Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Zel, Anty
Amara tersenyum mendengarnya. Sejak dulu ia selalu saja dianggap sebagai anak kecil oleh Naina dan kedua orang tuanya.
"Kak Nai apa tidak masalah jika Mara mencintai mantan kekasih dari Kak Nai?" Amara bertanya takut-takut.
"Tentu saja tidak masalah, Amara. Kakak dan Kak Aga sudah lama berakhir. Sekarang kami hidup dengan jalan masing-masing. Jika kau ditakdirkan untuk Kak Aga, Kakak justru sangat senang karena kau mendapatkan pria yang tepat. Dan Kakak akan mendoakanmu berhasil mendapatkan cinta Kak Aga."
"Mama centil..." Amara memeluk Naina erat-erat. "Terima kasih karena sudah mendukung Mara."
"Kau ini kenapa suka sekali memanggil keponakanmu dengan sebutan centil." Ucap Naina diikuti gelengan kepala.
Amara dibuat tertawa mendengarnya. "Karena anak Kakak yang satu itu memang centil."
"Itu karena Zeline terlalu lama berguru denganmu Amara." Ungkap Naina.
Amara semakin meledakkan tawa. Kini ia tidak bisa menyangkal pernyataan dari kakaknya tersebut karena sikap Zeline saat ini sangat menurun dari dirinya.
*
"Anty maafkan Zel..." Zeline menarik-narik ujung kemeja yang Amara gunakan seraya mengucapkan kata maaf.
Amara yang sedang berkaca di cermin lemari pun hanya diam membiarkan Zeline terus membujuknya.
"Zel ndak bocor. Ndak kasih tahu mamah rahasia anty itu. Papah itu yang bocor. Kasih tahu mamah rahasia Anty." Beri tahu Zeline dengan wajah sebal karena sang papa tidak menjaga rahasia mereka dengan baik.
"Anty..." Zeline akhirnya ingin menangis karena Amara masih saja mengabaikannya.
Amara yang merasa tidak tega pun akhirnya menunduk menatap wajah keponakannya yang sudah basah. "Apa Zel tahu apa arti rahasia? Jika Zel tidak bocor maka Zel tidak akan memberitahu rahasia Anty pada Papa Niel." Ucap Amara gemas.
"Tapi Zel hanya beri tahu papah biar papah bantu Zel. Lagi pula papah kan bukan orang lain. Papah itu papah Zel. Jadi nda masalah Zel kasih tahu papah."
Amara menghembuskan napas di udara.
"Anty... maafkan Zel yah. Janji Zel tuh nda bocor lagi." Ucapnya. Jika tidak mendapatkan maaf dari Amara, tidak dapat Zeline bayangkan bagaimana harinya tanpa aunty cantiknya itu.
"Baiklah, untuk kali ini Anty maafkan. Tapi untuk selanjutnya Zel harus pandai menjaga rahasia Anty ya." Pesan Amara.
Zeline mengulurkan jari kelingkingnya pada Amara dan langsung disambut oleh Amara dengan mengaitkan jari kelingkingnya.
"Janji Zel tuh. Kalau bohong nda apa Zel dimarahin Anty." Ucapnya.
Amara hampir saja meledakkan tawa mendengarnya. Lagi pula ia tidak menyalahkan Zeline atas apa yang terjadi. Dirinya lah yang salah karena terlalu percaya dengan anak kecil seperti Zeline.
"Sudah jangan menangis lagi. Wajahnya jadi jelek gini kalau menangis." Amara mengusap wajah keponakannya yang basah karena air mata.
"Nty nda marah lagi kan sama Zel? Masih mau kan itu ajak Zel ketemu om ganteng?" Tanyanya.
Amara memperagakan sedang berpikir. Melihat itu membuat Zeline harap-harap cemas menanti jawaban dari Amara.
"Bagaimana ya... rencanya sabtu besok Anty akan pergi dengan Anty Gatha bertemu dengan Om ganteng. Tapi karena Zel sudah membuat kesalahan sepertinya Anty tidak akan..." Amara menggantungkan perkataannya di udara.
"Anty... jangan tinggalkan Zel. Zel mau ikut Anty... mamah dan papah sibuk itu di kamar kalau libur. Zel dan adik dititipkan sama Bibi terus." Rengek Zeline mencari alasan agar tetap bisa ikut.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka