Terlahir dari keluarga mata biru, namun nasib Aksara berbeda dari anggota keluarga lainya. Pada saat Aksara di lahirkan, ia tidak mewarisi mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia terlahir dengan mewarisi mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama tiada.
Aksara hanya mewarisi satu mata ungu di sebelah kirinya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang hanya memiliki satu mata ungu di sebelah kanannya, dan mata di sebelah kirinya berwarna biru.
Dan kemudian di sebelah kanannya, Aksara memiliki mata sama persis seperti mata elang dengan warna yang lebih terang dan menyala-nyala.
Keluarga mata biru merupakan golongan keluarga bangsawan yang paling di segani di seluruh wilayah Republik. Keluarga mata biru merupakan keluarga terkuat saat ini, di tambah lagi dengan keahlian khusus mereka, hal itu yang membuat nama keluarga mata biru sangat ditakuti oleh keluarga besar yang lainya.
Setelah tumbuh menjadi pria kuat, Aksara meninggalkan anggota keluargnya dan memilih hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Sad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 : Kehebatan Aksara
Askara mulai membidik para penembak jitu yang sedang bersembunyi di balik tingginya pegunungan himalaya. Mata elang Aksara bersinar, dia menatap tajam wajah-wajah para penembak jitu itu.
"Sekarang bersiaplah! sang maut telah tiba ...."
Syattt ....
Suara peluru Feniks yang menembus kepala musuh.
"Satu."
Srekkk ....
Suara senapan yang sedang di kokang.
Syattt ....
"Dua."
Aksara menghitung satu demi satu jumlah musuh yang telah tewas itu. Mungkin memang benar mereka adalah sosok penembak jitu yang cukup berpengalaman dalam bidangnya itu, namun di sana mereka tidak menyadari adanya sosok penembak jitu yang jauh lebih hebat daripada mereka.
Ketenangan yang dimiliki oleh seorang Aksara itu merupakan salah satu bukti nyata bahwa dia mampu membuat dirinya menjadi sehebat ini.
Wajah tanpa ekpresi itu membuat penampilan seorang Aksara tetap terlihat elegan meskipun sekarang dia sedang menjadi seorang pembunuh berantai berdarah dingin.
Semua orang dibuat terkejut oleh suara elang yang tidak diketahui keberadaannya itu. Sementara tuan Raga dan juga anak pertamanya, yaitu Azka, mereka sudah menyadarinya bahwa suara tersebut berasal dari Aksara.
"Suara itu ... , apakah itu Feniks?", ucap Azka pelan.
"Ya, tidak salah lagi, itu adalah suara Feniks, senjata magic tingkat tinggi milik Aksara." jawab tuan Raga yang di mana kala itu dia sedang berdiri di samping Azka.
Nyonya Shopia juga ternyata menyadari sesuatu hal dari energi alam yang tersimpan di dalam tubuh Hema, sang beruang pelindung milik nyonya Shopia.
"Apakah ini perasaan yang sedang kamu rasakan sekarang Hema?", tanya nyonya Shopia kepada Hema.
Hema hanya mengangguk saja. Sekarang nyonya Shopia tahu, bahwa suara tersebut berasal dari hewan magic atau senjata magic milik seseorang.
"Apakah kamu mengetahui suara tersebut berasal dari mana Hema?", nyonya Shopia kembali bertanya kepada Hema, namun sekarang Hema membalasnya dengan anggukan bingungnya itu.
"Kamu tidak tahu ya, Hema?", ucap nyonya Shopia sambil menatap wajah gelisah Hema.
Hema terlihat muram, ekspresi wajahnya tak seperti biasanya, meskipun Hema adalah hewan magic tingkat tinggi yang termasuk ke dalam golongan hewan buas, akan tetapi Hema memiliki sifat periang, sifat tersebut tidak jauh berbeda dengan hewan-hewan yang dikatergorikan sebagai hewan lucu.
Baru kali ini nyonya Shopia melihat Hema yang kuat begitu gelisah sekali, apakah mungkin sosok tersebut merupakan sosok hewan magic yang jauh lebih kuat daripada Hema.
"Sepertinya memang benar, Hema tidak bisa mengetahui lebih rinci lagi keberadaan sosok suara misterius itu berasal dari arah mana, dia hanya mampu menyimpulkan bahwa suara tersebut berasal dari hewan magic yang sebaya dengannya."
"Apa mungkin sosok hewan magic itu jauh lebih kuat daripada Hema? sehingga sosok tersebut mampu menjatuhkan mental Hema yang cukup kuat ini," ucap nyonya Shopia dalam hati.
Nyonya Shopia berusaha menghibur Hema agar sifat asli dan sifat periang yang dimiliki oleh Hema itu kembali lagi. Sejujurnya nyonya Shopia juga merasa khawatir melihat keadaan Hema yang sekarang, secara Hema akan sangat senang sekali bila nyonya Shopia memanggilnya, tapi sekarang Hema terlihat sangat murung sekali.
