Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Amukan Binar
Binar diantar oleh Suga menuju rumah Dewa. Selama dalam perjalanan, Binar tak henti-hentinya mengepalkan kedua tangannya. Kali ini perbuatan Papa dan istrinya itu tidak bisa dimaafkan.
"Aku sangat membenci Papa," batin Binar.
Tidak membutuhkan waktu lama, Binar pun sampai di rumah Dewa. Binar segera keluar dari mobilnya dan berlari masuk ke dalam rumah itu. Terlihat semuanya sedang menikmati makan malam bersama diselingi tawa yang sangat menjijikan bagi Binar.
"Kak Binar, akhirnya kakak pulang juga," ucap Veronika pura-pura bahagia.
Semua orang menoleh ke arah Binar yang saat ini sedang berdiri menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian. Dewa bangkit dari duduknya, sedangkan Binar perlahan menghampiri meja makan itu. Suga memperhatikan Binar dari ruang tamu.
"Sayang, kamu mau makan? ayo duduk!" Dewa menarik kursi untuk Binar duduk.
Binar melihat satu persatu wajah orang-orang yang sangat dia benci. Darahnya semakin mengalir deras sampai ke ubun-ubun. Dengan cepat Binar melempar satu persatu makanan yang tersaji di atas meja makan itu membuat semua orang menjauh.
"Apa-apaan kamu, Binar!" bentak Papa Dewa.
"Anda benar-benar sangat keterlaluan. Apa sekarang Anda masih pantas aku panggil sebagai seorang Papa?" teriak Binar.
"Binar, jaga ucapan kamu! kamu sudah terlalu membangkang kepada Papa!" bentak Papa Dewa.
Binar menghampiri Dewa dan berdiri di hadapannya dengan mata yang memerah penuh emosi. "Apa Anda masih pantas disebut sebagai manusia? aku sudah pernah bilang kepada Anda dan mereka, jangan pernah menyentuh Mamaku!" teriak Binar dengan deraian air matanya.
"Kamu tidak tahu, tadi Mamamu menyiksa Dona," sahut Papa Dewa.
"Semudah itu Anda membuang Mamaku dalam hidup Anda? Anda sadar tidak, Anda dulu bukan siapa-siapa karena yang keturunan darah biru itu Mama. Mama rela diusir oleh orang tuanya demi memilih Anda karena Anda sudah menjanjikan kebahagiaan untuk Mama. Saking cintanya Mama sama Anda, ia rela melepaskan semuanya dan berjuang dari nol," ucap Binar penuh penekanan.
Binar menunjuk-nunjuk dada Dewa dengan jari telunjuknya. "Apa hati Anda sudah mati, dan semudah itu melupakan Mama demi wanita tidak tahu diri itu?" bentak Binar sembari menunjuk ke arah Dona.
"Cukup! kamu selalu menyebut Mamaku wanita tidak tahu diri, dan aku sebagai anaknya tidak terima itu!" bentak Virlo.
Virlo hendak menghampiri Binar, namun Binar melirik ke arah lantai. Di sana ada pisau buah yang tergeletak dan dengan cepat Binar mengambilnya dan mengarahkan kepada Virlo. Seketika Virlo terdiam dan semuanya pun panik.
"Berhenti, selangkah saja kamu mendekat, pisau ini akan menusuk tubuh kamu," geram Binar.
"Binar, buang pisau itu bahaya," bujuk Papa Dewa.
"Diam! kesabaran aku sudah habis, Anda berani memukul Mama sampai-sampai sekarang Mama demam dan dirawat di rumah sakit. Anda tidak pantas disebut sebagai Papa lagi, mulai detik ini aku akan mengambil seluruh harta milik Mama. Termasuk perusahaan cabang yang saat ini dipegang oleh orang itu," ucap Binar dengan melihat ke arah Virlo.
Semuanya tampak membelalakkan matanya, bahkan Dewa tidak percaya dengan semua ini. Binar mengeluarkan map dari tasnya, sedangkan satu tangannya masih memegang pisau. Binar melempar map dan pulpen ke arah Dewa.
"Tanda tangani berkas itu, sekarang aku bukan anak kecil lagi. Aku ingin meminta hak aku," ucap Binar.
