria ini bukan pria biasa. Posisinya memegang pisau adalah salah satu teknik mematikan dari bela diri Systema," ia memperingatkan rekannya dan sedikit waspada.
"Apa kau takut, Kak, pada orang itu? Jika kau takut, biar aku yang maju," pria itu maju menyerang Ken dengan samurainya.
"Ceroboh!!" gumam Ken.
Ken langsung menangkis samurai pria itu dan menendang lengannya, membuat samurainya terlepas dari tangannya. Ken langsung menodongkan pisaunya ke leher pria itu.
"Apa kalian masih mau meremehkanku?" sombong Ken.
"Lepaskan dia! Jika kau berani menancapkan pisaumu itu, kau akan..." kalimat mereka terhenti.
"Akan apa...?" Ken menyayat tipis leher pria yang ditawannya itu, membuat darahnya perlahan menetes.
"Kau ini..." kesal mereka.
"Bagaimana jika kita bernegosiasi?" Ken berbicara pada mereka.
"Aku akan melepaskan temanmu, tapi ada satu syarat," Ken bernegosiasi kepada mereka.
"Apa itu?" tanya mereka.
"Apa kau tahu penjaga mata angin selatan keluarga Tomodachi?" Ken bertanya.
"Jika kau mau membawaku ke penjaga mata angin selatan keluarga Tomodachi, aku akan melepaskannya," tawar Ken.
"Bukankah penjaga mata angin selatan ingin kita membawa dia?" bisik salah satu dari mereka kepada yang lain.
"Baiklah, jika begitu, kita tidak usah repot-repot bertarung dengannya, jika ada cara lain membawanya," mereka masih berbisik-bisik.
"Baiklah, jika itu mau kau, kami akan membawamu kepada penjaga mata angin selatan," jawab mereka.
"Jika kalian berani macam-macam, maka aku akan memburu kalian satu per satu," ancam Ken.
"Baiklah, kami tidak akan mengkhianatimu, jadi lepaskan teman kami," ucap mereka pada Ken.
Mereka memang diperintahkan penjaga mata angin selatan untuk membawa Ken.
"Ikuti kami, kami akan membawa kau ke tempat penjaga mata angin selatan," mereka mengajak Ken pergi dari gang sempit itu.
Mereka terus berjalan dan sampai ke depan bar yang disinggahi Ken tadi.
"Ternyata bar ini," gumam Ken dalam hatinya. Ia sedikit kesal merasa dirinya telah tertipu oleh pelayan tadi.
"Selamat datang," sambut pelayan bar itu.
Ken menatap tajam pelayan itu membuat nyali pelayan itu ciut.
"Kammi tahu jika kau ditipu olehnya, kami akan menyuruh dia untuk mengembalikan uangmu," ucap salah satu pria itu.
"Tidak perlu, aku masih memiliki banyak uang," ucap Ken sombong.
Ken diajak ke salah satu ruangan yang ada di bar itu. Mereka masuk ke dalam ruangan itu.
"Selamat datang di sisi selatan distrik Minato. Perkenalkan, aku Asuka, penjaga mata angin selatan keluarga Tomodachi," sambut pria bermata sipit dengan tato naga besar di dadanya. Ia menyambut Ken dengan senyum kejamnya.
Saran, lanjut thor, semangatt