NovelToon NovelToon
Izin Menikah Mengubah Takdir

Izin Menikah Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Jika ada yang bertanya apa yang membuatku menyesal dalam menjalankan rumah tangga? maka akan aku jawab, yaitu melakukan poligami atas dasar kemauan dari orang tua yang menginginkan cucu laki-laki. Hingga membuat istri dan anakku perlahan pergi dari kehidupanku. Andai saja aku tidak melakukan poligami, mungkin anak dan istriku masih bersamaku hingga maut memisahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 LARAS PLIN PLAN

Aku berusaha tetap tenang menghadapi tatapan tajam dari ibu dan ayah. Aku tahu mereka tidak akan mudah menerima penjelasanku, tapi aku tetap harus mencoba.

“Aku bukannya nggak menghargai pernikahanku dengan Laras,” kataku akhirnya, mencoba memilih kata-kata yang tepat. “Tapi Aisyah masih dalam masa iddah. Itu sebabnya aku nggak mengizinkan dia pergi bersama anak-anak. Selama masa itu, dia masih berhak tinggal di rumah.”

Ibu mendecak kesal, lalu melipat tangannya di dada. “Reza, kamu dengar nggak apa yang kamu bilang? Aisyah itu sudah meminta cerai! Kenapa kamu masih peduli dengan dia?”

Aku menghela napas lagi. “Bu, ini bukan soal masih peduli atau nggak. Ini soal tanggung jawab. Masa iddah itu ada aturannya. Aku nggak bisa asal mengusir Aisyah begitu saja.”

Ayah yang sedari tadi diam akhirnya bersuara. “Jadi, sampai masa iddahnya selesai, kamu mau tetap membiarkan Laras tersiksa begini?” suaranya dalam dan berat. “Kamu pikir perasaan istri barumu nggak penting?”

Aku melirik Laras yang duduk diam di sudut ruangan. Wajahnya masih tertunduk, tapi aku tahu dia mendengarkan semuanya dengan hati yang terluka.

Aku menatap Laras yang masih diam, tertunduk, tanpa mengatakan apa pun. Ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatku heran. Kenapa dia mesti murung dan sedih seperti ini?

Padahal sebelum Aisyah meminta cerai kepadaku, dia dengan percaya diri mau menerima posisinya sebagai istri kedua. Dia tahu sejak awal bagaimana situasinya. Tapi kenapa sekarang, saat Aisyah tidak kubiarkan pergi sampai masa iddahnya selesai, dia malah tidak terima?

Aku akhirnya membuka suara. “Laras, kenapa kamu diam saja?” tanyaku, mencoba mencari jawaban.

Laras mengangkat kepalanya perlahan, menatapku dengan mata yang terlihat kecewa. “Aku diam karena aku nggak tahu harus ngomong apa lagi, Reza,” katanya pelan, tapi aku bisa merasakan emosi yang ia tahan.

Aku mengernyit. “Kenapa? Bukankah kamu sudah tahu semuanya sejak awal? Kamu sendiri yang bilang mau jadi istri kedua, kamu sendiri yang memilih menikah denganku meskipun Aisyah masih ada. Jadi kenapa sekarang kamu seolah-olah nggak terima?”

Laras tersenyum kecil, tapi senyum itu lebih mirip senyum pahit. “Aku memang menerima jadi istri kedua, Reza. Aku tahu sejak awal kalau aku nggak akan jadi satu-satunya perempuan di hidupmu. Tapi aku nggak pernah berpikir kalau setelah menikah, aku masih harus merasa seperti orang asing di pernikahan kita sendiri.”

Aku mengerutkan kening. “Maksud kamu?”

Laras menghela napas panjang. “Maksudku, aku pikir setelah Aisyah pergi, kita bisa mulai membangun rumah tangga kita sendiri. Aku pikir kamu akan fokus sama aku. Tapi kenyataannya, kamu masih terus terikat sama Aisyah. Kamu masih lebih peduli sama dia daripada aku.”

Aku mengusap wajahku, merasa frustasi. “Laras, ini bukan soal aku lebih peduli sama dia atau nggak. Ini soal tanggung jawab! Masa iddah itu ada aturannya.”

“Tanggung jawab?” Laras tertawa kecil, tapi matanya masih penuh kesedihan. “Kalau kamu benar-benar tanggung jawab, kenapa kamu nggak bisa bikin aku merasa dihargai sebagai istrimu? Kenapa aku harus terus merasa seperti pilihan kedua yang nggak pernah jadi prioritas?”

