Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 : MISTERI HATI
..."Mudah bagiku mencintai orang lain, namun mengizinkan mereka tinggal dihatiku tidaklah mudah, karena ada kamu yang selalu hidup didalamnya"...
...----------------...
Matahari tampak sudah merapatkan dirinya ke dalam pelukan kaki langit. Monica masih terdiam di dahan pohon sambil memikirkan apa yang selanjutnya dia lakukan.. 67 hari lagi dan dia masih belum mendapatkan sesuatu yang dapat menjadi titik terang keberhasilan misinya.
"Hahhh.. Sudahlah.. Jadi arwah gentayangan biarlah" Gumam Monica sambil merebahkan di dahan pohon.
Dirinya bingung karena hanya Afra satu-satunya yang bisa diajaknya berbicara, namun setiap kali membahas soal Harra, gelagat Afra tampak aneh seakan dia tidak bisa mengungkit Harra. Monica terdiam lama sambil berpikir tentang rencana berikutnya.
Tiba-tiba Monica merasakan suatu hentakan didalam hatinya, seperti sebagian organ dalamnya terlepas dan tertarik tiba-tiba. Ada sesuatu yang terlepas dari jiwanya, namun dia tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Monica terduduk sambil meremas dada kirinya, perasaan itu sangat menyiksanya. Suara lirih tiba-tiba didengar oleh Monica, namun dia tidak tahu darimana suara itu berasal. Hingga dalam kebingungannya, dia mendengar sebuah suara yang memanggilnya
"Monica--"
Monica menoleh dan mengedarkan pandangannya ke seluruh titik, namun tidak tampak siapapun disana. Suara itu kembali memanggilnya namun kali ini tampak seakan memintanya untuk datang. Monica mengikuti sumber suara itu perlahan. Hingga dia tanpa sadar berada disebuah apartemen yang besar dan luas. Dengan segala perabotan kelas atas. Sebuah ruangan apartemen yang tampak mewah, namun Monica tidak tahu milik siapa apartemen itu.
"Monica--"
Suara itu kembali terdengar dari salah satu kamar yang ada di apartemen itu. Monica mendekat dan masuk tanpa membuka pintu kedalam kamar itu
Tampak punggung yang meringkuk kedepan dan tampak bergetar hebat. Monica yang hanya melihat sosoknya dari belakang tahu bahwa itu adalah Langit. Monica mendekat dan terlihat Langit yang memeluk foto kebersamaan dirinya dan Langit di sebuah taman. Suara Langit memanggil Monica, bibirnya sudah penuh dengan airmata.
Monica menutup mulut dengan kedua tangannya, dia tidak menyangka bahwa Langit menyimpan semua ini sendirian.
Langit yang dari luar tampak baik-baik saja ternyata menyimpan emosi yang hanya dapat dikeluarkannya saat dirinya sendiri didalam apartemennya itu.
"Bagaimana bisa aku melupakanmu? Bagaimana bisa aku melihat matamu di 2 bola mata milik orang lain? Aku rindu sayang-- Aku ingin ketemu kamu" Langit bergumam masih dengan memeluk foto.
"Aku juga merindukanmu-- Tapi tak bisakah hatimu terbebas dari rasa itu, Langit?" gumam Monica tepat disamping telinga kiri Langit. Namun, tentu saja Langit tidak bisa mendengarnya.
Monica mengedarkan pandangannya melihat kamar Langit dan melihat beberapa foto dan barang-barang yang penuh dengan kenangan mereka masih tersimpan disana, tertata rapi dan terawat.
Monica menatap Langit kembali yang masih memandang foto mereka. Monica terdiam sesaat, hatinya terasa sakit dan teriris. Bukan ini pemandangan yang ingin dilihatnya. Hidup dan sifat Langit berubah setelah kepergiannya. Dia harus melakukan sesuatu, sesuatu yang bisa menyelematkan hidup Langit.
Monica segera pergi dari kamar Langit dan menuju kamar Harra. Tampak disana wanita itu tertidur dengan piyama mewahnya. Wajah cantik Harra tampak tenang menyelami alam tidurnya.
"Ini saatnya" Gumam Monica dalam hatinya
Namun, tiba-tiba ada tangan yang memegang lengannya. Saat Monica menoleh, dia melihat Afra yang berdiri disudut kamar Harra.
"Kok kamu disini? Sejak kapan?" tanya Monica terkejut.
