NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Cengkeraman Mafia Kejam

Cinta Dalam Cengkeraman Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Nikah Kontrak
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hayda Pardede

Dira Amara adalah seorang mahasiswi berusia 21 tahun yang penuh ambisi, cerdas, dan selalu berusaha keras untuk mencapai tujuannya. Ia tumbuh dalam keluarga miskin di sebuah kampung kecil, di mana kehidupan yang serba kekurangan membuatnya terbiasa untuk bekerja keras demi mencapai apa yang diinginkan. Ayahnya, seorang buruh pabrik yang selalu bekerja lembur, dan ibunya, seorang penjual makanan keliling, berjuang keras untuk menyekolahkan Dira hingga kuliah.

Suatu ketika, hidup Dira berubah drastis saat ayahnya terjerat utang kepada organisasi mafia yang dipimpin oleh Rafael. Tanpa pilihan lain, Dira dipaksa untuk berhadapan langsung dengan Rafael, pemimpin mafia yang terkenal kejam. Sebagai perempuan muda yang tidak berdaya, Dira harus menghadapi situasi yang tak pernah dia bayangkan, tetapi dia tetap berusaha bertahan dengan kebijaksanaan dan keberanian yang dimilikinya.

Namun, hatinya mulai terikat dengan sosok Rafael yang tidak hanya kejam, te
bagaimana kelanjutannya yuks lnjt 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayda Pardede, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hidup dalam bayang bayang

Dira terbangun keesokan harinya dengan rasa lelah yang menyeluruh, tubuhnya terasa kaku, dan matanya merah akibat kurang tidur. Lampu tidur yang remang-remang masih menyinari ruangan, menciptakan bayangan samar di dinding kamar. Rafael sudah terbangun lebih dulu, duduk di tempat tidurnya dengan ponsel di tangan, tampak sedang memeriksa sesuatu.

Dira menggosok matanya perlahan, berusaha menghilangkan kantuk yang tersisa. Sebentar lagi, hari baru akan dimulai, dan dia harus menjalani rutinitas yang sudah terasa seperti belenggu. Mengingat pesan yang masuk semalam, dari Alex yang sangat perhatian, dan Berlin yang mulai curiga dengan sikapnya, Dira merasa cemas. Tapi, lebih dari itu, beban yang datang dari Rafael semakin menghimpit hatinya.saat melihat Rafael sudah terbangun dia terkejut

mampus dia sudah bangun lebih dulu apa dia marah?

Rafael menatap Dira dengan dingin

Rafael menoleh sejenak ke arah Dira yang masih terdiam di kursi panjang, matanya mengukur, seolah mempertanyakan keberadaannya di sana. "Kamu sudah bangun?" suaranya datar, seolah tak ada emosi di balik kata-katanya.

"Sudah, Tuan," jawab Dira pelan, berusaha terdengar tenang meskipun hatinya bergejolak pertanyaan itu seakan sedang mengejek dan berkata kamu suda terlambt mati kau,dia bergegas bangkit dan berjalan menuju meja samping tempat tidur, mengambil handuk kecil dan pakaian yang sudah disiapkan untuk rafael supaya dia bisa turun memasak.

Rafael tidak langsung mengucapkan apa-apa, tetapi matanya mengikuti gerakan Dira dengan tajam. "Jangan lupa, mulai hari ini kamu yang akan masak," katanya tanpa basa-basi.

Dira mengangguk, meskipun perasaannya serba salah. Menyajikan makanan bagi Rafael adalah bagian dari pekerjaannya, tetapi tuntutan yang semakin tinggi membuatnya merasa semakin terjepit.

Bagaimana bisa ia mengatur semuanya? Kuliah, pekerjaan, dan sekarang harus menambah tugas memasak untuk Rafael. Semua itu terasa semakin sulit.

Tugas baru yang memberatkan

Sambil menyiapkan sarapan pagi, Dira berusaha menenangkan pikirannya. Ia mencuci wajahnya dengan air dingin, mencoba membuang kelelahan yang sudah mengendap semalaman. Tugas baru ini—memasak untuk Rafael—merupakan ujian baru dalam hidupnya. Apalagi, dengan sikap Rafael yang kerap menunjukkan dominasi, Dira merasa seperti tak bisa lagi bernapas dengan bebas.

Semua yang dilakukannya tampaknya tidak pernah cukup untuk memenuhi ekspektasi Rafael.

Sesekali, ia menatap ponselnya yang berdering dengan pesan-pesan yang masuk. Namun, ia tidak bisa menanggapi semuanya dengan baik. Ada pesan dari Alex yang menanyakan keadaan ibunya, ada pesan dari Berlin yang semakin curiga tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Dira merasa kesulitan untuk membalas dengan jujur. Ia tidak bisa menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya.

“hey” panggil Rafael dari ruang makan, suaranya menggelegar.

Dira tercekat, cepat-cepat keluar dari dapur dan menuju ruang makan, di mana Rafael sudah duduk di meja besar dengan ekspresi serius. "Tuan, maaf jika saya lama. Saya sedang menyiapkan semuanya," kata Dira, berusaha tetap tenang.

Saat sudah menyiapkan semuanya dan mengambil untuk Rafael dia duduk di samping Rafael sesuai perintah

Rafael menatapnya sekilas, lalu melirik makanan yang ada di meja. "Makananmu belum cukup baik. Harus lebih enak lagi. Aku tidak ingin makanan yang biasa-biasa saja," ujarnya dengan nada yang tak bisa diganggu gugat.

