Bagaimana perasaan jiwamu jika dalam hitungan bulan setelah menikah, suami kamu menjatuhkan talak tiga. Lalu mengusirmu dan menghinamu habis-habisan.
Padahal, wanita tersebut mengabdi kepada sang suami. Dia adalah Zumairah Alqonza. Ia mendadak menjadi Janda muda karena diceraikan oleh suaminya yang bernama Zaki. Zaki menceraikan Zumairah karena ia sudah bosan dan Zumairah adalah wanita miskin.
Bagaimana nasib Zumairah ke depannya? Apakah dia terlunta-lunta atau sebaliknya? Yuk, cap cus baca pada cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Sekti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bakso
Saat siang, Arga yang sedang menemani Zumairah di Rumah Sakit, ditelepon oleh mamanya agar segera pulang.
Arga gugup. "Besok Arga pulang Ma. Ini masih ada urusan penting," kata Arga yang masih menelepon mamanya.
"Urusan apa Arga? Bukannya ini kantor kamu sedang libur?" tanya mamanya menyelidik.
Arga mencari alasan. "Arga ada di luar kota untuk bertemu dengan rekan bisnis. Sudah ya Ma? Ini acara sedang dimulai."
Arga terpaksa berbohong dengan mamanya karena jika ia jujur pasti mamanya akan murka.
"Kamu bohong 'kan? Jangan-jangan kamu sedang bersama wanita miskin itu. Awas ya Arga jika kamu masih berhubungan dengannya. Yasudah besok kamu harus pulang ke rumah karena ada hal penting yang harus disampaikan."
Sambungan telepon pun terputus. Sepertinya mamanya Arga sedang sibuk. Untung saja mamanya Arga tidak tahu jika Arga bersama Zumairah.
Zuma penasaran. "Ada apa Tuan Arga?" tanya Zuma penasaran.
Arga menunduk. "Mama memaksa aku untuk cepat pulang. Sepertinya ada rencana yang disembunyikan mamaku. Tapi kamu tenang saja. Yang penting kamu cepat sehat. Besok bisa pulang," kata Arga yang menenangkan hati Zumairah.
Zuma berkerut. "Jika itu penting, pulanglah, Arga. Jika mama kamu tahu aku sedang bersama kamu pasti beliau marah. Aku bisa sendiri," kata Zuma yang menyuruh Arga untuk segera pulang.
Arga tersenyum. "Nggak Zuma. Aku pulangnya kalau kamu dah aku antar ke kontrakan. Kamu yang tenang ya? Kamu mau dibelikan apa? Bakso, Mie ayam atau jus? Pasti kamu sudah lapar lagi 'kan? Atau makanan dari Suster dimakan keburu dingin."
Makanan dari Rumah Sakit belum disentuh oleh Zuma. Arga menawarkan untuk membeli sesuatu di luar dan barangkali Zuma kepengin beli apa gitu.
Zuma mendehem. "Aku pengennya makan bakso yang panas, dengan syarat Tuan Arga juga makan bakso bareng aku! Yuk, kita pulang. Sepertinya aku sudah baikan. Aku bosan di Rumah Sakit. Pokoknya aku pengen segera mengurusi perceraian ini!"
Zuma merengek ingin cepat pulang. Hawa Rumah Sakit membuat Zuma tidak betah.
Arga masih tersenyum dan mengusap rambut Zuma yang tebal nan hitam. "Kamu sudah kuat jalan? Kalau iya, siap-siap pulang ya? Besok aku bilang sama pengacara handalku, kamu pokoknya tenang ya. Nanti aku juga akan menemanimu dalam proses sidang perceraian. Demi kamu, akan aku lakukan!" kata Arga dengan serius.
Zuma tersipu malu. "Terima kasih untuk semuanya. Aku nggak bisa berkata-kata lagi," jawab Zuma dengan perasaan terharu. Ia sangat simpati dengan Arga Dinata.
Arga berdiri dari tempat duduknya. "Aku ke ruang petugas dulu, mau pamitan pulang. Itu mau kamu 'kan?" Arga memastikan bahwa Zuma memang ingin pulang.
Zuma mencoba bangun dari berbaring. Ia ingin mencoba untuk berjalan. "Iya. Ini sudah enakan kok. Soalnya aku nggak betah lama-lama di sini," jawab Zuma serius.
Tidak lama mereka sudah berada di mobil dan segera melesat menuju warung bakso. Zumairah ingin segera makan bakso yang berkuah panas.
Tidak lama pesanan bakso datang. Mereka berdua segera menikmati bakso yang tersaji.
Zuma terkejut. "Arga! Kamu pesan bakso Segede bola yang buat main sepak bola! Apa pesanannya untuk orang lain ya?" tanya Zuma yang tertawa melihat di depannya ada bakso jumbo.
Arga tersenyum. "Ini buat makan kita berdua. Masih kurang? Nanti saya bisa pesan lagi. Yuk, kita makan bareng. Kamu itu harus gendut agar sehat. Kamu kurusan gitu, jarang makan kamu sepertinya!"
Arga ingin Zuma makan banyak agar nutrisinya tercukupi. Ia melihat Zuma pucat dan sepertinya kurang makan.
