"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sudah berhari-hari Arthur mengeluh karena jauh dari wanita yang sudah memberikan ia kebahagiaan dengan lahirnya putra tampan dan menggemaskan yang terkadang juga membuat Arthur sedih karena tangisnya yang terus memanggil sang mommy.
Begitu juga dengan Zabella yang bilang kangen mommy dan Zabella rindu sekolahnya hingga membuat Arthur meminta Erdogan untuk membawa Emilia kembali tapi Erdogan bilang dia tidak sanggup memaksa Emilia untuk kembali.
Hingga akhirnya Arthur sendiri yang datang ke tempat Emilia bersama dengan anak buahnya membawa kedua anaknya.
Emilia yang baru saja kembali dari luar setelah berbelanja bahan makanan untuk beberapa hari kedepan sampai saat dia libur bekerja nanti.
Emilia terbengong di ambang pintu saat melihat seseorang tengah duduk di sofa ruang keluarga dengan kedua anaknya. Emilia langsung menjatuhkan barang belanjaannya dan bergegas menghampiri putranya dan menggendong bayi laki-laki tampan itu.
"Gerald."Emilia langsung memejamkan mata saat memeluk putra tercintanya.
"Kau adalah ibu yang kejam, hanya karena keegoisan mu kau lebih memilih kehilangan mereka."ucap Arthur yang kini melirik tajam kearah Emilia.
"Aku, kejam? Oh lihatlah dia tuhan dia sendiri yang telah memisahkan ku dengan mereka."ucap Emilia yang kini terlihat jengkel dengan sikap pria yang ada di hadapannya.
"Aku? Bukankah kau yang ingin hidup bebas di sini, mana laki-laki yang telah membuat mu berpaling dariku."ucap Arthur sambil celingukan menatap kearah luar.
"Oh tuhan, kau sungguh menyebalkan tuan pantas saja kau lebih suka bergaul dengan kerbau gembala mu itu tuan."ucap Emilia mencibir.
"Tapi kau cinta padaku bukan."ucap Arthur.
"Oh ya ampun percaya diri sekali."ucap Emilia.
"Aku sudah menikahi mu, dan sekarang kita sudah menjadi keluarga aku akan tinggal disini bersamamu."ucap Arthur yang memberikan buku nikah asli dengan cap jempol dan tandatangan Emilia entah kapan Emilia menandatangani itu yang jelas semua terpampang nyata.
"Tidak, itu tidak benar siapa yang sudah memalsukan tanda tangan ku?"ucap Emilia sangat shock terlihat dari ekspresi wajahnya saat ini dan hal itu membuat Arthur tidak suka.
"Kau pikir aku melakukan hal itu, kau jangan lupa rumput liar saat itu kau sudah menandatangani kontrak pernikahan dengan ku."ucap Arthur bohong, padahal tanda tangan itu diambil Erdogan saat dia bekerja di perusahan dengan surat kontrak kerja yang terselip surat perjanjian pernikahan antara Arthur dan Emilia.
"Terserah tapi aku tidak mengakui pernikahan ini."ucap Emilia tegas.
"Tidak bisa silahkan tinggalkan rumah ku, biarkan anak-anak disini aku tidak ingin rumah ku jadi sarang kerbau-kerbau peliharaan mu."ucap Emilia.
"Mereka tidak ikut dengan ku."ucap Arthur tegas.
"Terserah saja yang jelas hanya anak-anak ku saja yang boleh tinggal di sini."ucap Emilia yang kini membawa keduanya menuju dapur dan Emilia mendudukkan keduanya di kursi meja makan.
"Tunggu disini sayang mommy ambilkan bahan makanan dulu untuk membuat makanan kesukaan kalian."ucap Emilia dengan lembut sambil mengecup puncak kepala keduanya secara bergantian.
"Semua sudah disini."ucap Arthur yang kini memperlihatkan beberapa kantung belanjaan yang sempat Emilia jatuhkan diambang pintu.
"Bagaimana apa aku sudah diterima."ucap Arthur.
