Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Pulang sekolah, ketika Adrian mendorong kursi roda Elsa menelusuri koridor untuk pulang, tiba tiba,
“Adrian, Elsa,”
Adrian berhenti, kemudian keduanya menoleh, mereka melihat pak guru memanggil mereka, Adrian memutar kursi roda Elsa dan mendorongnya mendekat ke arah pak guru.
“Ada apa pak Firman ?” tanya Adrian.
“Bapak mau bicara sama kalian berdua, kita kembali ke kelas ya,” jawab Firman.
Akhirnya keduanya mengikuti Firman dari belakang dan masuk ke dalam kelas, Firman menutup semua pintunya dan menarik kursi, kemudian dia duduk di depan meja keduanya,
“Gini, bapak cuman mau tanya sama kalian, apa bener kalian tinggal bersama sama ?” tanya Firman.
“Kata siapa pak ?” tanya Elsa.
“Bapak hanya denger gosip gosip makanya sekarang bapak tanya kan,” jawab Firman.
“Enggak pak, kita emang di tower apartemen yang sama, tapi beda unit,” balas Adrian.
“Oh gitu, kalian tidak bohong kan ?” tanya Firman.
Adrian dan Elsa mengambil kunci mereka masing masing dan menunjukkannya pada Firman, kemudian setelah mereka memasukkannya lagi ke kantung.
“Ya sudah bapak percaya, terus terang aja, walau baru beberapa hari, kalian udah jadi sorotan temen temen kalian gara gara kejadian di kelas waktu itu, banyak gosip yang beredar tentang kalian tapi kalau semua itu tidak benar, berarti tidak apa apa, bapak akan cari tahu siapa yang awal menyebarkan gosip gosip itu untuk menghentikan nya,” ujar Firman.
“Iya pak, makasih ya pak,” balas Elsa.
“Sama sama, baiklah, kalian boleh pulang, bapak cuman mau memastikan hal itu saja, karena kalian di kelas bapak,” balas Firman.
“Baik pak, terima kasih, kita permisi dulu,” balas Elsa.
“Iya pak, permisi,” tambah Adrian.
Keduanya pergi meninggalkan kelas dan pergi meninggalkan Firman sendirian di dalam kelas yang tersenyum melihat keduanya,
“Kalau masih sebatas pacaran ya ga apa apa, namanya juga masa muda,” ujar Firman dalam hati.
*******
Karena besok sabtu dan libur, keduanya tidak langsung pulang, mereka berjalan jalan di mall yang berada di dalam komplek apartemen mereka. Setelah selesai berkeliling, mereka masuk ke dalam cafe di depan mall. Adrian memesankan minuman dan makanan di counter kemudian dia membawakannya ke Elsa yang menunggu di meja.
“Ini frappe kamu,” ujar Adrian.
“Oh ok, berapa ?” tanya Elsa.
“Santai aja,” jawab Adrian.
“Loh ga bisa dong, berapa ?” tanya Elsa sekali lagi.
“Ga apa apa kok, bener,” jawab Adrian.
“Ga mau,”
Elsa membuka tempat smartphone nya dan mengambil selembar uang dari dalam nya, kemudian dia memberikannya pada Adrian, ketika Elsa membuka tempat smartphone nya, Adrian tidak sengaja melihat sebuah foto keluarga usang di balik penutupnya.
“Oi jangan bengong, ini,” ujar Elsa.
“I..iya, makasih, eh aku ke toilet dulu ya, titip smartphone ama tas ya,” ujar Adrian.
“Ok, jangan lama lama ya,” balas Elsa.
Adrian menyodorkan smartphone yang dia taruh di meja dan menaikkan tas punggungnya ke atas meja. Setelah itu dia berdiri dan pergi ke toilet, Elsa yang melihat Adrian masuk ke dalam toilet, melirik smartphone Adrian dimeja, karena penasaran jarinya menekan tombol powernya. Wajah Elsa langsung berubah ketika melihat background foto Adrian bersama kedua orang tuanya dan ada seorang gadis kecil yang bersama mereka.
“Huh ? Lia ? loh dia kakaknya Lia ?” tanya Elsa dalam hati.
Tiba tiba Elsa teringat perkataan dokter Kelvin di telepon yang mengatakan kalau keluarga Adrian meninggal dalam kecelakaan pesawat, dia kembali menyalakan smartphone Adrian dan memastikan melihat fotonya sekali lagi. Elsa menutup mulutnya dengan tangan, foto itu benar benar foto Adrian bersama orang tuanya dan Lia adiknya.
“Oh Tuhan, berarti Lia sudah,” ujarnya dalam hati.
Bagi Elsa, Lia itu adalah sosok yang membawanya kembali ke dalam cahaya walau hanya sebentar sewaktu dia sedang jatuh ke dalam kegelapan ketika neneknya meninggal. Air matanya mengalir deras dan dia menunduk sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Sementara itu, di dalam toilet, Adrian menatap cermin sambil mencuci tangannya,
“Dia ada keluarga ya, iyalah, pasti, tidak seperti ku, dia nanti bakal pulang ke bandung ga ya, aku sendirian lagi deh, ah kamu ini mikir apa Adrian, kita kan cuman teman aja, benarkan ? tapi kenapa perasaan ku jadi mawut gini ya cuma karena melihat foto keluarganya,” ujar Adrian dalam hati sambil mencuci tangan.