"Sejak tadi--" jawab Afra singkat
"Ngapain?" tanya Monica lagi
"Aku yang mau tanya itu ke kamu, kamu mau ngapain?" tanya Afra berbalik.
"Aku mau masuk ke mimpinya, mau membuat dia segera mengambil jalan" kata Monica dengan gelisah.
"Jalan apa? Jalan dia buat suka sama Langit?" tanya Afra dengan pandangan mata yang marah.
"Iya lah-- Biar cepat selesai, biar kamu nggak ngikutin aku terus" kata Monica menatap Afra dengan perasaan jengkel.
"Cinta itu nggak bisa dipaksakan Monica" kata Afra masih tetap menggenggam tangan Monica.
"Langit ataupun Harra, nggak bisa tiba-tiba jatuh cinta hanya dengan kamu masuk ke mimpi Harra. Harra juga punya hak atas hatinya, dia nggak bisa begitu saja jatuh cinta" kata Afra dengan suara yang meninggi.
Monica terdiam sambil memandang Afra lekat. Dahinya berkerut mendengar apa yang dikatakan oleh Afra. Afra seperti menyimpan sebuah hal yang tak Monica mengerti.
"Lalu apa yang harus aku lakukan? 2 bulan lagi-- Aku harus menyelesaikan semuanya" kata Monica sambil menarik tangannya agar terlepas dari tangan Afra.
"Apa yang kamu maksud selesai? Hidupmu sudah selesai Monica, biarkan mereka yang didunia menyelesaikannya sendiri sesuai takdir mereka" kata Afra berkata keras kepada Monica.
"Nggak-- Nggak bisa-- Aku nggak bisa tenang melihat Langit yang seperti ini, keluargaku, adikku, semuanya--" kata Monica tak kalah keras menjawab Afra.
"Lalu Harra? Kamu nggak mikirin Harra?" tanya Afra lagi.
"Bukankah hidup Harra selama ini terasa sepi? Bahkan aku mendengar suara tangisannya, mencari sosok seseorang. Bukankah hal yang bagus jika harus membuat Harra juga bahagia dalam hidupnya?" tanya Monica kembali.
"Sosok yang dicari Harra bukan Langit, Harra mencintai orang lain--" kata Afra yang membuat Monica terkejut mendengarnya.
"Bagaimana kamu bisa tahu dengan yakin seperti itu?" tanya Monica lagi.
Afra tampak menahan kesakitan dikepalanya. Dia meremas rambutnya namun kali ini tidak menghilang.
"Raka-- Raka adalah orang yang dicintai Harra" Afra terduduk lemas dengan badan yang bergetar merasakan kesakitan yang teramat sangat. Namun dia kali ini berusaha menahan hanya untuk mengatakan kepada Monica.
"Mon-- ini pilihanmu sendiri, jangan menjadikan orang lain alasan. Jika kamu tidak bisa menyelesaikan dan rohmu gentayangan, itu pun pilihanmu. Berhenti egois hanya untuk dirimu, tolong-- Biarkan Harra bahagia dengan pilihannya sendiri-- Tolong--" Suara Afra tampak melemah dan kali ini sosok Afra menghilang perlahan disudut kamar Harra yang membuat Monica berdiri membeku dan tidak tahu akan mengatakan apa lagi saat mendengar apa yang dikatakan oleh Afra.
Monica lalu membalikkan badannya dan melihat Harra yang masih tertidur.
"Apa benar ini hanya keegoisanku sendiri? Aku hanya ingin melihat mereka bahagia. Apa benar ini hanya tentang aku?" Monica bergumam sambil menatap Harra yang tengah tertidur pulas.
"Aku memang belum mengenal dia, tapi bagaimana Afra bisa jauh lebih mengenalnya-- Raka---" Monica terdiam dan mengingat kembali suara yang dulu didengarnya. Suara Harra terngiang didalam telinganya saat Harra mencari sosok Raka saat itu.
"Aku harus mencari tahu tentang Raka--" kata Monica dengan yakin dan lalu melangkah mendekati Harra.
Dia membelai rambut Harra dengan lembut.
"Maafkan aku jika aku terlalu egois, izinkan aku untuk mengenalmu Harra. Maafkan aku--" Monica dengan perlahan masuk kedalam tubuh Harra dan masuk kedalam ruang mimpi Harra malam itu.