Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jingga dan Koa
Demi misi melihat Jingga di langit Atlantis yang ia maksud. Koa sampai membeli sebuah mobil mini bus bekas yang kemudian dimodifikasi menjadi sebuah campervan sederhana yang mereka bawa mengelilingi daerah indah di Indonesia. Mereka akan menetap beberapa minggu di daerah pantai hanya untuk sekedar menikmati Sang Jingga. Dan Koa tetap menjadi seorang pelukis jalanan yang menjajakan jasa lukisnya kepada para turis.
Meski Dengan penghasilan tidak menetap setiap bulannya tapi Koa berhasil membuat Jingga selalu merasakan kebahagiaan.
Koa Senantiasa memastikan Lukisan Tawa sang Jingga benar benar menjadi sebuah kenyataan.
Mereka berhenti hidup berpindah tempat saat Anak kedua mereka lahir.
Biru Embun Danudara, Lahir di Sulawesi selatan saat mereka tengah menjajaki pesona Sang Jingga di pantai Tanjung bira.
Persalinannya dilakukan di Rumah sakit umum setempat secara sesar, sama seperti Proses kelahiran Lembayung Senja.
Embun lahir diusia yang belum genap Sembilan bulan, inilah yang membuat Koa memutuskan untuk mengakhiri misinya. Melihat Sang Jingga dilangit Atlantis berakhir dengan ditandainya kelahiran bayi kecil mungil yang hanya memiliki bobot dua kilo gram.
Pria itu menangis pilu. Wajahnya basah bercampur air mata dan keringat, aku bahkan bisa melihat masker lusuh diwajahnya penuh ingus. Kuusap wajah priaku itu agar ia tenang.....sungguh suara sesegukannya membuatku tak nyaman, aku pun ingin ia selalu berbahagia.....lafaz doa dan permintaan maaf berkali kali ia lantunkan ditelingaku, padahal bukan salahnya aku berakhir seperti ini. Mungkin sang Embun memang ingin lahir bukan pada waktunya ( Jingga Marina).
"Maaf......."Koa sesegukan disamping tubuh sang istri yang tengah menjalani operasi sesar. Semua petugas medis yang tengah melakukan tugasnya beberapa kali menguatkan Koa alih alih Jingga yang justru nampak lebih tenang diranjang pesakitan.
Saat kelahiran Lembayung Senja. Koa juga menangis dan terus memohon doa ditempat berbeda. Kala itu ia belum sanggup menampakkan sisi terlemahnya dihadapan Jingga. Namun Kini koa tak peduli lagi soal harga diri, baginya Wanita yang tengah mempertaruhkan nyawanya itu adalah nyawa hidupnya, ia tak bisa melihatnya kesakitan, padahal pada kenyataannya Jingga sama sekali tak kesakitan karena tengah menjalani prosedur bius lokal dibagian bawah tubuhnya.
Jingga dan Koa akhirnya menetap disebuah tempat yang lumayan terpencil. Namun ada sebuah tempat wisata disana yang akan selalu ramai dikunjungi turis lokal dihari libur.
Sungai terpendek didunia. Tepatnya dibagian tenggara Pulau sulawesi.
Sebuah mata air yang menyatu dengan indahnya pantai berpasir putih kecoklatan, dikelilingi hutan dan bebatuan tinggi membuat tempat tersebut terasa begitu dingin dan tenang.
Koa akhirnya menjual campervannya dan mendirikan sebuah rumah berukuran sedang berdinding papan yang sangat sederhana. Hidup bersama Koa membuat Jingga lupa jika ia pernah mengarungi kehidupan dengan gelimangan harta sebelumnya.
"Anak anak sudah tidur?"Tanya Koa saat merasa dua tangan mungil Jingga melingkar diperut ratanya.
Pria itu berdiri dihadapan kanvas kosong dengan lukisan setengah jadi.
Namun saat sang istri datang Koa meletakkan kuas dan pallettenya diatas meja dan berbalik untuk mengecup kening Jingga. Mereka duduk berdampingan diteras depan rumah yang langsung menghadap kearah laut lepas.
"Baru saja!...Sang Jingga lagi.....?"Jingga menatap lukisan setengah jadi dihadapannya.
"Heemmm ini pesanan pak dusun..."Jawab Koa lalu menyandarkan kepalanya di bahu Jingga.
Koa memang sering mendapatkan pesanan lukisan dari warga sekitar untuk dipajang dirumah mereka.
"Lukisan suamiku memang yang paling indah.......beruntunglah mereka yang membeli lukisan ini sekarang, karena saat Suamiku jadi pelukis terkenal maka lukisan ini akan menjadi sangat mahal...."
"Aku tidak ingin menjadi pelukis terkenal......Aku hanya ingin menjadi pelukis jalanan dan Suami seorang Jingga Marina...."ucap Koa sambil memeluk pinggang Jingga, ia menutup mata seakan menikmati wangi tubuh sang istri yang dipadukan dengan Bau pantai dimalam hari.
"Kenapa tak ingin terkenal?"
"Biasanya sebuah lukisan baru akan terkenal setelah pelukisnya meninggal Dun.........Aduhhhh." Koa tak bisa menyelesaikan kalimatnya dan justru mengaduh kesakitan karena cubitan kecil Jingga mendarat sempurna dipahanya.
"Awas....ya ngomong sembarangan lagi!" Kesal Jingga.
Nyaris empat tahun mengarungi bahtera rumah tangga tak pernah membuat Jingga sedikitpun berfikir yang buruk buruk. Ia hanya ingin hidup seperti ini terus selama lamanya. Tak peduli dengan segala kesederhanaan, Asal ada Koa dan Kedua putrinya bagi Jingga sudah cukup.
"Aku ingin menua bersamamu Jingga. Saling membelai rambut yang sudah beruban, Berjalan tertatih di tepi pantai bergandengan tangan dengan mesra.....dan membuat anak anak muda iri dengan kebahagiaan kita dihari tua kelak. Aku ingin Koa dan Jingga menjadi simbol cinta sejati, namun bukan seperti Romeo dan Juliet yang berakhir tragis. Aku ingin berakhir bahagia"
"Dan aku akan membuat sebuah museum kelak untuk menyimpan kenangan kita......."
"Tapi jika Takdir berkata lain dan tuhan ternyata memanggilku terlebih dahulu, aku ingin kau dan anak anak tetap melanjutkan hidup bahagia tanpaku....."
Lagi lagi Jingga menatap Koa dengan kesal. "Bicara seperti itu lagi aku akan mogok masak satu minggu!"
Koa hanya tersenyum lalu membawa Jingga dalam dekapan hangatnya, Sebuah pelukan yang tak pernah gagal membuat Jingga merasa sangat terlindungi.
Aku pernah melewati kehidupan penuh luka, dimana Menangis tanpa suara ditengah malam adalah rutinitas harianku.
Aku pernah Makan sambil menahan sesak dan air mata, berusaha menyambung hidup agar hari esok aku masih kuat untuk mengulang tangisanku....
Tapi bersama Koa aku melupakan semua itu. Ia membuatku merasa menjadi seseorang yang tak pernah melalui masa masa kelam.
(Jingga Marina).
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)