"Tidak."ucap Emilia yang masih terlihat sangat kesal dengan tingkah Arthur.
"Baiklah aku akan memasak untuk istri dan anak-anak ku."ucap Arthur.
"Jangan pernah mengacaukan dapur ku."ucap Emilia.
"Honey kau masih marah padaku setelah aku berbaik hati datang dengan anak-anak kita."ucap Arthur.
"Berbaik hati katamu, semua memiliki tujuan dan aku yakin dibalik semua ini ada tujuan tersembunyi yang kau sembunyikan dariku."ucap Emilia yang kini mengambil alih semuanya dan mulai menyiapkan makan siang untuk mereka.
Emilia membuat sup ayam dan juga steak daging yang sedang ia siapkan saat ini.
Tangan mulus itu terlihat begitu terampil dalam mengolah bahan makanan, Emilia seakan larut dalam perannya menjadi ibu rumah tangga.
Sayuran yang ia potong dengan cepat, ada kentang asparagus dan juga wortel tidak lupa potongan bawang Bombay dan seledri .
Air di panci sudah mendidih Emilia memasukkan potongan ayam kedalam air yang mendidih itu, sambil menyiapkan bumbu yang ia gunakan.
Ada garlic ada bawang merah dan merica juga sedikit potongan tomat sedar dan daun bawang.
Kali ini Emilia menambahkan sedikit minyak kedalam telpon setelah itu ia masukkan garlic dan union disusul dengan lada bubuk dan potongan daun bawang dan tomat terakhir bumbu penyedap.
Setelah ayam dirasa cukup matang dia membuang kotoran di tepi panci yang dihasilkan dari rebusan ayam hingga yang tersisa adalah kuah kaldunya barulah potongan kentang dan wortel masuk, tidak berapa lama asparagus pun ikut masuk dan terakhir bumbu yang tadi ia buat bersama daun seledri finish.
Emilia pun memanggang steak yang sudah di marinasi terlebih dahulu, dan kini dia sibuk membuat saus yang langsung ia blender hingga halus kemudian dia masak di telpon dengan bumbu penyedap dan juga pelengkap lainnya yang telah dia siapkan.
Setelah semuanya matang dia langsung menghidangkan semua itu di hadapan ketiga orang yang kini terlihat sudah menunggu-nunggu sedari tadi.
"Tunggu sebentar mommy ambil peralatan makan milik kalian."ucap Emilia .
"Baik mom...uh ini sangat lezat Zabella sudah sering makan ini bersama mommy dad."ucap Zabella yang kini bercerita tentang makanan yang ada di hadapannya itu.
Emilia datang dengan membawa semangkuk nasi, karena sup itu lebih enak dinikmati dengan nasi seperti yang ada di YouTube yang sering ia tonton.
Emilia pun langsung bergegas mengambilkan menu tersebut di mangkuk milik anak-anak nya.
"Tiup pelan-pelan sayang awas panas."ucap Emilia seperti biasanya mengarahkan Zabella.
"Iya mom tau ini sangat lezat."ucap Zabella yang mulai mencicipi nasi dan kuah sup tersebut.
"Honey punya ku mana."ucap Arthur yang kini terlihat mendamba.
"Oh ya ampun tuan Arthur di hadapan mu sudah ada steak kesukaan mu. Dan jika ingin sup ambil sendiri aku sedang menyuapi putraku."ucap Emilia yang kini sibuk mengipasi makanan milik Gerald.
"Oh ya ampun istri ku tak perhatian."ucap Arthur yang kemudian mengambil pisau dan garpu lalu memotong steak tersebut dan bergegas menyuapkan nya kedalam mulutnya.
Sejenak Arthur terdiam dan merasakan sensasi yang sudah lama tidak pernah ia rasakan steak daging yang dulu sering Emilia buat kini membuat dia bisa kembali merasakan kenikmatan.
Emilia sendiri sibuk menyuapi anak-anak nya dengan steak yang ia potong-potong kecil dan sesekali sup ayam yang ia suap kan pada mereka hingga akhirnya Arthur menyodorkan garpu berisi potongan steak yang terlihat sangat lezat tersebut.
