"Anda yakin Mrs. Aquielo?"
"Jangan asal mengubah nama ku seenakmu, aku masih seorang Rainer asal kau tahu saja."
"Ya untuk sekarang kau mang masih seorang Rainer, tapi sebentar lagi kau akan segera mengganti nama belakangmu itu dengan nama keluargaku."
"Seperti aku mau saja dengan dirimu."
"Oh apa kau lupa yang aku katakan dipesawat kemarin Ms. Rainer."
Viona hanya dapat terdiam tentu ia tidak lupa dengan ancaman pria gila ini kemarin. Dan sialnya kalau semua yang dikatakan nya benar adanya maka tidak ada jalan lain lagi bagi Viona untuk menolak semua keinginan pria itu.
Itu buruk....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panda Merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
Tak lama mobil merekapun datang dan dengan cepat sang Sopir keluar lalu membukakan pintu untuk keduannya. Kemudian Mobil itupun melaju membelah jalanan Los Angeles disore hari.
"Kita mau kemana Kak?" Tanya Viona.
"Kita akan menghadiri acara peresmian Gedung Hotel Mr. Thomson. Rekan bisnis Papa, karena Dia tidak dapat hadir." Jelas Audrey singkat.
"Huh.... Kenapa Aku harus ikut?" Tanya Viona bingung.
"Karena Papa ingin Aku memperkenalkan dirimu kepada semua Teman-temannya." Jelas Audrey.
Setelah mendengar penjelasan Audrey Viona hanya diam dan tidak bertanya lagi, lalu mengalihkan pendangannya kearah jendela mobil menatap suasana Kota yang mulai diterangi lampu-lampu jalanan.
"Pakai ini didalamnya sudah ada kontak Ku, Papa dan juga Sopir. Kau tinggal menghubunginya jika perlu!" Seru Audrey tiba-tiba sambil menyodorkan sebuah Ponsel dengan merek ternama yang terlihat cukup mahal bagi Viona.
"Tidak perlu. Aku sudah mempunyai ponsel Kak." Tolak Viona halus, yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Audrey.
"Tidak ada penolakan! Ini hadiah pertama dari Kakak Mu. Apa Kamu mau menolaknya dan membuat Aku bersedih." Akhirnya Viona pun menerima hadiah itu lalu memasukannya kedalam tas kecil yang Dia bawa.
Setelah beberapa saat mobil yang ditumpangi mereka berhenti didepan sebuah Hotel Mewah, dan mereka langsung disambut dengan gelaran karpet merah didepan mereka.
Rupanya ini memang acara Orang yang sangat penting, buktinya Viona mendapati beberapa tamu undangan yang hadir merupakan Selebriti papan atas, dan juga ada beberapa Politikus terkenal.
Viona berusaha setenang mungkin berjalan diatas karpet Merah itu bersama dengan Audrey disisinya.
"Wow... Siapa Gadis Manis ini Rey." Sapa seorang Pria berambut pirang, sambil memperhatikan penampilan Viona dengan intens hal itu jelas membuat Viona merasa tidak nyaman.
"Dia Adikku... Jangan macam-macam dengannya kalau Kamu masih sayang dengan batang hidungmu itu Nick!" Seru Audrey memperingatkan.
Merasa perlu mewaspadai Pria itu, mengingat tabiat Pria dihadapannya ini yang suka mempermainkan Wanita. Audrey tidak mau Adiknya menjadi salah satu korban dari Buaya darat ini.
"Santai saja Rey... Aku hanya bertanya kenapa Kau langsung emosi." Ucapnya dengan wajah memelas.
"Aku sudah mengenalmu sangat lama. Mana mungkin aku tidak tahu isi otak kotormu itu." Tukas Audrey.
"Kau kejam sekali. Pantas saja tidak ada Lelaki yang mau dekat dengan dirimu, tentunya selain Aku." Ejek Nick lalu kembali ingin mendekati Viona namun segera dihentikan oleh Audrey.
"Apa-apa Kau ini. Aku hanya ingin berkenalan dengan si Cantik ini. Oh... Atau mungkin Kamu cemburu?" goda Nick sambil mengedipkan sebelah matanya pada Audrey.
"Dalam mimpimu. Mr. Miller Kuperingatkan Kamu untuk yang terakhir kalinya jangan coba-coba untuk meng_" Ucapan Audrey tiba-tiba tertahan saat dengan cepat tanpa diduga Nick mengecup bibirnya singkat.
Viona yang melihat hal itupun ikut terkejut, dan langsung membekap mulutnya menahan agar dirinya tidak menjerit.
"Kau cerewet sekali. Katakan saja kalau sebenarnya Kamu cemburu. Apa susahnya mengaku... Dasar Wanita." Ucap lelaki bernama Nick itu, lalu pergi dari hadapan Audrey dan tak lupa memberi kedipan jahil pada Viona yang masih menatapnya horor.
"Dia itu siapa Kak?" tanya Viona pada Audrey yang masih membeku seusai mendapat kecupan singkat dari Nick tadi.
"Kak..." Ucap Viona lagi sambil menggoyangkan sedikit bahu Audrey untuk menyadarkannya dari lamunan.
