Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diremehkan
Dengan sabar Anderson menunggu Vivian di sofa kamarnya. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu Vivian bersiap-siap.
"And?"
Anderson mengangkat wajahnya. Kedua netranya tak bisa teralihkan melihat wanita di depannya. Wanita itu berputar-putar memperlihatkan penampilannya. Sebelah pahanya terlihat dengan gaun merah yang memperlihatkan bahu mulusnya.
"And bagaimana?" tanya Vivian tersenyum.
Anderson memalingkan wajahnya yang memerah. Kecantikan Vivian membuat jantungnya berdebar-debar. Ia berderhem, sambil melihat ke arah Vivian. "Kau tidak cocok dengan gaun itu," ucapnya.
"Tidak cocok?" tanya Vivian. Dia menggaruk lehernya yang tak gatal. Padahal menurutnya gaun yang ia pakai sangat cocok dan ia suka.
"Cepat ganti," ucap Anderson.
Seperti orang bodoh, Vivian menurut. Dia mengganti gaunnya dan selang beberapa detik. Ia memperlihatkan gaun berwarna biru.
Anderson mengernyit dan menggelengkan kepalanya membuat kedua mata Vivian membulat. Wanita itu kembali mengganti gaunnya hingga beberapa kali ia mengganti dan sama sekali tidak cocok dengan Anderson.
"Anderson, sebenarnya kau ingin aku berpakaian seperti apa?" Vivian sangat kesal. Ia duduk di samping Anderson dan menyilangkan kedua lengannya. "Sudahlah aku tidak mau mengganti lagi, sekalian saja tidak perlu menggunakan pakaian."
Anderson tersenyum, ia bangkit dan melihat jejeran gaun yang di pakai oleh Vivian. Hampir semua gaun memperlihatkan bahu mulus Vivian dan kaki putihnya. "Aku harus menghubungi Daniel, aku tidak ingin melihat gaun seperti ini."
Anderson mengambil sebuah kemeja, hanya itu pakaian yang menutup seluruh tubuh atas Vivian dan ia pun mencari celana panjang. Ia mengambilnya dan menaruh di depan Vivian.
"Pakai ini saja."
Vivian menaikkan sebelah alisnya, ini ke pesta bukan bersantai. "Kau yakin? kita mau ke pesta Anderson bukan mau bersantai."
"Pakai ini saja, kau cocok dengan pakaian yang ini."
Vivian menurut, ia tidak ingin berdebat dengan Anderson. Ia pun mengambilnya dan kembali mengganti pakaiannya.
Anderson tersenyum puas, ia sudah terlambat beberapa menit. Ia pun menggandeng Vivian dan melangkah bersama.
"Anderson aku lupa kadonya," ucap Vivian. Ia melupakan hal yang penting.
"Aku sudah menyiapkannya, kita sudah terlambat beberapa menit," ucap Anderson.
"Suruh siapa aku di suruh ganti pakaian sampai beberapa kali, dan ini, tidak cocok sama sekali." Gerutu Vivian. Ia sama sekali tidak menyukai penampilannya malam ini.
Sebagai seorang suami, ia tidak ingin melihat para pria memuja istrinya dan mendambakannya. Ia tidak rela, kecantikan istrinya hanya ia yang harus melihatnya. Anderson mendekatkan bibirnya ke telinga Vivian. "Aku tidak ingin melihat semua pria memuja mu."
Perkataan Anderson sukses membuat wajah Vivian memerah. Jantungnya berdetak begitu cepat, hingga ia mendengarkan degupan jantungnya sendiri. Vivian berpura-pura tak termakan dengan rayuan Anderson. Ia melihat ke arah luar jendela.
Apa dia selalu mengucapkannya dengan berbagai macam wanita?
Selang beberap saat, mobil yang di tumpangi oleh Vivian dan Anderason sampai di kediaman Daddy Elmar. Anderson meraih tangan Vivian dan menggenggamnya dengan erat.
Para tamu tertuju pada Anderson, dalam sekejap ruangan hening. Siapa yang tidak tau dengan Anderson, pria yang merajai dunia bisnis. Selain tampan pria itu tidak bisa di kalahkan dalam dunia bisnis. Bisik-bisik para tamu pun tertuju pada Vivian. Mereka menganggap Anderason tidak memperdulikan Vivian.
"Kau lihat tatapan wanita itu, mereka melihat ku dengan senyuman sinis."
Anderson paham dengan tatapan wanita. Anderson memeluk mesra Vivian dan mengecup keningnya, membuat para wanita menjerit.
"Mom, itu kan Vivian? Kenapa dia berpakaian seperti itu?" tanya Alena. Dia tersenyum sinis dengan tatapan mengejek. Hari ini perayaan pesta ulanng tahun ayahnya, tapi Vivian datang hanya menggunakan pakaian yang biasa saja.
"Vivian." Sapa Daddy Elmar dengan lambut. Dia menghampiri putrinya dan sempat bingung dengan pakaian Vivian. Ia takut Anderson tidak memperlakukan Vivian dengan lembut.
Mommy Diane dan Alena menghampiri Vivian. Dia ingin melihat wajah Vivian dan ingin mengejeknya. "Vivian kau sudah datang."
"Iya kak, kau kenapa berpakaian seperti itu? Ini acara pesta bukan acara santai," ucap Alena. Ia tidak percaya dengan kemesraan Vivian dan Anderson. Bagaimana pun juga yang di cintai Anderason adalah dirinya.
"Maaf Dad, sebenarnya aku yang menyuruh Vivian berpakaian sederhana. Sebagai seorang suami aku tidak ingin memperlihatkan kecantikan Vivian pada orang lain."
Daddy Elmar langsung tersenyum, ia kira Anderson mengabaikan Vivian. "Iya, aku yakin kau tidak akan mengabaikan putri tercantik ku."
Alena dan Mommy Diane terlihat tak suka, terlihat tatapannya yang membenci Vivian. Bagi nyonya Diane, seharusnya Alenalah yang berada di posisi Vivian.
"Kau tidak membawakan kado untum Daddy mu?"
Anderson kembali menjawab, ia tidak membiarkan keluarga Vivian mengganggu Vivian. "Tenang saja mommy Diane, istri ku sudah membawa kado untuk Daddy Elmar."
