NovelToon NovelToon
Sumpah Gadis Di Tepi Sungai

Sumpah Gadis Di Tepi Sungai

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Syarifah Hanum

Gadis cantik selesai mandi, pulang ke gubugnya di tepi sungai. Tubuh mulus putih ramping dan berdada padat, hanya berbalut kain jarik, membuat mata Rangga melotot lebar. Dari tempatnya berada, Rangga bergerak cepat.
Mendorong tubuh gadis itu ke dalam gubug lalu mengunci pintu.
"Tolong, jangan!"
Sret, sret, kain jarik terlepas, mulut gadis itu dibekap, lalu selesai! Mahkota terengut sudah dengan tetesan darah perawan.
Namun gadis itu adalah seorang petugas kesehatan, dengan cepat tangannya meraih alat suntik yang berisikan cairan obat, entah apa.
Cross! Ia tusuk alat vital milik pria bejad itu.
"Seumur hidup kau akan mandul dan loyo!" sumpahnya penuh dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarifah Hanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Makin hari perut Nadira makin menonjol, memang belum begitu kentara, jika Nadira memakai baju gamis yang longgar.

Namun ketika Nadira menghadap cermin dengan hanya menggunakan dalaman saja, tonjolan di perutnya terlihat sangat jelas.

"Sehat sehat di dalam.ya Nak! Walau kau hadir dengan cara yang tidak bunda inginkan, namun bunda akan selalu berjuang untukmu!"

"Kak Nadiraa!"

Suara teriakan Bella dari depan rumahnya terdengar jelas di telinganya. Pada hal saat itu Nadira sedang berada di kamarnya.

Tok tok tok..!

Disusul dengan suara ketukkan pintu yang juga kencang.

"Ish, anak ini! Nggak bisa lihat orang tenang!", gerutu Nadira kesal, namun ia tidak benar benar marah pada Bella, rasa sayangnya melebihi rasa kesalnya.

Bella sudah berhasil mencuri hati Nadira, ia sudah menganggap Bella adalah adiknya kandungnya sendiri.

" Ada apa? Mengganggu saja!", sembur Nadira pura pura marah saat ia membuka pintu dan mendapati Bella dengan wajah cemas.

Bukannya menjawab, Bella malah mendorong tubuh Nadira ke dalam dan menutup kembali pintu rumah Nadira.

"Gawat kak!", ucap Bella dengan udara berebutan keluar masuk di hidungnya.

Tentu saja Nadira penasaran, Bella bukan baru selesai marathon, mengapa nafasnya memburu?

" Bang Diki dan bu Dinna ternyata berniat busuk.pada kakak! Hati hati ke depannya kak!", ucap Bella berbisik bisik.

Mungkin ia takut dinding punya kuping dan mulut, bisa mendengar lalu memviralkan ke seantero komplek. Bisa gawat.

Melihat tingkah Bella yang menggemaskan itu, Nadira mencubit sayang pipi chuby gadis cantik, yang selalu menemani hari harinya itu.

"Ish, kakak! Bella serius!", cetus Bella merajuk.

" Iya, kakak dengarkan deh! Apa itu?", tanya Nadira kali ini serius.

"Tadi malam, sekitar pukul setengah sepuluh, Bella ke rumah Yeyen, itu loh teman sekelas Bella yang rumahnya di sebelah rumah Tante Dinna.

Saat Bella mau pulang, Bella lihat motor om Diki parkir di depan rumah tante Dinna.

Kebetulan saat itu lampu teras rumah Yeyen mati, jadi aku bisa melihat ke teras rumah tante Dinna tanpa mereka bisa melihat aku.

Tahu apa yang mereka bahas kak Nadira? Mereka sedang membahas kakak!

Ternyata tante Dinna ingin membuat usaha yang sama persis dengan usaha kakak dan dia menyuruh om Diki segera melamar kakak agar kakak tidak tinggal lagi di sini!

Kata bu Dinna juga, ia akan membantu om Diki untuk memelet kakak, lewat makanan.

Jadi nanti kalau om Diki bawain kakak sesuatu, buang saja ya! Jangan dimakan!"

Selesai bicara nafas Bella ngos ngosan karena ia berbicara dengan berapi api!

Ia benci Dinna dan Diki, karena ia sudah jatuh cinta pada Nadira, si kakak yang baik hati baginya.

Dan tidak ada satu pun yang boleh mengganggu kakak Nadiranya. Sebab dari Nadira lah, Bella belajar mendapatkan uang serta kasih sayang seorang kakak.

Mendengar omongan Bella, Nadira berjengkit, ia benar benar tidak percaya jika Dinna dan Dikki sebegitu bencinya pada dirinya.

"Memang apa salahku pada mereka?".

Pertanyaan itu tentu saja ditelan sendiri oleh Nadira, ia tidak mungkin mengatakan terus terang pada Bella.

Gadis remaja itu masih terlalu muda untuk diajak berpikir terlalu berat, tentang masalah iri dengki manusia dewasa.

" Kak!", ucap Bella lantas menyentuh lengan Nadira.

"Kakak sedih ya ? Karena Bella mengatakan hal ini?"

"Eh, oh, nggak! Nggak apa apa sayang! Begitulah hidup, selalu saja ada pro kontra.

Kakak tidak apa apa! Jangan dipikirkan omongan orang yang tidak suka pada kita, yang penting kita terus saja melaju dan tak perlu peduli dengan pendengki! Oke!"

Bella tertawa bahagia, beban di dadanya seolah terangkat tanpa bekas.

Hatinya lega, karena kakak Nadiranya itu tidak terpengaruh sama sekali.

"Ngomong ngomong, mengapa kakak tidak jualan hari ini?", tanya Bella.

