"boleh nggak, aku cium kamu?"
"aku ingin melakukannya malam ini denganmu"
WARNING!!!
JANGAN MENJIPLAK, MENGCOPY, MENYALINDAN APAPUN ITU. MARI SAMA-SAMA MENGHARGAI DAN MENGHORMATI KARYA ORANG LAIN.. MAKASIH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Agashi 김나리, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Suasana di kediaman papa Bagus masih terlihat tenang, pasalnya mereka berempat tengah menikmati hidangan makan malamnya.
"Gimana kuliah kamu Sis?" tanya Bagus membuka obrolan.
"Baik pa, lancar kok" jawabnya dengan senyum tipis..
"Aldo nggak ngrepotin kamu kan?" tanya nya lagi.
"Ya nggak lah pa.. Ngapain juga Aldo ngrepotin, yang ada Siska yang ngrepotin Aldo" sergah Aldo cepat.
"Hussst!! Papa tanya sama Siska bukan sama kamu. Lagian mau Siska ngrepotin kamu kek, itu udah kewajiban kamu buat nurutin semua kemauan Siska. Kalo Siska mau ke mana pun ya kamu harus temenin dia lah. Itu baru tanggung jawab suami" mama Arumi memberikan sedikit ceramah.
"Tuh.. dengerin" bisik Siska.
Raut muka Aldo menjadi masam, niatnya ia akan membuat Siska terpojok malah sekarang dirinya yang terpojok.
"Kamu ke kampus bareng Aldo terus kan sayang?" sambung Arumi.
"Emm.." Siska melirik Aldo.
"Ng-ggak ma, kasian Aldo soalnya jadwal kuliah kita kan nggak sama. Jadi kalo pas aku ada kuliah pagi terus Aldo kuliahnya siang atau sebaliknya kan kasian" jawabnya penuh hati hati.
"Ya nggak apa apa dong sayang.. Itu udah kewajiban Aldo. Terus kamu naik apa?" tanya Bagus.
"Naik ojek" jawabnya datar.
"Astaghfirullahaladzim.. Aldo kamu bener bener bikin mama sama papa malu. Kamu nggak kasian sama Siska?"
"Siska aja nggak keberatan kok, ma. Jadi ya nggak apa apa lah, biar dia mandiri juga" ucap Aldo.
"Keterlaluan kamu Do! Kamu itu sekarang udah jadi suami, jangan se enaknya aja. Siska itu tanggung jawab kamu, kalau nanti di jalan Siska ada apa apa gimana?"
"Siska itu masih baru di Jakarta, disini rawan kejahatan. Harusnya kamu mikir dong Do!" bentak papa Bagus.
"Iya iya.." jawab Aldo pasrah.
Ia tidak mungkin berani melawan orang tuanya. Apalagi posisinya sekarang sudah terpojok.
"Pokoknya mama nggak mau tau, mulai besok kamu harus terus sama Siska kemanapun. Titik!" ucap mama Arumi tegas.
Makan malampun berakhir, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Aldo dan Siska memutuskan untuk kembali ke apart karena masih banyak tugas kampus yang belum di kerjakan.
"Kita pamit dulu ya ma, pa" Siska mencium tangan Bagus dan Arumi bergantian.
"Iya sayang.. Pokoknya kalo ada apa apa kamu kabarin kita ya. Sering sering main kesini, mama biar ada temennya. Katanya kamu juga seneng masak kan? Nanti kita masak bareng bikin kue, bikin apa aja deh pokoknya" ajak Arumi semangat.
"Iya ma oke" membuat simbol oke. "InsyaAllah nanti kalo Siska sempet bakal sering main kesini kok, kita masak bareng" Siska tak kalah semangat.
"Hmm.. Mentang mentang udah dapet partner masak" ucap Bagus.
"Yaudah ma, pa.. Kita pamit ya" Aldo dan Siska berjalan menuju mobil.
Mobil Aldo kini melaju meninggalkan rumah megah milik Bagus.
Dalam perjalanan pulang ke apartemen, Siska dan Aldo tak mengucapkan sepatah katapun hening tak ada suara dari mulut mereka maupun musik di mobil..
Sebenarnya Siska masih agak kesal dengan Aldo sebab kejadian tadi sore. Dan Aldo pun tak meminta maaf padanya.
Sampai di apartemen...
Siska masuk terlebih dahulu, Aldo mengekor di belakang Siska dan menutup pintu.
"Sis..."
"Siska.."
Panggil Aldo berulang, namun Siska pura pura tak mendengarkan. Siska langsung menutup pintu kamar sedikit agak keras.
"ckkk! Budeg kali tuh anak! Gue panggil panggil juga nggak nyaut" Aldo duduk di sofa ruang tengah.
"Apa dia masih marah sama gue gara gara kejadian tadi sore? Aarrghh.. Semua gara gara cowok sialan itu!" Aldo mengacak rambutnya.
Lalu ia beranjak masuk ke kamar namun terkunci dari dalam.
"Sis.. Bukain pintunya!" Aldo menggedor nggedor pintu kamarnya.
"Lo masih marah sama gue?"
