Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luo Yan(4).
Luo Yi, yang menyaksikan kejadian di depannya, merasakan gelombang kekhawatiran. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah mendekat.
Di sudut, Wang Kai masih berdiri kaku, tatapannya kosong. Luo Yi menepuk pundaknya dengan lembut, dan seketika itu juga Wang Kai melompat terkejut.
"Apa yang terjadi?" tanya Luo Yi, suaranya bergetar.
"Nyonya... Itu..." jawabnya dengan nada cemas.
"Ada apa? Apakah sesuatu terjadi pada anakku?" Luo Yi bertanya dengan nada khawatir, jantungnya berdegup kencang.
Luo Yan, yang mendengar seruan ibunya, berbalik perlahan. Wang Kai tampak kesulitan mengumpulkan pikirannya, lalu ia mengambil napas dalam-dalam.
"Nyonya, anakmu... Luo Yan memiliki tubuh yang diinginkan setiap ahli bela diri di luar sana, termasuk saya sendiri..." Wang Kai mengungkapkan dengan serius.
"Apa maksudmu?" Luo Yi kebingungan.
"Dia... memiliki tipe tubuh dari Dewa Naga!" Wang Kai melanjutkan, matanya bersinar dengan kekaguman.
Luo Yi terdiam, terperangah dengan berita yang baru didengarnya.
"Nyonya, kenapa Anda terdiam? Apakah Anda tidak mengerti? Memiliki konstruksi tubuh setingkat dewa itu berarti masa depan yang sangat cerah menanti anak anda!"
Dia menggenggam tangan Luo Yi, berusaha meyakinkannya. Tanpa menjalani latihan bela diri, seseorang dengan konstruksi tubuh setingkat dewa sudah cukup untuk menyamai para ahli yang telah berlatih bertahun-tahun.
Dalam tujuh tahun terakhir, Luo Yan berhasil menyembunyikan energi dalamnya di antara tulang dan jantungnya— sebuah penemuan yang tak pernah ia duga.
Ternyata, membentuk kepadatan tulang, serat otot, dan jantung yang kuat bisa dilakukan sejak dini. Mengumpulkan energi dalam dan memasukannya ke dalam anggota tubuh menjadi lebih mudah bagi Luo Yan pada usia muda ini.
Bahkan seorang pendekar bela diri harus berlatih selama puluhan tahun untuk membentuk tubuh yang tepat demi belajar bela diri.
"Anakku sungguh seorang jenius...??"
"Dewa benar-benar memperhatikan anak Anda. Dengan susunan tubuh semacam ini, langit pasti memiliki misi khusus untuknya," tambah Wang Kai, wajahnya bersinar dengan antusiasme.
Dengan mata yang berkilau, Luo Yi menatap anaknya. Air mata haru dan kegembiraan mengalir di wajahnya. Ia tidak pernah mengira bahwa putranya akan tumbuh menjadi sosok luar biasa di dunia persilatan.
"Guru Wang Kai, aku serahkan sepenuhnya anakku kepadamu. Kumohon, bimbinglah dia dengan pengetahuanmu," katanya sambil menundukkan kepala dalam rasa hormat.
Wang Kai tersenyum lebar dan mengangguk, merasa terhormat atas kepercayaan itu. "Serahkan saja padaku, Nyonya!"
Sejak saat itu, pelatihan Luo Yan dimulai dengan semangat membara. Wang Kai tidak mau membuang waktu walau sedetik pun. Apa pun yang diperlukan, ia akan lakukan agar Luo Yan melangkah maju, satu demi satu.
Bagi Wang Kai, membesarkan Luo Yan berarti membesarkan namanya di dunia persilatan, dan itu adalah keuntungan yang sangat berharga.
"Apakah ini benar-benar kemampuan bocah berumur sepuluh tahun?" pikir Wang Kai, terkejut dengan bakatnya.
Namun, dia tak menyangka kecerdasan Luo Yan begitu luar biasa, seolah-olah dirinya adalah kertas putih yang bisa menyerap apa pun bahkan hal yang baru pertama dilihat.
"Ada apa, Guru? Kenapa kamu tiba-tiba berhenti?" tanya Luo Yan sambil tertawa, tak sabar untuk melanjutkan latihan.
Saat itu, mereka sedang berlatih tanding menggunakan teknik yang baru saja diajarkan oleh Wang Kai. Teknik tersebut disebut
Wang Kai awalnya memperkirakan bahwa Luo Yan akan memerlukan waktu lebih lama. Biasanya, orang menguasai keterampilan seperti itu dalam satu bulan, dan butuh hingga setahun untuk menyempurnakannya.
"Lihatlah bocah ini! Hahaha! Ternyata sudah bisa sombong!" Wang Kai tertawa, tergugah oleh kehebatan anak itu.
Kemampuan Luo Yan memang luar biasa, itulah keajaiban seorang jenius sejati. Wang Kai pernah mendengar kisah luar biasa tentang anak-anak berbakat di dunia persilatan, namun ia selalu menganggapnya mitos semata.
"Baiklah, serang aku sekali lagi!" teriaknya penuh semangat, kembali bersiap untuk melanjutkan latihan.
Dengan senyum dan semangat membara, Luo Yan meluncurkan serangan baru. Latihan ini baru saja dimulai, dan petualangan mereka di dunia persilatan telah menunggu di depan mata.