" Kakak mau istirahat, capek.juga jualan full tanpa jeda!", kata Nadira beralasan.

Pada hal ia ingin berkeliling kota Jakarta. Berdasarkan map, ia sedang mencari klinik untuk tempatnya berkonsultasi tentang kehamilannya dan bermaksud melahirkan di klinik itu saja nanti.

Sungguh ia tidak ingin merepotkan bu Iyus dan Bella.

Syukur syukur ia bisa diterima bekerja di klinik tersebut setelah lahiran nantinya.

Latar belakang pendidikkannya memungkinkan ia bisa menyalurkan ilmu yang telah ia dapatkan dari kampusnya.

"Bella ikut ya kak?", tanya Bella penuh harap.

" Hush, kakak banyak urusan! Nanti kalau kakak jalan jalannya ke mall, baru kakak ajak ya!"

Mendapat penolakan dari Nadira, Bella memonyongkan bibirnya.

"Huh, kakak nggak asyik! Bella pulang sajalah!", ucap Bella kesal, namun tak urung, gadis itu kembali ke rumahnya.

Walau kesal, Bella bisa memaklumi jika Nadira juga butuh sendiri.

" Eh, Bella, dari rumah Nadira ya?"

Ternyata Dikki sudah ada di rumahnya, pria yang berwajah cukup tampan itu sedang duduk di kursi tamu sambi memainkan hapenya.

"Bodoh!", gumam Bella kesal.Tanpa menoleh pada kerabat jauh ibunya itu, Bella langsung ke dapur.

Di dapur ia mendapati ibunya sedang sibuk memasak.

" Bella, antarkan minuman itu untuk Dikki!", perintah Iyus pada anak gadisnya itu.

Dia sendiri sedang menggoreng ikan yang hampir matang, jadi tidak mungkin ditinggal, takut gosong.

Bukannya mengindahkan perintah ibunya, Bella malah meminumnya, mencecap sedikit demi sedikit karena masih panas.

"Eh..! Kok malah diminum?", pekik Iyus marah.

" Biarin saja bu! Bella tidak suka bang Dikki datang jika hanya untuk menganggu kak Nadira!", cetus Bella bersungut sungut.

"Maksudmu apa?", tanya Iyus berbisik.di telinga anaknya, takut terdengar oleh Dikki.

Jarak dapur ke ruang tamu cukup dekat, hanya terpisah oleh ruang tv saja.

Karena ibunya berbisik bisik, Bella lantas menceritakan kepada ibunya apa yang ia katakan pada Nadira tadi.

" Masa sih?", tanya Iyus tak yakin setelah Bella selesai bicara.

Namun, tidak seperti harapan Bella, yang menginginkan ibunya berada di pihaknya, Iyus malah tersenyum samar.

Ia memang menginginkan jika Nadira segera menikah lagi, karena ia pikir, jika Nadira nanti melahirkan, bayinya punya ayah.

"Biarkan sajalah Bella, tidak usah ikut campur urusan mereka!", ujar Iyus tegas.

" Bu...!"

Bella menatap ibunya bingung, ia tidak menyangka jika kalimat itu meluncur dari mulut ibunya.

Dia pikir ibunya akan antusias mendengar ceritanya dan tidak suka dengan rencana Dikki dan Dinna.

"Mengapa ibu mendukung mereka? Bukankah selama ini kak Nadira begitu baik terhadap kita? Begitu juga sebaliknya?", kata Bella sewot, ia sangat kecewa pada ibunya.

Menurutnya ibunya itu munafik, hanya bersikap manis jika di hadapan kak Nadira saja.

Iyus menarik nafas panjang, ia memang menyayangi Nadira, awalnya juga ia mendukung usaha gadis itu, namun gesekan dan gosokan yang dilancarkan oleh Dikki dan Dinna belakangan ini begitu gencar, dan Iyus kalah.

" Lebih bagus kamu sendiri yang buka usaha seperti Nadira!"

"Sudah, setelah kontraknya habis tidak usah diperpanjang lagi!"

"Jika rumah itu dikontrak, kamu cuma dapat uang setahun sekali, sedangkan jika berjualan seperti Nadira, kamu bisa dapat uang setiap hari! Uangnya bisa disimpan untuk tabungan sekolah Bella!"

Hasutan demi hasutan begitu lancar dikatakan oleh Dinna kepada Iyus.

Mula mula Iyus tidak menggubris namun lama lama ia terhasut juga.

"Benar juga omongan Dinna! Mengapa harus orang lain yang berjualan di rumahku? Bukankah lebih baik aku saja yang berjualan di situ!"

Sisi dengki mulai timbul di hati perempuan itu. Apa lagi jualan Nadira sangat laris dan ramai pembeli.

Dari balik dinding dapur miliknya, Nadira mendengar jelas pembicaraan Bella dan Iyus.

Walau ada tembok pembatas, kedua perempuan yang tengah berdebat itu tidak menyadari ada lubang sebesar bola pingpong di dinding itu.

Nadira menarik nafas panjang dengan rasa sedih menekan dadanya.

"Ternyata, tidak ada orang yang benar benar tulus di dunia ini!", bisiknya pilu.

1
Afri Nilawati
alur yg berbeda
Afri Nilawati
lanjut kk
Syarifah Hanum: Terimakasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
kagome
Lumayan
kagome: sama-sama Kak🤗
Syarifah Hanum: Terimakasih,🙏
total 3 replies
emi_sunflower_skr
Terima kasih sudah bikin hari-hariku lebih berwarna 🌈
Syarifah Hanum: Terimakasih, sudah mampir🙏
Syarifah Hanum: Sama sama!
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!