Keheningan menyelimuti ruangan setelah kata-kata Laras, dan aku masih mencoba mencerna semuanya.

Tapi sebelum aku sempat merespons, ibu angkat bicara. “Laras benar, Reza.”

Aku menoleh ke arah ibu, dan ayah pun mengangguk setuju.

“Bagaimanapun, Laras sekarang sudah resmi menjadi istrimu,” lanjut ibu. “Awalnya, kamu menikahinya dengan status sebagai istri kedua. Tapi sekarang, Aisyah malah meminta cerai. Itu artinya, Laras-lah satu-satunya istrimu.”

Aku mengusap tengkukku yang terasa tegang. Aku tahu maksud ibu, tapi aku masih sulit menerima semuanya begitu saja.

Ayah menatapku tajam. “Jadi, kalau kamu memang mau bertanggung jawab, bawa Laras pulang. Tinggal bersama istrimu. Jangan lagi ada urusan dengan Aisyah.”

Aku menegang. “Maksud Ayah…?”

“Maksud Ayah, kamu harus pisah rumah dengan Aisyah sekarang juga,” ucapnya tegas. “Jangan beri celah sedikit pun untuk kembali lagi bersama dia. Masa iddah tetap berjalan, tapi itu bukan alasan kamu masih bisa berdekatan dengannya.”

Laras menatapku penuh harap, seakan menunggu keputusanku.

Aku terdiam. Aku tahu, jika aku menuruti Ayah dan Ibu, artinya aku harus membawa Laras pergi dari rumah Aisyah. Itu berarti aku benar-benar harus melepaskan semua yang ada di belakangku dan memulai hidup baru bersama Laras sepenuhnya.

Tapi apakah aku sudah benar-benar siap untuk itu?

Pada akhirnya, aku pun menyerah. Aku tidak bisa membantah ucapan Ayah dan Ibu. Mereka benar—sekarang Laras adalah istriku yang sah, dan aku harus bertanggung jawab penuh padanya.

Namun, sebelum membawa Laras pulang ke rumah, ada satu hal yang harus kuselesaikan lebih dulu.

“Aku mengerti, Ayah, Ibu,” kataku pelan. “Aku akan membawa Laras pulang… tapi sebelum itu, aku harus berbicara dengan Aisyah dulu.”

Ibu langsung mendecak kesal. “Untuk apa lagi, Reza? Bukannya semuanya sudah jelas?”

Aku menatap ibu dengan serius. “Bu, aku nggak bisa pergi begitu saja tanpa bicara dengan Aisyah. Bagaimanapun, dia masih dalam masa iddah, dan aku masih punya tanggung jawab. Aku harus menjelaskan semuanya dengan baik.”

Ayah menghela napas berat. “Jangan sampai kamu terbawa perasaan lagi, Reza. Sudah cukup.”

Aku mengangguk. “Aku tahu, Yah. Aku cuma ingin memastikan semuanya jelas, biar nggak ada masalah di kemudian hari.”

Aku melirik ke arah Laras. Wajahnya masih penuh emosi yang ia tahan, tapi dia tidak mengatakan apa pun.

Akhirnya, aku pun bangkit berdiri. “Aku akan bicara dengan Aisyah dulu. Setelah itu, aku akan kembali dan membawa Laras pulang.”

Tanpa menunggu tanggapan lagi, aku melangkah pergi, hatiku penuh dengan kegelisahan yang tidak bisa kusebutkan namanya.

...****************...

Sesampainya di rumah, aku langsung mencari Aisyah. Aku tahu aku harus segera menyelesaikan pembicaraan ini sebelum semuanya semakin rumit.

Saat aku sampai di ruang makan, aku melihat Aisyah sedang makan bersama anak-anak. Suasana terlihat begitu hangat, mereka tertawa kecil sambil menikmati makanan. Tapi begitu aku melangkah masuk, suasana itu langsung berubah.

Tawa mereka terhenti.

Aisyah yang tadinya tersenyum, kini wajahnya berubah dingin. Tatapannya langsung menusuk ke arahku. Anak-anak pun ikut terdiam, seolah merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di antara kami.

Aku menelan ludah. “Aisyah, aku mau bicara.”

Aisyah meletakkan sendoknya dengan perlahan, lalu menatapku dengan ekspresi datar. “Bicara apa lagi, Mas? Bukankah semuanya sudah jelas?”

