Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 (Teman Baru Zea)
Setelah membayar makanan, Zea langsung menyajikan makanan tersebut di piring, lalu memberikannya pada Marco.
"Nih, Co, makanannya" Zea memberikan piring berisi makanan pada Marco.
"Wih... Kayaknya enak nih makanannya" Marco menerimanya. Mereka langsung menyantap makanan itu,, karena perut mereka sudah sangat lapar. Saat sedang makan, karena saking lahapnya, Zea sampai tidak sadar kalau ada sebutir nasi yang tidak sengaja menempel disudut bibirnya.
"Eh, mau ngapain!" Zea terkejut melihat tangan Marco mendekat kearah wajahnya.
"Itu, ada nasi di bibir kamu, aku cuma bantu bersihkan aja" Marco menunjuk kearah bibir Zea. Zea langsung membersihkannya dengan tangannya. Seketika membuat Zea merasa malu karena kejadian barusan.
"Duh... Zea, kamu ini bikin tengsin aja sih, mana Marco yang lihat duluan lagi" runtuk Zea dalam hati. Mereka pun melanjutkan makannya. Namun, kali ini suasana membuat Zea agak canggung apalagi setelah kejadian barusan.
Ting Tong!
Terdengar suara bel yang dipencet dari luar.
"Bentar yah, ada tamu" Zea bangkit dari duduknya, lalu berjalan membuka pintu ruang tamu.
"Hai sahabatku!" Sapa seseorang begitu Zea membuka pintu.
"Folin! Apa kabar kamu, kok gak kabari aku kalau mau datang, tahu gitu aku jemput di stasiun" Zea memeluk gadis yang bernama Folin.
"Biar surprise aja, Ze. Oh iya, itu cowok siapa?" Tanya Folin yang melihat Marco di ruang tamu.
"Udah, masuk dulu, nanti aku jelaskan" Zea langsung menarik tangan Folin dan berjalan masuk kedalam rumah.
"Co, kenalin ini sahabat aku dari Jogja namanya Folin dan Lin, kenalin ini Marco, dia ini bisa dibilang supir pribadi aku" Zea memperkenalkan mereka berdua satu sama lain. Folin dan Marco salaman.
"Lin, sorry nih aku belum sempat masak, ini aja aku beli online aja tadi, gak ada makanan di dapur, paling cuma cemilan aja di kulkas" kata Zea.
"Lagian kamu sih datangnya dadakan, jadi, belum sempat nyiapin apa-apa buat kamu" lanjut Zea.
"Udah, santai aja lagi, Ze, lagipula aku juga udah makan kok tadi sebelum berangkat, kalau buat bentar sih gampang, kita masak aja, aku udah beli juga beberapa bahan, tadi sempat mampir bentar ke pasar" Folin menunjukkan belanjaannya.
Sangat terlihat kalau Zea bahagia dengan kedatangan Folin, sahabatnya dari Jogja. Awal perkenalan mereka tanpa sengaja. Zea saat itu sedang menonton konser dari band favoritnya, Sheila on 7, yang saat itu berlangsung di alun-alun. Disitulah Zea bertemu dan berkenalan dengan Folin, yang mana saat itu Folin adalah salah satu kru yang terlibat dalam konser itu. Folin bekerja sebagai EO dan timnya itu dipercaya untuk menyelenggarakan konser Sheila on 7. Disamping bekerja sebagai EO, Folin juga bekerja sebagai seorang DJ dan sudah cukup dikenal banyak orang. Bahkan dari hasilnya sebagai seorang DJ, Folin membiayai kedua adiknya yang masih duduk di bangku SMP.
"Lin, kamu itu masih sempat aja ke pasar, ya udah, kita langsung ke kamar yah, aku tunjukkan kamar buat kamu" Zea membantu membawa tas Folin.
"Co, tunggu bentar yah, aku anter Folin dulu ke kamarnya, kamu lanjut aja makannya gak apa-apa kok" Zea pun berlalu menuju kamar tamu bersama Folin. Marco mengangguk dan kembali melanjutkan makannya.
Sesampainya di kamar tamu, Zea langsung menyimpan tas Folin disamping tempat tidur.
"Ze, si Marco itu tinggal disini?" Tanya Folin.
"Iya, aku yang minta dia untuk tinggal disini, lagian biar lebih fleksibel aja kalau aku mau kemana-mana, terus disamping itu, alasan aku ajak dia tinggal disini karena sekarang dia hidup sendirian, ibunya pergi entah kemana dan meninggalkan Marco hutang dengan jumlah yang cukup banyak" terang Zea.
"Tapi, kamu tenang aja, Marco itu orangnya baik kok, aku juga udah izin sama ayah aku dan beliau mengizinkan Marco untuk tinggal disini, aku juga kesepian tinggal dirumah sebesar ini, berdua aja sama ayah aku, itupun malam biasanya ayah aku pulang" lanjut Zea. Folin hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Zea.
.....
Silva dan juga ibunya tengah bersitegang. Ibunya tentu tidak menyukai cara Silva bersikap terhadap Alex. Namun, Silva punya alasan tersendiri kenapa dirinya bersikap seperti itu terhadap Alex.
"Bu, pacar aku itu namanya Marco, bukan Alex, Alex itu terlalu terobsesi buat jadi pacar aku, tapi, mau gimana lagi aku cintanya sama Marco, cinta gak bisa dipaksakan, Bu" jelas Silva.
"Mana mungkin Alex seperti itu, lagian ibu merasa kamu sama Alex itu cocok banget, serasi deh menurut ibu" ibunya memberi penilaian.
"Kalau gitu ibu aja sana yang pacaran sama Alex, aku sih gak mau, karena aku udah sayang banget sama Marco, selain dia baik, perhatian dan bisa buat aku selalu tersenyum, udah ah, Bu, aku capek bahas Alex terus" Silva ingin segera mengakhiri obrolan yang membosankan baginya.
"Oke kalau memang seperti itu, tapi, kamu harus ajak Marco kesini dan kenalkan dia ke ibu, biar ibu yang menilai dia langsung, apakah sesuai dengan yang kamu katakan barusan atau justru sebaliknya" kata ibunya.
"Iya, Bu, nanti aku ajak dia kesini dan kenalin ke ibu" jawab Silva.
"Oh iya, soal yang kamu bilang itu, yang kamu mau kuliah di Australia, ibu udah urus semuanya dan bulan depan kamu langsung bertolak ke Melbourne, bareng sama ibu juga, karena ibu dapat kabar kalau ibu akan ditempatkan di kantor yang berpusat di Melbourne, atasan ibu memberikan kepercayaan pada ibu buat mengurus kantor yang ada disana" terang ibunya.
"Waah.... Aku udah gak sabar buat kuliah disana, Bu, makasih banyak yah, Bu" Silva terlihat sangat senang.
"Iya, sama-sama, sayang, tapi, kamu janji sa ibu buat kuliah dengan sungguh-sungguh, jangan kecewakan ibu loh yah" ibunya mengingatkan.
"Iya, Bu, aku janji gak akan kecewakan ibu" jawab Silva dengan meyakinkan.