Sejenak Emilia hanya menatap steak itu hingga Arthur berkata."Suamimu berniat baik dengan membagi makanannya ayo buka mulutmu."ucap Arthur yang akhirnya diikuti oleh Emilia.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Disinilah mereka saat ini, di ruang santai yang ada di lantai dua, anak-anak sibuk dengan permainannya sementara kedua orang tua mereka sibuk berdebat.
"Kau sudah menikahi wanita itu jadi jangan berfikir untuk menjadi suamiku."ucap Emilia.
"Jadi kau cemburu?"ujar Arthur.
"Cemburu kau bilang? Heh yang benar saja."ucap Emilia dengan sinis nya.
"Kalau kau tidak cemburu lalu apa namanya?"ujar Arthur
"Aku hanya tidak suka barang bekas."ucap Emilia yang membuat Arthur naik darah dan langsung menarik Emilia membawa wanita itu ke kamarnya.
"Lepaskan aku bajingan kau tidak terima dengan tuduhan ku, tapi itu kenyataannya kau bahkan melakukan hal itu di kolam renang hotel mu, dan kalian sungguh menjijikan!"ujar Emilia yang kini dilempar oleh Arthur keatas ranjang empuk itu.
"Coba kau periksa bagian mana yang kau sebut menjijikan itu."ucap Arthur yang kini melucuti pakaiannya.
Emilia sempat terdiam beberapa saat saat melihat tubuh Arthur yang mulus sempurna tanpa cacat sedikitpun padahal saat dia meninggal hari itu, jelas-jelas Emilia melihat semua luka yang menganga di tubuh Arthur.
"Siapa kau sebenarnya?!"ucap Emilia yang kini terlihat penuh tanya sambil mendorong dada bidang Arthur yang kini sedikit terpelanting ke belakang.
"Apa maksudnya?"ucap Arthur.
"Kau bukan suamiku, kau Alex Dozer suamiku sudah mati dan aku sendiri yang memandikannya."ucap Emilia yang langsung meraih ponselnya dan menghubungi Erdogan, namun Arthur merampas handphone itu dan melemparkannya ke sembarang arah.
"Keluar dari rumah ku bajingan jangan pikir dengan wajah dan tubuh yang sama kau ingin mengelabui ku."ucap Emilia yang kini menodongkan pistol.
"Honey aku Arthur, aku si gembala kerbau mu."ucap Arthur tegas.
"Tidak sekarang keluar atau aku ledakan kepala mu."ucap Emilia yang terus menodongkan senjata api tersebut hingga Arthur mundur dan menggunakan pakaian nya.
Hingga suara helikopter mendarat di atap rumah tersebut, dan Erdogan tidak lama keluar bersama dengan anak buahnya."Kau lihat istriku mencurigai ku sebagai orang lain bukankah kau sendiri bilang bahwa dia mengenaliku sejak awal bertemu."ucap Arthur yang kini tengah meminta bantuan Erdogan untuk menjelaskan.
"Emilia turunkan senjata mu aku akan memberitahumu tentang semua yang tidak kau ketahui."ucap Erdogan.
Emilia pun langsung bergegas menurunkan pistol yang ia pegang.
Emilia Arthur langsung menarik Emilia untuk duduk bersama mereka.
"Pasti yang membuat mu bertanya-tanya adalah tentang luka-luka itu bukan?"ucap Erdogan.
Erdogan pun langsung memperlihatkan video yang menunjukkan bahwa Arthur yang saat itu dianggap telah mati itu langsung dibawa ke ruang operasi untuk mengeluarkan beberapa senjata pelindung yang dipasang olehnya yang tidak diketahui oleh siapapun hingga mereka akan menganggap Arthur benar-benar sudah mati padahal tidak seperti itu.
