Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
maaf
"Ayana," kedua tangan Ilham menyentuh pipi Ayana dengan gugup. "Maafkan aku, kejadian semalam benar-benar tidak sengaja."
"Lepas" Ayana menepis lengan Ilham "jangan pernah menyentuh ku."
Ilham segera ke kamar mandi membersihkan dirinya bersiap, ingin mengajak Ayana jalan agar dia bisa memaafkan dirinya.
Ayana masih tidak bergerak masih dalam posisi seperti semula sampai Ilham keluar dari kamar mandi dia masih dalam keadaan seperti itu, entah apa yang gadis itu fikir kan, yang pasti hatinya hancur karna sudah merusak kepercayaan kedua orang tuanya.
"Ayana" Ilham mengusap lembut rambutnya. "biar ku bantu bersih-bersih, kita jalan-jalan yu, agar melupakan kejadian semalam.
"semudah itu tuan besar melupakan kejadian semalam" Ayana memicingkan matanya menatap Ilham penuh kebencian.
"aduuuh, salah ngomong" mengacak-acak rambutnya sendiri. "maksudnya aku mau mengajakmu ke suatu tempat tanda permintaan maaf dariku.
"kata maaf apakah bisa mengembalikan apa yang sudah kamu ambil mas.
"Ayana please, ayo bersihkan dulu dirimu kita bicarakan baik-baik." Ilham mencoba membantunya Ayana berdiri tapi lagi-lagi ditepis oleh Ayana.
"Aku bisa sendiri" dengan selimut yang masih membalut di tubuhnya iya jalan perlahan. "sakiiiit" bahkan untuk berjalan pun terasa sakit.
"Sini aku gendong"
Kali ini Ayana tidak menolak toh dia sudah melihat seluruh tubuhnya.
Ilham menaruh tubuh mungil itu di dalam bathtub ukuran besar, perlahan ia menarik selimutnya dan mengisi air untuk Ayana mandi.
Akkhh, perkasa ku mulai mengeras melihat Ayana tanpa sehelai benang, rasanya ingin sekali aku melahapnya lagi,
"aku tinggal ya," Ilham mencium kepala Ayana, tapi gadis itu sama sekali tidak bergeming pandangannya kosong.
Ilham bergegas mengambil handphone yang terletak diatas kasur, maksud hati ingin memberi tahu asistennya hari ini dia tidak pergi ke kantor, tapi pandangannya membuat dia tersentuh saat melihat noda bercak darah di sprei putih itu.
"apa yang sudah aku perbuat semalam, aku telah merenggut keperawanan wanita yang selama ini menjaganya, bagai mana ini apa yang harus aku lakukan,"
"Aakhhh" Ilham menonjok dinding kamar, dirinya dibuat frustasi, "ini semua salah pria itu," yang dia maksud adalah Steven "ini juga salah Marta, kenapa di saat aku mabuk dia tidak ada di rumah , harusnya yang aku sentuh adalah istriku bukan Ayana," kini fikirannya tidak tenang "yaa, ini semua salah Andre, sialan kalau dia tidak membujuk ku untuk minum, tidak akan sampai meniduri Ayana."
Ilham berusaha menyalahkan semua orang yang tersangkut dalam kehidupannya, padahal jelas-jelas semua itu salah dirinya.
"pertama-tama aku harus menelepon Bu Asih untuk mengambil baju Ayana, dan membereskan ini semua, kedua aku harus telpon asistenku hari ini aku tidak ke kantor, aku akan menemani Ayana." otaknya sekarang sudah mulai berfikir jernih.
tak lama kemudian Bu Asih datang dengan satu stel pakaian Ayana dan sprei, Bu Asih menatap lekat Ilham saat melihat noda darah di sprei.
"Bu, ini semua tidak seperti yang kau bayangkan ini semua kecelakaan, saya harap ibu bisa tutup mulut, saya akan menjamin keluarga ibu, dan kalau ibu memberitahu siapapun ibu akan tau akibanya." Ilham mengancam wanita paruh baya itu yang selama hidupnya mengabdi pada keluarga Abuzar.
"Baik tuan," Bu Asih menundukkan kepalanya membersihkan semuanya, seperti dikamar ini tidak terjadi apa-apa lalu keluar tanpa sepatah kata.
kamar mandi
Ayana menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.
"aku harus berfikir jernih, hidupku dan ibu belum selesai aku masih ada kontrak dengan keluarga Abuzar. Setelah selesai aku akan pergi jauh dari sini untuk memulai kehidupan baru."
Sudah lebih dari satu jam Ayana belum keluar dari kamar mandi, di susul ketukan pintu kamar mandi, tanpa menunggu izin dari seseorang yang ada di dalamnya ilham sudah berada di dalam.
Dia melihat gadis di hadapannya sedang mematung di depan bercermin menggunakan handuk kimono dan handuk kepala.
betapa indah gadis ini, andai aku bisa memilikimu seutuhnya, atau aku bisa menukarnya dengan Marta.
Marta?, aku juga belum menghubunginya sedari dia berangkat, nanti dia akan curiga. Aaakkhh.
tapi gadis membuatku melupakan Marta.
"Ini baju mu, pakailah habis ini kita akan pergi."
Selepas itu mereka berdua pergi ke sebuah restoran bintang lima, Ilham memesan ruangan VIP ruangan mewah yang hanya di isi oleh Meraka berdua.
Ilham memesan beberapa makanan mahal, tak lama seorang pelayan membawakan makanan sesuai yang di pesan.
apa ini, dasar orang kaya hobi menghambur-hambur uang, makanan secuprit begini aja mahal banget, mana kenyang perutku dengan makanan seperti ini.
"Kau suka makannya?"
"ngga" sambil terus menghabisi makanannya.
"Kau mau pesan apa lagi?"
"Ngga"
"Bisa ga sih jawabnya jangan ngga ngga terus." dengan nada suara mulai tinggi.
"aku mau pulang" Ayana berdiri lalu melangkahkan kakinya.
"Ayana, maaf, ayo kita makan lagi."
Ayana tidak bergeming dia terus melangkah sampai di parkiran,
"Oke, kita pergi" akhirnya mereka meninggalkan restoran itu.
"kamu tau ga si aku masih laper, mana kenyang coba kalau gak makan nasi." Gumamnya dalam hati.
"turunin aku disini"
"Ini belum sampai Ayana, kamu kenapa."
"Pokonya aku mau turun disini,"
Kemudian Ilham menepikan mobilnya depan sebuah rumah makan Padang, Ayana keluar dan langsung masuk ke rumah makan itu.
Mata Ilham terbelalak melihat tingkah Ayana terheran dengan gadis yang dia sukai, tapi dia pun mengikuti langkah kaki Ayana.
Ayana duduk di kursi makan sedangkan Ilham berdiri di samping Ayana bagaikan seorang tuan putri bersama bodyguardnya.
kemudian seorang pelayan membawa satu porsi makanan yang lengkap. Ilham sigap duduk di hadapan Ayana berharap dia juga telah di pesankan makanan.
"Mana makanan untukku."
"oh, mas Ilham mau? Bilang dong kalau mau"
tidak lama kemudian seorang pelayan membawakan lagi seporsi makanan yang sama dengan Ayana.
Akhirnya mereka makan sama-sama.