EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Dion Tidak Fokus
Setelah melepas rindu sejenak bertemu dengan Binar, Langit pun bergegas pergi meninggalkan rumah sakit. Binar pun bersiap menuju ruang operasi untuk bekerja.
Namun sebelum pergi meninggalkan rumah sakit, Langit menyempatkan diri bertemu dengan Dokter Meta guna menanyakan kondisi terkini tentang penyakit Binar secara detail.
"Apa Binar masih bisa disembuhkan, Dok?" tanya Langit yang kini sudah duduk berhadapan dengan Dokter Meta.
"Harapan selalu ada. Walaupun kini penyakit Dokter Binar pada tahap akut dan hampir mendekati kronis, kita tetap berusaha semaksimal mungkin demi kesembuhannya. Dikarenakan jika sudah mencapai level kronis akan cukup sulit. Saat ini masih ada jalan transplantasi yang dapat dilakukan Dokter Binar," tutur Dokter Meta menjelaskan apa adanya.
Awalnya ia sempat terkejut saat Langit yang mengaku sebagai sahabat Binar mendadak mengetuk pintu ruangannya guna menanyakan kondisi terkini penyakit yang diderita Binar.
Sebab yang ia tahu selama ini hanya Binar, Dokter Jessy yang menangani Binar di Jogja dan dirinya saja yang mengetahui rahasia tentang penyakit Binar. Faktanya, Langit ternyata sudah mengetahui rahasia tersebut jauh sebelum dirinya. Akhirnya ia pun mengatakan apa adanya pada Langit tentang kondisi Binar.
"Apa Binar tidak mau menjalani transplantasi atau kenapa, Dok?" tanya Langit.
"Dokter Binar belum menemukan donor yang cocok. Biasanya lebih besar kemungkinan cocok pada keluarga namun tidak menutup kemungkinan di beberapa kasus yang terjadi, di keluarga justru tak cocok. Dan orang lain lah yang cocok menjadi pendonor," jawab Dokter Meta.
"Boleh saya memeriksakan diri pada dokter? Siapa tahu saya cocok sebagai pendonor untuk kesembuhan Binar. Dan kalau saya cocok jadi pendonor Binar, mohon rahasiakan identitas saya sebagai pendonornya karena saya yakin dia akan menolak jika tahu orang itu adalah saya," pinta Langit pada Dokter Meta.
☘️☘️
Kampus.
Setibanya di kampus, Dion memasang wajah dingin nan jutek pada setiap orang yang menyapanya termasuk Reni.
"Siang, Pak. Tumben Bapak datangnya mepet sekali. Rapat kurang lima menit lagi," ucap Reni seraya memperhatikan dengan seksama wajah Dion yang ditekuk. Entah mengapa, dirinya pun tak tahu penyebabnya.
"Macet di jalan. Kamu sudah siapin bahannya?"
"Sudah, Pak. Dan sudah saya kirim juga ke email Bapak sejak semalam," jawab Reni.
"Ayo kita segera bergegas ke ruangan rapat," ajak Dion seraya melangkah meninggalkan ruangannya.
Baru setengah jalan menuju ruang rapat, Dion terlupa dengan buku catatan pentingnya di atas meja. Sontak langkah kakinya pun berhenti. Reni pun terkejut sehingga ikut menghentikan langkahnya.
"Astaga benar-benar sial !! Gara-gara Binar jadi fokusku hilang semua. Padahal biasanya enggak begini. Huft!" umpat Dion dalam hati.
"Ada apa, Pak? Apa ada yang ketinggalan?" tanya Reni heran melihat sikap Dion cukup aneh hari ini. Tidak seperti biasanya.
"Tolong kamu ambilkan buku catatanku di atas meja kerjaku. Nanti kamu segera nyusul ke ruang rapat. Aku pergi dulu," ucap Dion seraya berjalan menuju ruang rapat.
"Baik, Pak." Reni pun menjawabnya singkat dan langsung berbalik badan kembali menuju ruangan Dion dengan segera. Sehingga ia pun mempercepat langkahnya.
Kebetulan Reni juga memegang kunci ruangan Dion sehingga ia bisa masuk secara mudah.
"Ini dia buku catatannya," gumam Reni saat ia sudah menemukan buku catatan milik Dion.
Tangannya pun mengambil buku tersebut yang memang berada di atas meja kerja Dion. Dan tiba-tiba tangannya mematung ke udara seraya menggenggam buku tersebut.
Ekor matanya tanpa sengaja memandang sebuah pigura yang berada di atas meja kerja Dion. Foto Berliana, sahabatnya, masih setia berada di tempat itu sejak Dion menjabat sebagai Dekan hingga sekarang. Bukan diganti menjadi foto Binar, istrinya Dion saat ini.
"Ternyata pesona Berliana belum bisa digantikan oleh Binar. Sampai-sampai sudah ganti istri tapi tetap foto Berliana yang setia dipajang. Hmm..."
"Apa mereka berdua sudah melakukan ritual malam pertama? Tapi, kenapa sampai sekarang Binar belum juga hamil ya? Apa Binar mandul?" batin Reni mendadak kepo.
Bersambung...
🍁🍁🍁