"Dia itu Nicholas Robert Miller, dan kau jangan coba-coba ingin berurusan dengannya. Dia memang tampan dan juga kaya, tapi dia bukan jenis Pria yang setia Kamu akan menyesal kalau berhubungan dengannya." Jelas Audrey serius.
"Ya Aku tahu... Melihat tingkah nya barusan Aku jadi takut dekat-dekat dengan Lelaki bernama Nick itu," jawan Viona.
"Dia memang Bajingan kelas kakap jadi berhati-hatilah." Audrey lalu membawa Viona dan memperkenalkan nya pada beberapa orang.
"Kukira kalian memiliki wajah yang tidak jauh berbeda, ternyata tidak ya!" Seru seorang Pria yang umurnya kisaran tiga puluhan tahun, saat melihat Viona datang sebagai saudari Audrey.
"Ya wajah nya memang lebih mirip dengan Ibu kami," jawab Audrey tampak malas.
Sementara Viona hanya tersenyum berusaha menunjukan raut muka ramahnya, meski hatinya sedikit tercubit saat mendengar nada tidak suka dari Audrey saat menyebut Ibu mereka. Mungkin Audrey masih belum bisa memaafkan Ibu mereka sekarang, dan itu wajar saat mengingat kejadian dimasa lalu yang menimpa mereka. Tapi tetap saja itu membuat hati kecil Viona sedikit tidak terima.
Selama ini mungkin Audrey menarik kesimpulan hanya dari sudut pandang Papa nya saja tidak dari Ibu mereka, ya meski awalnya Viona juga begitu.
Namun seiring berjalannya waktu dan bertambah nya usia. Viona akhirnya dapat memaklumi kenapa bisa Ibunya mengambil keputusan yang akhirnya membuat dirinya terlihat jahat dimata Putrinya sendiri.
Dan Viona juga tidak bisa menyalahkan Audrey, selama ini hanya dirinya yang bersama dan selalu ada disisi Ibu mereka. Audrey tidak pernah tahu betapa wanita itu terluka karena merindukan dirinya selama ini.
Selama delapan tahun terakhir Sarah selalu menyimpan foto Audrey dan Viona yang masih remaja disisi tempat tidurnya dan tidak pernah lupa menciumi foto itu sebelum Dia pergi tidur, lalu bergumam entah apa Viona tidak pernah mendengar nya dengan jelas. Yang pasti setelah melakukan hal itu raut muka Sarah langsung berubah murung dan terkadang dia bahkan sampai menangis.
Dada Viona berdenyut nyeri saat sekelebat ingatan nya tentang Ibu mereka melintas begitu saja didalam fikirannya.
Neneknya benar. Dia memang Anak yang tidak tahu diri, bisa-bisa Ia pergi kePesta semewah ini dengan baju mewah layaknya Putri Bangsawan sedangkan Ibunya entah sedang apa sekarang.
Tapi Viona juga tak punya pilihan lain, selain mengikuti keinginan Ibunya karena wanita itu yang terus mendesaknya untuk pergi ketempat ini sekarang.
"Viona...!" Seruan Audrey itu berhasil menarik kesadaran Viona dari lamunannya.
"Ya... Kenapa kak?" tanya Viona bingung, lalu ia melihat arah pandangan Audrey yang menuju seseorang disamping Viona.
"Dari tadi Mr. Smith mengajak Kamu berbicara dan Kau tidak menggubrisnya!" Seru Audrey dengan sura rendah, hal itu sontak membuat Viona segera meminta maaf pada pria paruh baya itu, yang hanya dibalas senyuman tipis olehnya.
"Tak apa Ms. Rainer mungkin Adik mu masih belum terbiasa mengingat selama ini dia tidak pernah muncul kepesta seperti ini. Tidak seperti dirimu." Sahut wanita yang menggandeng tangan pria yang dipanggil Mr. Smith itu sambil menatap Viona meremehkan.
"Dapat dilihat dari tingkah kakunya. Dia pasti belum pernah menghadiri acara sebesar ini ya sebelumnya." Sambungnya sambil menyunggingkan senyum manis yang sarat akan ejekan didalamnya.
"Anda salah Mrs. Jesica Adik Saya bukannya tidak pernah menghadiri pesta semacam ini sebelum nya. Dia baru saja mendarat diNegara ini pukul satu dini hari, setelah kurang lebih menempuh perjalanan selama delapan belas jam didalam pesawat. Jadi mungkin dia kurang fokus hanya karena sedang kelelahan." Bela Audrey sambil menatap wanita itu dengan senyum yang juga palsu dilihat dari matanya yang memicing tampak tak suka.
Audrey lalu segera membawa Viona menjauh dari pasangan itu dan menemui segerombolan Anak Muda yang sedang berkumpul disalah satu sudut ruangan ini.
"Wow.... Ini dia yang kami tungu akhir nya Kamu membawa adikmu!" Seru seorang Pria menyambut kedatangan mereka berdua.
Lalu dia mengulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Viona, yang tentunya langsung dibalas oleh Gadis itu sopan.
Namun saat ingin menarik tangannya kembali Pria itu malah menahannya lalu mengecup punggung tangan Viona. Cukup lama baru Pria itu melepasnya sambil mengedipkan sebelah matanya pada Viona yang hanya dibalas senyum kaku oleh Viona.