Adrian mengelap tangannya dan berjalan keluar toilet, ketika keluar dia melihat Elsa sedang menunduk dan jika di lihat dari belakang Elsa terlihat sedang memegang dadanya karena kesakitan. Adrian langsung berlari dan jongkok di sebelah kursi roda Elsa, tapi dia menjadi lebih terkejut karena melihat Elsa menangis,
“Kamu kenapa ? sakit ya ? aduh...kita ke rumah sakit ya ?” tanya Adrian cemas.
Elsa melirik melihat wajah Adrian yang cemas dan sedang jongkok di sebelahnya, tiba tiba “bluk,” Elsa berbalik dan memeluk Adrian. Tentu saja Adrian menjadi bingung dan dia menaikkan tangannya ke kepala Elsa dan ke punggungnya.
“Ada apa ?” tanya Adrian.
“Kamu....kakak nya Lia ?” tanya Elsa.
Mendengar pertanyaan Elsa, Adrian langsung menjadi kaget bukan kepalang, dia bingung bagaimana Elsa bisa kenal dengan almarhum adiknya.
“I..iya, kok kamu kenal Lia ?” tanya Adrian.
Elsa menceritakan apa yang terjadi di taman rumah sakit selama tiga hari berturut turut ketika dia di rawat di sana dan bertemu Lia. Setelah mendengar cerita Elsa, sepenggal kisah tentang adiknya yang dia lupakan terbayang kembali di benaknya,
******
“Sreeeg,” pintu kamar di buka, Adrian perlahan menoleh melihat ke arah pintu, kemudian dia melihat seorang gadis kecil berlari masuk ke dalam dan duduk di sebelahnya,
“Aku datang lagi kak,” ujar gadis kecil itu.
“Loh Lia ? kamu sendiri, papa mama mana ?” tanya Adrian.
“Mereka lagi di ruang administrasi, nanti siang kan kita udah pulang ke jakarta, aku pulang dulu ya kak,” jawab Lia.
“Oh iya ya, hari ini kamu pulang ya,” balas Adrian sedih.
“Iya, tapi tenang aja, aku pasti kesini lagi kok, jadi kakak jangan merasa kesepian ya,” ujar Lia ceria.
“Haha iyalah, loh kok ada banyak daun di baju kamu ?” tanya Adrian sambil mengambil sebuah daun di pundak Lia.
“Oh tadi aku ke taman, nemenin kakak yang di kursi roda,” jawab Lia.
“Yang kemarin kamu cerita itu ya, yang katanya abis operasi jantung, namanya siapa ?” tanya Adrian.
“Wah ga tau namanya hahaha, dia yang kemarin aku cerita yang baru operasi jantung, dia selalu sendirian di taman, makanya aku temenin dia sebentar, tadi aku ketemu dia sekalian pamit, aku juga cerita kok kalau kakak ku di rawat di sini, jadi kak nanti kalau kesepian cari dia aja, bilang aja ama dia kalau kakak adalah kakak ku, aku juga pesen ke dia gitu sih, aku suruh dia cari kakak walau jawabannya cuman iya iya aja hehe,” ujar Lia.
“Hah...tapi aku kan ga kenal dia ? lagian namanya aja kamu ga tau, gimana coba ?” tanya Adrian.
“Hehe lupa nanya, tadi sih aku ajak dia kenalan sama kakak tapi kayaknya dia malu jadi ga mau, kalau mau ketemu dia, dia pasti ada di taman kok, orangnya cantik loh kak, pasti kakak suka deh ama dia, tapi sayang aja dia keliatan rada minder,” jawab Lia menunduk.
“Kok gitu, kenapa ?” tanya Adrian.
“Um...dia ga punya kaki, tapi dia baik kok, dia mau ngajak aku ngobrol dan selalu senyum walau terpaksa sih haha, (berpikir sejenak) sebenarnya sih aku tau namanya, kakak kenalan sendiri aja ya, sekalian belajar bergaul sama orang lain, lagipula kalau dia ga mau maju dan malu malu, kakak yang harus maju, kakak kan cowo hehe,” jawab Lia tertawa riang sambil memegang belakang kepalanya.
“Dasar kamu, siapa juga terpaksa senyum kalau di ajak ngomong ama kamu haha, ya sudah, kalau dia masih ada di sini ketika kakak sudah boleh keluar, kakak sendiri yang kenalan sama dia,” balas Adrian tersenyum.
"Nah gitu dong kak, jangan mengandalkan adik hehe, semangat ya kak, kakak harus sembuh, demi aku dan kakak di kursi roda itu, sebab dia aja bilang sama aku mau hidup dan dia sama seperti kakak, ga punya teman," balas Lia.
"Iya, kamu doain kakak ya supaya cepet sembuh ya," ujar Adrian.
"Pasti dong kak, aku selalu berdoa buat kakak," balas Lia sambil memegang tangan Adrian.
******
Kembali ke masa kini, Adrian meneteskan air mata karena mengenang adiknya yang sudah tiada, dia melirik melihat Elsa yang sedang memeluknya,
“Jadi...yang dia cerita waktu itu...kamu ?” tanya Adrian.
Elsa yang menempelkan kepalanya di pundak Adrian, mengangguk, langsung saja Adrian memeluk Elsa dengan erat dan air matanya jatuh bercucuran. Walau keduanya menjadi pusat perhatian di cafe, namun tidak ada satupun dari mereka yang menegur keduanya termasuk para pelayan.
“Lia, aku sudah ketemu kakak mu,” ujar Elsa dalam hati.
"Lia, aku sudah kenalan sama kakak di kursi roda yang kamu ceritakan itu, makasih ya Lia," ujar Adrian dalam hati.