Zuma cemberut. "Okelah aku makan banyak. Kamu suka cewek gendut ya?"
Zuma sedikit tersinggung karena dikatain kurus. Memang akhir-akhir ini ia jarang makan dan memikirkan banyak masalah.
Arga terkekeh sambil memulai memotong bakso yang Segede bola sepak bola. "Bukan begitu. Kamu makan banyak biar sehat dan tidak sakit-sakitan. Sepertinya kamu kurang nutrisi. Aku potongin baksonya agar kamu mudah memakannya. Nih, yang tengah ada sambalnya, mantap! Eh, kamu jangan pakai sambal ya? Kamu 'kan habis sakit."
Arga hanya mengambilkan bagian pinggir baksonya yang tidak ada sambalnya. Arga takut jika Zuma sakit perut atau sakit kembali.
Zuma tersenyum. Terima kasih Arga. Kamu makan yang banyak juga ya. Selamat makan!"
Akhirnya kedua sejoli itu makan bersama sampai bakso jumbo tersebut habis. Mereka kekenyangan.
Zuma memegangi perutnya. "Aduh, aku kenyang sekali. Gara-gara kamu ini. Nanti aku jadi gendut beneran gimana? Aku nggak suka jadi gendut!"
Zuma berkelakar agar mencair suasananya.
Arga mendehem. "Nggak papa Zuma. Nanti kamu tambah cantik. Tambah aku sayang, hehe!" kata Arga becanda.
"Uhuk uhuk uhuk!
"Kamu bilang apa tadi, sayang? Gombal. Pria jaman sekarang mah, banyak yang main-main. Janda miskin begini mana ada pria yang mau denganku!"
Zuma merendahkan diri dan tidak merasa dirinya cantik.
Arga mulai menatap tajam ke arah Zuma. "Coba katakan kembali. Nggak Zuma, aku beneran 'care sama kamu. Kamu masih mau bukti? Siang, malam, aku selalu mikirin kamu? Itu namanya apa kalau nggak sayang? Bayang-bayang imajinasi semu? Ya nggak lah. Aku serius!" kata Arga yang memang sayang dengan Zuma tanpa basa basi.
Awalnya Arga sangat cuek dengan para wanita yang ada di sampingnya. Maupun di tempat kerjanya. Dia selalu marah jika ada wanita yang agresif. Tetapi dengan Zuma, ia seperti terhipnotis dan istilah zaman sekarang bisa dikatakan 'bucin'.
Zuma mendehem. "Maaf, Tuan Arga. Bukan tidak percaya. Karena pria itu mudah berubah perasaannya. Mungkin sekarang dia suka. Tapi berjangka waktu lama, mereka akan bosan. Jadi, sekarang sulit mempercayai seorang pria."
Zuma sudah pernah dikhianati oleh mantan suaminya sehingga sulit untuk mempercayai pria yang baru beberapa pekan ia kenal.
Arga mengangguk. "Tidak masalah. Suatu saat nanti kamu akan tahu. Aku akan buktikan!" kata Arga tegas sambil menghabiskan es jeruk segar yang tadi ia pesan.
Cepret Cepret Cepret!
Tidak jauh di mana Zumairah dan Arga makan, terlihat wanita bergaun serba mini sedang memotret kedua sejoli yang tidak lain adalah Arga dan Zuma.
Wanita itu cemberut dan hatinya panas. Ia memakai kaca mata hitam agar tidak ada orang yang mengenalnya.
'Akan ku adukan kepada Tante Reva Dinata hubungan mereka. Rasakan, sebentar lagi bencana besar akan menimpa Arga dan wanita kampungan itu! Aku rela lakuin ini. Kurang cantik apa aku ini, sudah perawatan mahal, rajin makan buah, dan rutin olah raga. Tetap saja Arga cuek padaku. Parahnya, sekarang sedang mesra dengan wanita kampungan itu!' batin wanita itu.
Wanita itu menginginkan reputasi Arga Dinata hancur. Dan menginginkan Zumairah Alqonza meninggalkan Arga Dinata. Dendam membara terpancar dari wajah wanita berambut pirang dan berwajah tirus tersebut.
"Lihat Arga! Ada yang sedang memotret kita! Sepertinya kita sedang diintai oleh seseorang."
Kebetulan Zuma menoleh ke arah belakang, di mana wanita misterius itu berdiri dan masih memegangi kamera mahalnya.
Arga kemudian menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Zuma. Pria itu berdecak sebal. "Sialan! Aku harus menghampirinya, sebelum ia lari!"
Arga cepat-cepat menghampiri wanita misterius tersebut dengan nafas yang tersengal karena wanita itu juga berusaha melarikan diri.
Mau lanjut?
Seru gak sih?
Atau biasa saja?
demi harta sanggup berjual beli...tampa memikirkan perasaan anak....egois....tepi....adakah Arga akan bahagia...pasti saja tidak...Arga amat mencintai Zuma...walaupun demikian....Arga perlu bertegas pada Papa Wira Arga....bahawa kamu tetap dengan keputusan mu memilih Zuma....kebahagiaan adalah penting walaupun nama mu di coret dalam keluarga....bawa diri bersama Zuma ke tempat lain dan buktikan bahawa tanpa harta keluarga kamu boleh bahagia gitu..lanjut...