Setelah Mende berhasil merebut Prasetya dari istri nya yang bernama Fiona, wanita itu mengira hidup nya akan indah seperti impian nya.
Hidup bahagia dengan Prasetya yang pegawai kantoran dan tinggal dirumah megah dengan segala kemewahan yang dimiliki pria itu.
Namun dia lupa jika hukum tabur tuai itu ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Kamu dengar kan mas, kalau aku sekarang lagi hamil. itu tanda nya sebentar lagi anak ini bisa mengantikan putra mu itu" ucap Mende.
"Dan satu lagi mas, mulai sekarang jangan lagi menyuruh ku untuk mengerjakan tugas rumah tangga. kalau masih berani menyuruh ku, akan aku gugurkan anak ini" acan Mende kemudian.
Seperti biasa Pras hanya diam, Pria itu seperti orang bodoh.
Mende akan memanfaatkan kehamilan nya untuk menekan pras. bahkan saat di rumah pun Wanita itu belagak seperti nyonya besar.
"Apa aku bilang mas, pasti aku bisa kasih kamu anak. Jadi kamu gak usah ingat ingat anak itu lagi, anggap saja dia bukan anak mu" ucap Mende sama sekali tidak memiliki perasaan.
"Kalau dia ikut aku, aku akan menganggap nya. tapi karena dia ikut Fiona, jadi jangan harap dan aku tidak akan mengakui nya sebagai anak ku" ucap Pras dengan sombong nya.
"Mas, gaji kamu kan tuju juta, itu artinya kamu harus kasih aku lima juta. sisa nya buat kamu pegangan" ujar Mende yang sangat mengatur.
"Ngak bisa gitu dong. Fiona sja dia juta lima ratus sebulan cukup, masa kamu minta segitu banyak nya"?
Mende hanya tertawa mendengar nya.
" Kan kamu sendiri yang meminta ku untuk berhenti kerja setelah menikah, ya kamu harus tanggung resikonya. apa lagi sekarang aku sedang hamil anak kamu, kalau kamu gak mau kasih ya sudah gugurin aja anak ini"!! ucap Mende membuat pras tak bisa berbuat banyak selain menurut.
Pras keluar dari kamar meninggal kan Meden sendirian. pria itu merasa malas sekali untuk berdebat dengan Mende.
Pras masuk ke dalam kamar tamu yang dulu ia tempati saat masih bersama Fiona.
Pria itu merebahkan tubuh nya di atas ranjang, pandangan nya terus menatap langit langit kamar itu.
Pria itu masih mengingat betul saat Fiona masih menjadi istrinya, wanita itu tidak pernah menuntut banyak pada dirinya. apa lagi sampai mengatur dan membe tak nya.
Semua yang di kerjakan Fiona, semua ia kerjakan dengan iklas dan penuh kesabaran.
Setelah empat hari di rawat di rumah sakit, Caraka sudah di perbolehkan pulang.
Fiona merasa senang meski Caraka belum seceria biasa nya.
Tapi setidak nya Caraka sudah membaik.
Wanita tidak henti henti nya mengucapkan terima kasih pada Aditya, membuat Aditya merasa tak enak hati.
Aditya bukan tipe pria yang pelit, Pria itu sangat royal kepada siapa saja yang membutuhkan.
"Aku mau ke kantor sekarang, kabari aku kalau ada apa apa dengan Caraka" ucap Aditya seolah menempatkan diri sebagai orang tua Caraka.
Fiona melongo mendengar ucapan Aditya, wanita itu tidak tau harus menjawab apa.
Pikiran nya melayang mengingat waktu dirinya masih bersama Pras, Pria itu tidak pernah mengkhawatirkan Caraka seperti Aditya. padahal dia lah ayah kandung nya.
"Fiona, jangan sungkan untuk mengabari ku jika ada apa apa dengan Caraka" ucap Aditya lagi karena tak ada respon dari Fiona.
"I-iya mas, mas Aditya berangkat saja. lagian Caraka juga sudah baikan" jawab Fiona yang merasa tak enak hati, sebab perhatian Aditya pada dirinya dan Caraka sudah melebihi batasan antara majikan dan pembantu.
Aditya mengangguk, pria itu langsung keluar dari kamar Fiona dan Caraka setelah itu langsung ke kantor nya.
Tiga puluh menit kemudian Aditya sampe di kantor.
