Bintang panggung dan penulis misterius bertemu dalam pertemuan tak terduga.
Rory Ace Jordan, penyanyi terkenal sekaligus sosok Leader dalam sebuah grup musik, terpikat pada pesona Nayrela Louise, penulis berbakat yang identitasnya tersembunyi. Namun, cinta mereka yang tumbuh subur terancam ketika kebenaran tentang Nayrela terungkap.
Ikuti kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. KCTT 21.
"Apa yang sedang ingin coba kamu lakukan, Nay?"
Suara Chris menggema tepat ketika Nayla bersiap untuk turun dari tempat tidur dengan gerakan pelan, menahan wanita itu untuk tetap berada di atas tempat tidur.
"Maaf membangunkanmu, Chris," ucap Nayla.
"Yang aku tanyakan adalah, apa yang sedang ingin kamu lakukan?" Chris mengulang pertanyaan dengan sorot tidak senang.
"Aku hanya ingin minum Chris, gelas di samping tempat tidurku kosong," jawab Nayla.
"Tapi dia berisik." imbuh Nayla menunjuk penyangga infus yang ada di samping tempat tidurnya.
"Kamu bisa membangunkanku," tukas Chris
"Aku justru bersyukur besi itu menjalankan tugasnya dengan baik." imbuhnya sembari berdiri, lalu menjauh sejenak untuk menuangkan air.
"Kamu terlihat lelah, jadi aku tidak ingin mengganggu istirahatmu," jawab Nayla.
Chris kembali mendekat, menyodorkan segelas air pada Nayla yang segera meminumnya, lalu kembali duduk.
"Dasar konyol! Sebesar apa menurutmu tenaga yang harus kukeluarkan jika hanya untuk mengambilkan segelas air?" sahut Chris tersenyum lembut.
"Lagipula kamu pasienku sekarang," imbuhnya.
"Tapi kamu sedang berada di luar jam kerjamu," sanggah Nayla.
"Apakah kamu sedang mencoba untuk adu argumen denganku?" sambut Chris dengan alis terangkat.
"Jangan lupakan satu hal bahwa aku tetaplah seorang dokter. Tidak ada dalam kamusku apakah aku berada dalam jam kerja atau tidak jika itu menyangkut tentang pasien,"
Wanita itu tersenyum, meletakkan gelas di meja yang berada di sisi tempat tidur sebelum kembali memandang wajah pria yang berusia jauh lebih tua darinya.
"Sekarang aku bertanya-tanya, berapa banyak pasien yang rela membuat kesalahan hanya ingin dimarahi olehmu," ucap Nayla.
"Maksudmu?" tanya Chris.
"Kamu bertanya karena tidak tahu atau sengaja mengelak dari kenyataan?" sambut Nayla menyipitkan mata.
"Karena aku tidak tahu dengan apa yang kamu maksudkan," jawab Chris.
"Mereka akan mengatakan rela dimarahi oleh dokter tampan mereka jika itu artinya bisa memandangimu lebih lama," ucap Nayla memasang wajah serius.
Suara tawa Chris pecah tanpa bisa di cegah sembari menggelengkan kepalanya.
"Aku akan mengambilnya sebagai pujian," jawab Chris pada akhirnya.
"Sekarang, istirahatlah!" imbuhnya memberi perintah.
"Kenapa kamu menjagaku, Chris?" tanya Nayla.
"Karena aku ingin," jawab Chris.
"Hei,,,, Jangan gunakan kalimatku dan jawablah!" protes Nayla membuat Chris terkekeh.
"Terlepas dari aku seorang dokter, aku memang ingin menjagamu, Nay," jawab Chris.
"Apakah aneh jika aku menjagamu lagi?" tanya Chris
"Tidak." jawab Nayla menggelengkan kepala.
"Terima kasih, Chris,"
Pria itu mendesah panjang, menatap lekat wanita yang duduk di depannya seraya melipat kedua tangan sebelum berbicara,
"Panggil aku kakak!"
"Aku menolak!" Nayla menjawab cepat sembari menjulurkan lidah.
"Dasar!"
Dokter itu menggeram gemas, hingga satu tangannya terangkat mengacak lembut rambut wanita di depannya.