Tak terdengar suara apapun dari dalam kamar, apa mungkin Siska langsung tidur?
"Sis!! Lo denger nggak sih?!" Aldo berteriak.
Masih tak ada tanggapan dari Siska.
Aldo memilih mundur dan balik lagi duduk ke sofa.
Pikirannya mulai kacau, apa yang ia lakukan tadi benar benar membuat Siska marah.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka.
Siska berdiri di ambang pintu "Apa sih! Teriak teriak, gue nggak budeg ya!" sambil mengeringkan rambut dengan handuk.
"Lagian lo gue panggil panggil nggak nyaut. Darimana lo? Bisa bisanya Suaminya di kunciin" sungut Aldo.
"Gue lagi mandi"
"Kan tadi dah mandi di rumah mama?"
"Gue gerah banget, kalo nggak mandi gue nggak bisa tidur"
"Yaudah sono.. Gue mau tidur" memegang handle pintu.
"Mau kemana lo?" Sergah Siska.
"Tidur lah, lo pikir gue ke kamar mau bulu tangkis" memutar bola matanya malas.
"Nggak ada! Lo di luar tidurnya.. Gue lagi kesel ya sama lo"
"Tega lo sama gue Sis" dengan wajah memelasnya.
"Pokoknya sampe lo belum minta maaf sama Rendi, jangan harap lo bisa tidur di kamar" Siska menutup pintu dan menguncinya.
"Gilak! Galak bener bini gue" Aldo masih berada di depan kamar. "Sis, lo tega nyuruh gue tidur di sofa?"
Dengan langkah gontai, Aldo menurut untuk tidur di sofa malam ini.
"Kok jadi dia yang berkuasa. Kan itu kamar gue"
Jam 6 pagi, Siska sudah rapih dan sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
Sedangkan Aldo, setelah sholat subuh kembali memejamkan matanya dan tidur di sofa.
Mendengar dentuman perabotan rumah tangga, Aldo menyipitkan matanya. Melihat ada keributan apa pagi ini.
"Masak apa lo?" Aldo berjalan sempoyongan mendekati dapur.
"Kenapa lo jalannya begitu?" tanya Siska masih sibuk memasak.
"Lo pikir aja sendiri.." Aldo kesal.
"Cckkk!" Siska menaruh masakannya di piring.
"Nanti berangkat bareng. Lo harus minta maaf sama Rendi, awas kalo lo kabur. Gue aduin ke mama sama papa ya" ancam Siska.
"Nggak bisa Sis.. Gue ada janji sama Viona mau berangkat bareng"
"Ohhh.. Ya nggak apa apa sih! Pilihannya ada di tangan lo" Siska menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Ada nggak pilihan lain?"
"Nggak ada!"
"Huuuh! Yaudah deh ntar gue bareng sama lo" pasrah Aldo.
Dalam hati Siska, ia merasa menang karena Aldo lebih memilihnya kali ini.
Dalam mobil..
"Kenapa lo mau berangkat sama gue?" Siska membuka pertanyaan.
"Cckk! Ntar kalo gue nggak berangkat bareng lo, gue di aduin ke mama. Gue males dapet ceramahan, bukan karena gue milih lo ya jangan ge er!"
Siska mengulum senyum "siapa juga yang ge er, emang pacar lo nggak ngereog kalo lo nggak bareng dia?"
"Lebih serem mama kalo ngamuk" masih fokus nyetir.
"Hahaha.. Gue bilangin mama lho!"
"Ck!! Lo dikit dikit ngadu, ngancemnya nggak asik!" Aldo tambah kesal, sedangkan Siska malah semakin senang menggoda Aldo.
Sampai di depan halte, Aldo menurunkan Siska. Takutnya banyak yang lihat dan curiga dengan kedekatan mereka.
"Turun lo!" usir Aldo.
"Hissh!! Sama istri sendiri durhaka lo!"
"Cckkk! Udah deh, lo nggak inget kalo gue ini ketua BEM. Kalo ketahuan gue semobil sama lo, apa nggak makin panjang urusannya? Belum pacar gue yang pasti bakalan tantrum" jelas Aldo.
"Brisikk lo! Bilang aja lo nggak mau!" Siska membanting pintu mobil keras dan berjalan dengan perasaan kesal.
"Bisa bisanya dia malah ngamuk" gumam Aldo.
"Hai bestieee...." Suara cempreng itu sontak membuat Siska menengok ke belakang.
Anggi menggandeng tangan Siska "sorry ya Sis, kemaren gue mendadak disuruh anter nyokap"
"Santai aja kali"
"Emang lo kemaren ngapain tiba tiba nanya gue dimana?"
"Nggak ada.. Gue cuma pengen nebeng lo aja sih" jawabnya bohong.
"Oalah.. Sorry ya, terus lo pulang sama siapa?"
"Sama gue!" Rendi bergabung dengan Anggi dan Siska.
"Muka lu kenape Marjuki? Habis berantem lo? Gue aduin ke tante Manda ya!"
"Brisik lo!" Muka Rendi memar dan kebiruan akibat hantaman Aldo. Sedangkan Aldo kemarin hanya merah sedikit tidak parah seperti Rendi.
NEXT...