Di dunia di mana para dewa pernah berjalan di antara manusia, sebuah pedang yang terlupakan bangun, melepaskan kekuatan yang dapat mengubah dunia. Seorang pemuda, yang ditakdirkan untuk kehebatan, menemukan sebuah rahasia yang akan mengubah nasibnya, tetapi dia harus memilih pihak, pilihan yang akan menentukan nasib dunia. Cinta dan kesetiaan akan diuji ketika dia menjelajahi dunia sihir, petualangan, dan roman, menghadapi ancaman yang dapat menghancurkan jaringan eksistensi. Warisan Para Dewa menunggu... Apakah kamu akan menjawab seruannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pramsia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20: Jalan Menuju Hal Baru
Pagi itu, embun masih membasahi tanah ketika Kai, Jian, dan Mei bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Meskipun harapan telah ditanam di desa-desa yang mereka kunjungi, mereka tahu bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Misi mereka untuk menyebarkan pesan penebusan dan perubahan belum berakhir.
"Setiap desa yang kita singgahi adalah kesempatan untuk menanamkan harapan," kata Jian, menatap teman-temannya dengan semangat. "Namun, kita juga harus bersiap menghadapi tantangan yang mungkin muncul."
"Aku merasa bahwa kita harus mencari seseorang," kata Mei, tatapannya serius. "Ada desas-desus tentang seorang guru legendaris yang memiliki pengetahuan dan kekuatan luar biasa. Mungkin kita bisa mencarinya untuk membantu kita dan orang-orang yang ingin berubah."
Kai mengangguk setuju. "Kekuatan sejati bukan hanya tentang kemampuan fisik, tetapi juga tentang kebijaksanaan. Jika ada orang yang bisa membantu kita memahami kekuatan yang lebih dalam, itu akan sangat berharga."
Dengan tekad baru, mereka memutuskan untuk mencari guru legendaris tersebut. Mereka mendengar bahwa guru itu tinggal di puncak Gunung Harapan, tempat yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Perjalanan menuju gunung itu tidak akan mudah, tetapi mereka siap menghadapi apapun demi mencapai tujuan mereka.
Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di kaki Gunung Harapan. Suara angin yang berdesir dan suara burung-burung yang berkicau menciptakan suasana damai, tetapi mereka tahu bahwa tantangan besar menanti di depan.
"Ini mungkin saatnya untuk membuktikan bahwa kita telah siap," kata Jian, menatap lereng gunung yang curam. "Kita harus bekerja sama untuk melewati setiap rintangan."
Mereka mulai mendaki gunung, melewati jalur yang terjal dan licin. Di tengah perjalanan, mereka dihadapkan pada jurang yang dalam dan terjal. Kai, yang telah belajar banyak tentang memimpin dan bertindak sebagai pelindung, mengambil alih. "Aku akan pergi duluan dan memastikan jalur ini aman," katanya.
Dengan hati-hati, Kai melangkah maju, menguji setiap pijakan. Setelah memastikan jalur aman, ia memberi isyarat kepada Jian dan Mei untuk mengikuti. Mereka melewati jurang dengan hati-hati, merasakan ketegangan dan kerjasama yang semakin kuat di antara mereka.
Setelah beberapa jam mendaki, mereka sampai di sebuah dataran tinggi yang indah, dikelilingi oleh pemandangan spektakuler. Di sana, mereka melihat seorang pria tua dengan jubah putih, duduk meditasi di bawah pohon besar.
"Guru," kata Mei penuh rasa hormat, "kami datang untuk mencari pengetahuan dan bimbinganmu. Kami ingin belajar bagaimana menjadi lebih kuat, bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam hati dan pikiran."
Pria tua itu membuka matanya, tatapannya seolah menembus jiwa mereka. "Kekuatan sejati berasal dari dalam. Untuk menemukannya, kalian harus menghadapi diri kalian sendiri. Siapkah kalian untuk perjalanan ini?"
Kai, Jian, dan Mei saling berpandangan, menyadari bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang lebih mendalam. "Kami siap," jawab Kai tegas. "Kami ingin belajar."
Guru itu tersenyum, lalu berdiri. "Baiklah. Pertama, kalian harus menghadapi tantangan yang akan menguji batasan kalian. Hanya dengan menghadapi ketakutan dan keraguan, kalian akan menemukan kekuatan sejati di dalam diri kalian."
Tanpa ragu, mereka mengikuti guru itu, bersiap menghadapi tantangan yang belum diketahui. Di dalam hati mereka, ada harapan baru untuk menemukan kekuatan yang dapat mengubah tidak hanya diri mereka, tetapi juga dunia di sekitar mereka.
(Bersambung ke Chapter 21)