Ada sebuah alat yang digunakan untuk melindungi jantungnya lebih tepatnya seperti chips khusus yang akan melindungi organ jantung nya dari serangan baik itu tembakan atau pun tusukan secara langsung dan semua itu yang tau hanya aku dan Arthur seperti ini kau bisa lihat."ucap Erdogan yang memperlihatkan sebuah benda melingkar di dada kirinya seperti jaring laba-laba dan saat benda tajam atau perlu menembus nya benda itu akan masuk kedalam dan membungkus organ jantung dan akan mengeras melebihi kerasnya baja. Dan detak jantung tidak akan terdeteksi lagi meskipun sebenarnya orang itu masih hidup.
"Dan ini, kau melihat kerja keras mereka untuk mengelabuhi kita. Dan ini."tunjuk Erdogan yang akhirnya membuat Emilia percaya tapi sikap wanita itu terlihat dingin seketika itu.
"Bawa dia kembali ke rumahnya aku sudah putuskan untuk tetap disini bersama dengan anak-anak."ucap Emilia yang kemudian beranjak pergi meninggalkan semua orang yang kini tengah mematung menatap kearah Emilia yang pergi meninggalkan mereka.
Saat Emilia hendak melepaskan ikatan rambutnya tiba-tiba.
Duar....
Dor....
Dor...
"Rumput liar lindungi dirimu!!"teriak Arthur yang kini melempar pistol ke arah Emilia.
Emilia langsung meraih pistol tersebut, dan Duar...
Seketika itu rumahnya hancur sebagian."Gerald!!"teriak Emilia yang kini menghampiri putranya yang digendong oleh Erdogan sambil menembaki musuh yang terlihat oleh Emilia.
Arthur menggendong Zabella sambil terus melancarkan tembakan hingga beberapa drone berhasil dijatuhkan.
Tidak lama orang-orang Arthur datang dan langsung menghabisi mereka yang berani melakukan penyerangan hingga sniper yang ada di beberapa rumah lainnya berhasil dihabisi oleh Austin.
Arthur menatap lekat wajah Emilia yang terlihat sangat shock."Kau lihat hidup normal yang kau maksudkan."ucap Arthur yang kemudian meraih buku nikah yang masih ada di sofa dan dia meminta Emilia untuk membawa barang-barang seperlunya saja karena sudah dipastikan bahwa pihak musuh akan kembali datang menyerang mereka.
Emilia pun mengikuti instruksi dari Arthur dan Erdogan, sekarang mereka sudah berada di dalam jet pribadi milik Arthur dan mereka akan meninggalkan California untuk sementara waktu.
Arthur sudah meminta anak buahnya yang lain dipimpin oleh Austin menghancurkan seluruh bisnis yang pernah ia bangun selama dua tahun ini karena dengan semua itu mereka mendapatkan sokongan dana untuk mendapatkan senjata dan juga lainnya.
Irena ada di balik semua ini, dan beberapa orang kepercayaan Edison yang membantunya.
Emilia masih menatap dingin pada Arthur yang juga tengah menatap kearahnya ada rasa yang tidak pernah bisa Emilia ungkapkan terhadap pria itu.
Namun apapun itu sepertinya hidup Emilia tidak akan pernah bisa terlepas dari semua yang berhubungan dengan pria yang ada di hadapannya.
Emilia mengusap puncak kepala putranya berharap dia yang akan merubah dunia mereka semua nantinya tapi Arthur bisa membaca kegelisahan hati Emilia saat ini.
"Aku janji setelah semua peperangan ini berakhir kita akan hidup normal seperti yang kau inginkan."ucap Arthur.
"Kau bercanda? sudah berapa tahun kau hidup, apa bisa semua kekerasan ini berakhir?"ucap Emilia.
"Karena aku tidak pernah berpikir bahwa akan ada masa dimana wanitaku menginginkan hidup normal. Padahal jauh diluar sana banyak wanita yang menginginkan hidup enak di samping ku."ucap Arthur.
"Jika seperti itu ya silahkan kau lanjutkan saja hidup bersama dengan mereka jangan jadikan aku sebagai alasan yang akan memberatkan hidup mu."ucap Emilia ketus.
"Kau cemburu."ucap Arthur.
"Terlalu percaya diri."ucap Emilia.
"Tapi itu adalah kenyataannya."ucap Arthur.