"Aahhh,,, Hentikan!" sungut Nayla menepis tangan pria itu dari kepala.
"Bisakah kamu melepaskan ini? Terasa pegal dan tidak nyaman," ucap Nayla menunjukan jarum infus yang terpasang di tangan.
"Tidak!" Chris menjawab tegas.
"Aku senang kamu sadar lebih cepat, tapi kali ini kamu harus patuh dan kembalilah tidur. Kamu perlu istirahat total, aku akan melepaskan infusnya besok,"
Tak butuh waktu lama bagi Nayla untuk kembali tidur tanpa terlepas dari pengawasan Chris. Sementara pria itu terus mengamati wajah Nayla yang telah terlelap.
"Aku rindu dengan panggilan kakak darimu seperti dimasa lalu,"
.
.
.
[[ "Aku akan memeriksa kondisimu sebentar lagi setelah selesai dengan pasien lain, jangan melakukan hal ceroboh!" ]]
"Apa-apaan!"
Nayla menggerutu pelan setelah membaca catatan yang ditinggalkan Chris untuknya, lalu meremat kertas itu sebelum melemparnya ke tempat sampah. Ia menggeser kedua kakinya, bersiap untuk turun dari tempat tidur ketika gerakannya justru terhenti setelah mendengar suara yang berasal dari pintu.
"Kamu sedang tidak diperbolehkan untuk beraktivitas berat, Nay!" tegurnya.
Wanita itu menoleh, lalu mencebikkan bibir setelah melihat Chris muncul dengan buket bunga di satu tangan, serta sekeranjang buah ukuran kecil di tanganya yang lain.
"Merayu seseorang di pagi hari, dokter?" ledek Nayla.
"Ya. Karena satu pasienku sangat keras kepala, itulah mengapa aku perlu merayunya untuk membuat dia menurut." Chris menjawab seraya melangkah masuk, meletakkan buket bunga beserta buah yang ia bawa di meja.
"itu ide yang buruk," Nayla menjawab.
"Setidaknya tidak seburuk seseorang yang ingin membuat masalah," balas Chris.
"Hei,,,, Aku hanya ingin merenggangkan badan sekaligus melihat ke luar dari jendela. Lagipula aku tidak sedang patah tulang yang membuatku tidak boleh berjalan," jawab Nayla membela diri.
"Permisi,"
Suara penyelaan terdengar tepat setelah Nayla menyelesaikan kalimatnya, membuat dua pasang mata segera menoleh ke sumber suara hanya untuk melihat perawat yang Nayla kenal sebagai Irene sekaligus perawat khusus yang dipercaya Chris untuk menjaga Nayla selama ia dirawat di rumah sakit.
Irene melangkah masuk setelah mendapatkan persetujuan dari Chris, menunjukkan sebuah laporan pada pria itu, lalu menyerahkan sebuah nampan berisi obat serta jarum suntik yang telah di persiapkan Chris sebelumnya.
"Irene, tolong awasi dia! Pastikan dia memakan apa yang sudah aku siapkan. Paksa saja kalau dia tidak mau makan dan meminum obatnya!" titah Chris
"Jahat!" protes Nayla.
"Baik dokter," Irene menjawab patuh.
Chris pergi begitu saja setelah selesai dengan pemeriksaan pagi beserta arahan yang ia berikan pada perawat, mengabaikan suara makian dari Nayla yang ditujukan untuk dirinya.
"Aroma masakan Chris harum seperti bisanya," celetuk Nayla ketika si perawat menuangkan sup untuknya.
"Indra penciumanmu tajam seperti biasa," Irene berkomentar, lalu tersenyum.
"Sekarang makanlah,"
Nayla mengangguk, menyuap sup itu secara perlahan meski pada akhirnya menghentikan gerakan setelah suapan ke lima, lalu menerima obat yang diberikan Irene padanya.
Pandangan Nayla kini tertuju pada buket bunga yang berada di atas meja, rangkaian bunga Lily dan Tulip yang dirangkai sedemkian rupa membuat bunga itu tampak indah dipandang.
"Bukankah itu indah " Irene berkata sembari tersenyum.
"Sangat," sahut Nayla turut tersenyum.