Begitu masuk, Aditya langsung di sambut oleh sekertaris nya yang senyam senyum sendiri.
Wanita itu merasa senang karena selama 4 hari ini Aditya tidak datang ke kantor karena sibuk menunggui Caraka di rumah sakit.
"Tuan, kenapa empat hari gak datang ke kantor"? tanya sekertaris ganjen itu.
" Anak saya sakit" jawab Aditya singkat.
Wanita itu tercengang mendengar jawaban Aditya.
Klek,,,
Tiba tiba pintu di buka, dan teryata Yoga yang masuk.
"Bos, sudah di tungguin di ruang rapat" ucap Yoga memberi tau.
Tanpa menjawab, Aditya langsung pergi menuju ruang meeting.
Saat Yoga hendak mengikuti Adit, tangan Yoga ditarik oleh Mende.
"Apaan"?
" Emang benar si bos sudah nikah dan punya anak"?
"Kalau iya memang kenapa? kamu cuma sekertaris nya, jangan ikut campur urusan pribadi si bos. urus tu kerjaanan mu masih banyak" ujar Yogi seraya berlalu pergi.
Hancur hati wanita itu, sikap manis dan lemah lembut yang selama ini ia tunjukkan pada Aditya sama sekali tak berarti apa pun.
Wanita itu tertunduk lemas, impian untuk memiliki suami seorang bos besar kini kandas.
Padahal wanita itu ingin sekali kisah cinta nya sama seperti di kisah kisah novel.
Bos besar jatuh cinta pada sekertaris nya.
Terkadang perjalanan hidup, tidak seindah dunia khayalan.
Impian menjadi istri yang di segani dan di hormati hanya lah mimpi belaka.
Begitu juga dengan Prasetya, yang juga menginginkan menjadi Kepala keluarga yang di segani dan di hormati sama sekali tidak di dapatkan Pras dari Mende.
Wanita itu hanya sibuk mengurus dirinya sendiri, bahkan pekerjaan rumah saja Pras harus melakukan nya sendiri.
Bu Soraya berteriak memanggil Mende karena haus.
Dengan santai nya, Mende masuk ke kamar ibu mertuanya dengan membawa segelas air putih dan langsung menyiram nya tepat di muka bu Soraya.
"Keterlaluan kamu, tega ya melakukan ini padaku. kualat kamu Mende". ucap bu Soraya dengan derai air mata.
" Makanya jangan nyusahin terus, hidup kok bisa nya nyusahin orang saja" sahut Mende sama sekali tidak berperasaan.
Bu Soraya mengusap wajah nya yang sudah basah dengan air mata.
Seumur umur baru kali ini, ia mendapatkan perlakuan seperti ini.
Berbeda dengan Fiona, meskipun di sumpahi apa pun wanita itu hanya diam saja tak membantah bahkan tidak melawan nya.
Mende kembali ke kamar nya dengan gela tawa merasa puas, sejak ia di nyatakan hamil pras menjadi begitu penurut pada dirinya.
Seperti biasa tiap pulang kerja Pras membawa bungkusan makanan untuk makan malam mereka bertiga.
Dapur yang biasa ngebul, kini tidak pernah lagi.
Aroma masakan yang tiap pagi dan sore hari tidak pernah lagi ia cium.
"Mende, buatin aku kopi dong"! pinta Pras.
Dengan sangat terpaksa Mende membuatkan kopi lalu menghidangkan nya di atas meja.
Wanita itu lalu duduk di samping Pras yang tengah merebahkan tubuh nya di atas sofa. sekilas Pras melirik ke arah Mende.
Entah kenapa pria ini tiba tiba saja tidak ingin meminum kopi buatan istri nya.
Pras justru membayangkan wajah lelah Fiona yang selalu menyodorkan kopi tiap pagi dan sore tanpa ia minta.
"Kenapa gak di minum mas? nanti dingin gak enak. istri sudah capek capek buatin, bukan nya di minum malah di liatin"
"Sebentar, nunggu agak dingin" jawab Pras beralasan.
Suami capek pulang kerja, Mende justru terus mengomel hanya karena kopi. tentu saja hal ini membuat Pras semakin pusing, mau tidak mau akhinya Pras meminum kopi itu kemudian pergi ke kamar ibu nya untuk mengganti popok ibu nya.
m ibuy sdh ga punya apa²,,dan fitnah sukses sm kerjaany
.