Dira merasa seolah seluruh tubuhnya tenggelam oleh tekanan. Apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak tahu apa lagi yang bisa diubah. Setiap hari seperti berulang tanpa ada akhir.

Interaksi yang semakin menekan Dira,

Selama makan, suasana di meja makan sangat hening. Hanya suara sendok dan garpu yang terdengar, sementara Rafael sesekali melirik Dira dengan ekspresi acuh tak acuh. Bagas, yang duduk di sebelah Rafael, juga tidak banyak bicara. Dira hanya bisa menatap makanan di depannya, merasa seolah dirinya hanyalah bayangan yang tak berarti.

Rafael akhirnya memecah keheningan. "Besok kamu akan mulai belajar memasak. Aku ingin makanan yang lebih baik, lebih berkelas. Aku tidak mau makanan murahan," katanya dengan nada dingin, seolah tidak peduli dengan usaha Dira.

Dira terdiam. Ia merasa cemas dan bingung. Bagaimana ia bisa belajar memasak dalam waktu singkat? Apa yang diinginkan Rafael benar-benar di luar kemampuannya. Namun, ia tahu bahwa menolak perintahnya bukanlah pilihan. Ia harus mengikuti setiap perintah, tidak peduli betapa beratnya itu.

Dira merasa waktu 24 jam sudah seakan 1 menit untuknya akibat dari pekerjaan dia yang selalu sibuk waktu tidak cukup untuknya melakukan segala sesuatunya

"Baik, Tuan," jawabnya dengan suara pelan. Namun, dalam hati, ia merasa semakin tertekan. Bagaimana ia bisa memenuhi semua tuntutan ini?

Saat Dira selesai dengan tugas paginya dan Rafael akhirnya meninggalkan rumah untuk bekerja, Dira merasa sedikit lega. Tapi, di tengah-tengah kesibukannya, ponselnya berdering lagi. Kali ini, pesan dari Alex yang masuk, yang membuat hatinya bergejolak.

Dira, saya harap kamu baik-baik saja. Jika ada apa-apa, jangan ragu untuk menghubungi saya. Kamu tahu saya selalu siap membantu.

Dira membaca pesan itu berulang kali. Alex benar-benar perhatian padanya. Meskipun mereka hanya berinteraksi sebagai atasan dan bawahan, Dira merasa ada sesuatu yang lebih.

Namun, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa dia harus menjaga jarak. Hubungan profesional adalah yang paling penting.

Dira membalas pesan sambil bersiap siap untuk berangkat kuliah

Dira membalas pesan itu dengan hati-hati. Keadaan ibu saya sudah mulai membaik, Bos. Terima kasih sudah menanyakan.

Alex tidak langsung membalas, tetapi Dira merasa lega bisa berbicara sedikit lebih terbuka. Ia merasa sangat terisolasi dan butuh teman untuk berbagi beban. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya di rumah Rafael.

Sebelum Dira bisa melanjutkan pekerjaan rumah, pesan dari Berlin datang lagi. Kali ini lebih tegas, penuh rasa curiga.

Dira, aku tahu ada yang tidak beres. Kenapa kamu pulang lebih awal kemarin? Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu tidak bisa menghindar dariku. Aku akan datang menemuimu nanti.

Dira menatap pesan itu, hati semakin bimbang. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya tanpa membuat Berlin merasa khawatir. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya—bahwa ia sedang terjebak dalam situasi yang semakin rumit. Ia tidak bisa membebani Berlin dengan masalah ini. Tapi, di sisi lain, ia merasa bahwa Berlin adalah satu-satunya teman yang benar-benar peduli padanya.

Ia mengetik balasan dengan cepat. Tidak ada apa-apa, Berlin. Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah peduli.

Namun, meskipun ia mencoba untuk menenangkan Berlin, perasaan Dira semakin buruk. Apakah ia sedang menyembunyikan sesuatu yang penting? Akankah ia terus menerus menekan emosinya, sampai suatu saat semuanya meledak?

Hari berlalu dengan begitu cepat, dan saat Rafael kembali, suasana kembali tegang. Ia menginginkan banyak hal, mulai dari makanan yang lebih enak, hingga perhatian yang lebih. Dira merasa seperti ia tidak pernah bisa berhenti, dan setiap harinya dipenuhi dengan tuntutan yang semakin berat.

"Saya ingin kau siap dengan semuanya," kata Rafael tanpa basa-basi, matanya tajam menatap Dira. "Besok saya ingin ada menu yang lebih baru tidak seperti ini yang selalu bosan dan membuat saya tidak punya selera makana

Dira mengangguk. Ia tahu tidak ada gunanya membantah. Namun, dalam hati, ia bertanya-tanya, sampai kapan ia akan bertahan dalam tekanan seperti ini? Apa yang harus ia lakukan untuk keluar dari situasi yang semakin sulit?

Dengan langkah berat, Dira melanjutkan pekerjaannya, merasa seolah tak ada jalan keluar. Tapi, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk bertahan—meskipun semuanya terasa begitu membebani.

1
Jonny Tripardi
sudah mulai peduli🌹
Jonny Tripardi
up lgi
Ataru Moroboshi
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
aidaa: tetap ikuti terus ya sayang hehe😊
total 1 replies
Pandora
Thor, aku udah nggak sabar nunggu next chapter.
aidaa: sabar ya sayang😊
total 1 replies
aidaa
guyss untuk bab 1&2 masih seputaran tengtang kehidupan Dira dan Rafael yah 😊 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!