"Binar, kita bisa bicara baik-baik jangan seperti ini," ucap Papa Dewa.
"Cepat tanda tangani berkas itu!" teriak Binar.
"Kak, kamu tidak pantas berkata seperti itu, bagaimana pun Papa yang sudah membesarkan kakak," ucap Veronika.
"Diam kamu wanita jalang, kamu bukan siapa-siapa di sini jadi kamu tidak berhak ikut campur urusan aku!" bentak Binar.
"Binar!" bentak Virlo.
Binar kembali mengarahkan pisaunya ke arah Virlo, membuat Virlo harus memundurkan langkahnya. Dewa tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia pun dengan tangan yang bergetar segera menanda tangani berkas pemindahan kuasa atas aset yang merupakan milik Yulia dan juga Binar.
"Ini, Papa sudah menandatangani berkasnya jadi Papa mohon, tenanglah. Simpan pisau itu karena sangat bahaya," bujuk Papa Dewa.
"Pak Suga, ambil berkas itu!" perintah Binar.
"Baik, Nona." Suga pun dengan cepat mengambil berkas itu.
"Mulai detik ini, Anda dan para penjilat itu jangan pernah mengganggu kehidupan aku dan Mamaku. Tanpa Anda, aku bisa mengurus Mama dan satu lagi, dalam kondisi apa pun jangan pernah Anda mencari aku karena aku sudah menganggap kalau Papa aku sudah mati!" tegas Binar.
Dewa tersentak kaget mendengar ucapan Binar, ia tidak menyangka kalau Binar seemosi itu. "Papa beri kamu kesempatan untuk menenangkan diri kamu dulu, nanti Papa akan menemui kamu kalau hati kamu sudah tenang," ucap Papa Dewa.
"Tidak perlu, jangan pernah Anda menginjakan kaki Anda di rumah Mama lagi karena aku dan Mama sudah tidak sudi rumah kami diinjak oleh Anda. Hubungan kita sudah cukup sampai di sini, silakan Anda urus keluarga baru Anda dan jangan pernah mencari aku. Satu lagi, karma itu masih berlaku jadi jika suatu saat karma menghampiri Anda, nikmati saja," ucap Binar.
Binar melempar pisau itu dan dengan cepat pergi dari rumah Dewa. Tubuh Dewa lemas, sampai-sampai ia terduduk di lantai. Dona dan kedua anaknya segera menghampiri Dewa.
"Papa tidak apa-apa?" tanya Mama Dona khawatir.
Dewa menggelengkan kepalanya, ia masih syok dengan ucapan Binar. "Maafkan Papa, Binar. Papa sudah salah dan Papa sadar jika saat ini kamu sedang marah sekali kepada Papa," batin Papa Dewa.
"Ma, lebih baik sekarang Mama bawa Papa istirahat," ucap Virlo.
"Baiklah."
Dona pun memapah Dewa masuk ke dalam kamarnya. Virlo tampak mengepalkan kedua tangannya. "Awas kamu, Binar. Aku tidak akan biarkan kamu hidup tenang, kamu adalah satu-satunya orang yang menjadi penghalang rencanaku," batin Virlo dengan geramnya.
"Aku tidak terima kamu sebut aku wanita jalang, pokoknya aku ingin wanita arogan itu mendapatkan balasannya," batin Veronika.
Kedua kakak beradik itu sama-sama ingin melakukan balas dendam kepada Binar. Sedangkan Binar, dia tampak melamun di dalam mobil. Dia berharap jika keputusannya kali ini benar karena Binar benar-benar tidak terima Mamanya diperlakukan seperti itu.
"Mama adalah hidupku, selama Mama masih ada di sampingku maka duniaku akan baik-baik saja," batin Binar.
Suga melihat Binar dari kaca spion. "Sepertinya saya harus lebih waspada lagi, karena saya yakin ketiga orang itu tidak akan tinggal diam dan mereka akan membalaskan dendam kepada Nona Binar," batin Pak Suga.
Saat ini Suga memang merasa sangat khawatir, dia yakin ke depannya nyawa Binar dan Yulia tidak akan baik-baik saja.