"Tenanglah Hema, kita akan menghadapinya bersama-sama, kamu tidak perlu khawatir. Lagi pula, jika kita bersatu seperti ini, maka kekuatan kita akan terus bertambah menjadi semakin kuat lagi," ucap nyonya Shopia mulai membangkitkan semangat Hema kembali.
Tak membutuhkan waktu lama, Aksara sudah menyelesaikan semua tugasnya dengan sangat baik, dia sudah membunuh 150 pasukan penembak jitu. Dan sekarang, tidak ada lagi penembak jitu yang mampu membatasi ruang gerak rekan-rekannya di sana.
Feniks menghilang, dia masuk kembali ke dalam tubuh Aksara setelah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tuannya di sana.
....
Wushhh ....
Aksara menghilang begitu saja.
Kini Aksara telah kembali ke titik pertemuan, di sana tuan Arga dan Azka sudah menunggu kehadirannya. Mereka berdua tahu, Aksara pasti sudah mendapatkan informasi lebih lanjut, mereka tinggal menunggu arahan yang akan Aksara berikan.
Tanpa berlama-lama lagi, Aksara langsung memberikan arahan kepada para tamu undangan untuk bersiap menyerang.
Aksara membentuk formasi, dia menyuruh rekan-rekannya untuk menyerang dari arah yang telah Aksara tentukan.
"Sudah dapat dipastikan, jumlah mereka ada empat ribu lima ratus orang, kalian semua bersiaplah! karena sebentar lagi kita akan menyerang mereka," Aksara memperingati semua orang, tentu saja arahan yang diberikan oleh Aksara itu membuat semua orang bingung, mengapa dia mengetahui semua jumlah dari pasukan musuh yang akan mereka hadapi sekarang.
"Bagaimana bisa anda mengetahui jumlah musuh yang ada di hadapan kita saat ini? sementara itu, tuan Arga pun tidak mampu menebak jumlah keseluruhan mereka ada berapa. Apakah anda hanya menebak-nebak saja?", tanya tuan Erick tidak mempercayai ucapan Aksara.
"Saya tidak suka dengan orang-orang yang banyak bicara! anda selalu menganggap remeh kemampuan seseorang! padahal anda belum pernah menyaksikannya secara langsung kekuatan mereka sehebat apa."
"Turunkan jati dirimu tuan! sebelum saya menunjukan semua kekuatan saya kepada anda," tegas Aksara terlihat elegan seperti biasanya.
Meskipun waktu itu Aksara tidak menggunakam mata aslinya, akan tetapi mata hitam tiruannya itu masih saja telihat tajam, apalagi pada saat tuan Erick meremehkan kemampuan, dengan seketika mata tiruan tersebut mengeluarkan kilauan cahaya yang membuat tuan Erick benar-benar terkejut.
Tuan Erick terdiam, dia terlihat marah sekali pada saat melihat ada seseorang yang berani berbicara lantang seperti itu di hadapannya. Namun, pada dasarnya memang benar, beliau selalu meremehkan kemampuan seseorang tanpa dia melihat terlebih dahulu kehebatan orang yang telah dia remehkan itu.
"Beraninya anda berbi ... ," ucapan tuan Erick dipotong oleh Aksara.
"Para musuh sekarang sedang berdiri di hadapan kita, jadi kita hanya perlu fokus ke satu arah saja. Mereka ada di balik belantara hutan itu, tetap waspada dan tunggu aba-aba dari sang alam," perintah Aksara membuat semua orang kembali bingung.
"Apa itu aba-aba dari alam?", tanya Justin berbicara kepada Samuel.
"Tunggu saja, nanti kita akan mengetahuinya sendiri," ucap Samuel terlihat tenang.
"Tiga, dua, satu ... ," ucap Aksara menghitung mundur aba-aba dari alam.
Duarrr ....
"Maju ... !", teriak Aksara berlari secepat kilat dan lalu masuk ke dalam belantara hutan itu.
Orang-orang di sana terlihat begitu emosional sekali, walaupun pada dasarnya mereka bingung harus berbuat apa. Lantas, tak ada pilihan lain lagi selain mengikuti orang misterius yang masuk ke dalam hutan itu.
Tuan Raga dan Azka membantu rekan-rekannya yang lain agar ikut bersama dengannya. Bila mereka berdua percaya, maka semua orang pun akan percaya dengan orang misterius itu.
Senyap, dan tak ada suara teriakan apa pun pada saat mereka berlari mengikuti tuan Raga. Mereka masih ingin memastikan kebenarannya terlebih dahulu sebelum mereka membuka suaranya itu.
Suara ledakan tersebut berasal dari para pasukan penembak jitu yang terkena efek racun dari senjata magic milik Aksara itu. Efek racun tersebut muncul dan mulai bereaksi ketika Aksara menghitung waktu mundurnya tadi.