Nada suaranya terdengar begitu tegas, seolah tak ingin mendengar alasan apa pun dariku.

Aku menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Ini penting. Kita harus bicara berdua.”

Aisyah mengalihkan pandangannya ke anak-anak. “Kalian sudah selesai makannya? Kalau sudah, pergi ke kamar dulu, ya.”

Anak-anak tidak langsung bergerak, mereka hanya menatap Aisyah lalu menoleh ke arahku, seolah ingin memastikan apakah mereka benar-benar harus pergi.

“Dengar kata Mama,” kata Aisyah lagi, kali ini lebih lembut.

Akhirnya, mereka beranjak dari kursi dan berjalan keluar ruangan tanpa suara. Begitu mereka pergi, aku dan Aisyah saling menatap dalam keheningan yang menyesakkan.

Aku tahu pembicaraan ini tidak akan mudah. Tapi aku harus mengatakannya.

1
Yuli Yulianti
mka nya Reza kamu tu sebagai lelaki harus tegas ke ibu mu yg menjalani hidup kan kamu ..kamu ud memilih jln mu bersama Laras jgn tengok kebelakang lg cukup bertanggung jawab saja ke anak Aisyah
dyah wiryastini
Begitulah kalau jadi lelaki ga tegasss
Machmudah
karmanya blm seberapa thor
Yuli Yulianti
satu keluarga sangat egois ..kamu pikir keluarga Aisyah membiar akan cucu nya diambil kalian
Innara Maulida
aku gak rela klo Aisyah balik lagi ke keluarga toxic itu,,lagian kenapa Aisyah gak pergi jauh aja si,,..knpa masih satu kota sama cecunguk Reza itu ..iih sebel.deh
Fetnayeti Winarko
tp tdk melindungi ansk2nya yg lain...
dyah wiryastini
Ibu mertua yg sangat egoiss
Machmudah
tp kamu sdh menyakiti istrimu terdahulu
Ais
lah klo emang bnr trus kamu mau apa reza mau tanggungjwb seperti apa misalnya ngasih nafkah lahir gt jelas itu sdh tanggungjwb kamu selebihnya kamu ngak pny hak buat mengambil alih hak asuhnya apalg dia msh bayi trus ngak mungkin jg dong anak aisyah mentang"yg ketiga laki"hrs kamu ambil paksa dan minta laras yg ngurus jng ngaco kamu ya ingat kamu udah pny anak laki"dr laras jd fokus aja sm anak laras apalg anak laras membutuhkan perhatian ekstra
Machmudah
kasian Thor kl anak yg jd korban, mending dibuat mandul aja gak ada anak lg
dyah wiryastini
Reza benar benar lelaki membleee
Mar lina
buat orang tua nya
Reza menyesal seumur hidup, thor
terutama Reza yg menjadi wayang...
semangat Aisyah
kehidupan baru mu
akan datang
Innara Maulida
sukurin,,,Karama itu ,,,Jagan kasih Aisyah ketemu sama keluarga durjana lagi Thor,,,
Ais
intinya aisyah jng rujuk sm laki pecundang ini berarti aisyah hamil ya wkt cerai dr reza dan ternyata anak yg lahir dr rahim aisyah yg ketiga adalah laki"smoga laki pecundang ini ngak akan tau smp kapanpun karena klo tay bahaya bakalan direbut paksa sm orangtua reza yg laknat ini
Daulat Pasaribu
aku sih GK terima Thor si Aisya rujuk sama mantan suami GK tau diri.mending Aisyah sama pria lain aja.biar menyesal si reza
Ais
mungkin ngak ya aisyah hamil anak reza disaat dia minta cerai wkt itu dan ternyata anaknya laki"
Innara Maulida
sukurin Laras,,, ekpektasi kamu tidak sesuai dgn kenyataan...semoga Laras ke guguran dan gak bisa puny ank lagi
Innara Maulida
sukurin liat lah hasil dari curian mu laras,,dapat mertua yg otoriter dan suami yg masih berlindung di ketiak emak bapak nya,,selalu manut apa kta emak bpk nya,,,rasain lama2 kamu stres dan ke guguran...
Machmudah
Aisyah hamil anak laki2, Lara's melahirkan anak perempuan Dan gak bisa hamil lg
Yuli Yulianti
semoga Laras menghasilkan anak perempuan biar tau rasa nya jadi Aisyah ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!