Perawat itu pergi meninggalkan ruang rawat setelah Chris kembali, memberikan waktu privasi untuk keduanya dimana dirinya tahu hubungan mereka
"Ingin makan buah?" Chris bertanya setelah mendudukan diri di samping tempat tidur.
"Tidakkah seharusnya kamu kembali bekerja alih-alih di sini Chris?" sindir Nayla.
"Aku sedang melakukan pekerjaanku," jawab Chris tanpa beban, sedang satu tangannya meraih anggur yang sebelumnya ia bawa, mengupas buah itu, lalu mendekatkan anggur itu pada Nayla.
"Buka mulutmu!" titah Chris.
"Apakah itu bahkan higenis dokter?" ucap Nayla dengan sorot menyelidik.
"Tentu saja. Aku sudah mencuci bersih semua buah yang aku bawa, jadi buka mulutmu sekarang!" jawab Chris diakhiri perintah.
Wanita itu membuka mulut tanpa perdebatan panjang, namun meminta Chris untuk berhenti mengupas anggur setelah suapan ke tiga lantaran rasa kantuk mulai menyerang Nayla.
...%%%%%%%%%%...
Di tempat berbeda, Rose kembali disibukan dengan pekerjannya bersama dengan Adrian. Hal yang menjadi pertama kalinya bagi Adrian melihat naskah asli dari penulis idolanya.
"Apakah setiap naskah yang dikirim Nona Nayla selalu seperti ini?" tanya Adrian.
"Maksudmu?" sambut Rose menoleh pada Adrian yang tengah sibuk menyusun naskah dikomputernya dengan mata berbinar penuh rasa kagum.
"Sangat rapi dan nyaris tanpa kesalahan. Selama aku bekerja sebelum disini, aku tidak pernah dipermudah seperti sekarang. Terkadang pekerjaan itu sendiri membuatku stres," tutur Adrian.
"Kau akan mengenal dia lebih dalam seiring berjalannya waktu," jawab Rose tersenyum.
"Oh,,, Apakah kau akan ikut menjenguk Nayla sore nanti?" tanya Rose.
"Tentu saja aku ikut," sahut Adrian.
"Kuharap dia tidak kabur lagi," celetuk Rose.
"Ehhh,,, Kabur?" sambut Adrian mengerutkan kening.
"Ya,,, Begitu dia sadar dan merasa tubuhnya baik-baik saja walaupun dicegah dokter sekalipun, dia memilih pulang," ungkap Rose.
"Sedikit merepotkan, namun dia tidak pernah bersikap melebihi batas," imbuhnya.
Adrian mengeleng gelengkan kepala dengan ekspresi tak percaya, tidak pernah menduga Nayla memiliki sisi yang baru saja diucapkan Rose padanya. Sementara wanita itu masih menunggu panggilan teleponnya diangkat.
📞📞📞📞📞📞
"Ya Rose?" suara pria menjawab.
"Chris?" tebak Rose.
"Ya, ini aku," jawabnya.
"Bagaimana Nayla?" tanya Rose tanpa basa-basi.
"Dia sudah sadar tadi malam, dan sekarang masih tidur," jawab Chris.
"Tidur? Setelah sadar tadi malam? Dia? Yang benar saja? Drama apa yang dia buat?" cecar Rose tak percaya.
"Aku sengaja memberikan obat yang berbeda, dan dia tidur karena pengaruh obat," terang Chris.
'"Apakah kau akan datang?" imbuhnya bertanya.
"Aku akan datang setelah selesai bekerja," jawab Rose.
"Baiklah,"
📞📞📞📞📞📞
...%%%%%%%%%%...
"Ada apa denganmu, Rory!"
Suara teguran keras itu menggema di udara, menghentikan semua aktivitas yang tengah berlangsung dengan seluruh pandangan tertuju pada Rory yang kini menundukkan kepala, beralih pada sang koregrafer yang berdiri berkacak pinggang dengan wajah kesal, lalu kembali pada Rory yang tidak memberikan pembelaan apapun seperti biasanya.
. . . .
. . . ..
To be continued...
NOTE:
- Koreografer
Adalah sebutan untuk seseorang yang merancang koreografi atau merancang komposisi tari untuk menjadi pola gerakan yang terstruktur.