Mungkin hal biasa kalo cewek cupu pacaran sama bad boy, namun kali ini kebalikanya gimana peran sicewe yang urak-urakan, suka balap liar, dan tidak mau diatur malah dia jatuh cinta dengan cowo cupu kutu buku yang anti sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketemu mama
Hari ini Minggu, Sera akan menemui ibunya dan membahas perihal masalah kuliahnya dan kepindahannya. Dengan memakai jaket dan celana jeans, Sera sudah bersiap ke rumah ibunya menggunakan motor kesayangannya.
Ia tidak akan merundingkan masalah kuliah pada ayahnya karena pasti sang ayah tidak mempedulikannya, hanya berpikir memberi uang sudah menjadi tanggung jawab seorang ayah. Tanpa memberi perhatian kepadanya.
Ia menggeleng tidak ingin berharap pada ayahnya itu.
Menuruni tangga, Sera melihat keluarganya yang tengah makan sembari bercengkrama, mengabaikan tatapan sinis dan sindiran dari kakak tirinya itu.
"Mau ujian kelulusan bukannya belajar malah keluyuran nggak jelas!"
Tidak meladeni ucapan itu, dia hanya terus berjalan untuk mengambil motornya.
"Mau ke mana kamu, Sera?" sang ayah membuka suaranya. Tumben dia menanyakan dirinya.
"Main."
Jawab Sera seadanya dan keluar rumah, dia tidak ingin bicara yang jujur ingin bertemu dengan ibunya dan membahas kelanjutan kuliahnya. Ayahnya bisa marah jika dirinya bertemu dengan sang ibu. Hak asuh jatuh ke tangan ayah, dan pertemuan ia dan sang ibu dibatasi.
Padahal mengapa sang ayah ingin dirinya bersama dia, jika hanya untuk diabaikan dan menjadi pelampiasan marah, tidak memberikan perhatian padanya, hanya cuek bahkan tidak meminta izin atau bicara padanya saat ingin menikah lagi.
Melanjutkan perjalanan dengan tenang dan damai, Sera mencoba berdamai dan menerima jalan hidupnya saat ini. 40 menit untuk sampai ke rumah sang ibu.
Masuk ke halaman dan memarkirkan motornya, ia melihat sang ibu sudah menunggu dirinya di pintu rumah.
"Sera!" ibu berteriak dan memeluk tubuhnya erat. Mereka memang jarang bertemu.
Masuk ke rumah sang ibu dan berbincang-bincang dengan cemilan yang sudah disiapkan.
"Gimana sekolahmu, Sera?"
"Em baik, Mah," jawab Sera sambil meneguk minuman yang sudah disiapkan ibunya.
"Kamu masih jadi brandalan ya? Kemarin Mama melihatmu," sambil menoyor kepala anaknya.
"Iya, Ma, hehe, tapi aku sudah sering giat belajar loh, Mah, gara-gara seseorang."
"Bagus dong, siapa itu? Temanmu kah?"
"Pacar sih, Mah. Dia bisa bikin aku berubah... tapi sekarang hubungan kita sedang merenggang," Sera mencoba menjelaskan. Dia baru berani bilang tentang hubungan cintanya kepada sang ibu.
"Wah... Mama senang kalau Sera menemukan seseorang yang bisa membuat Sera lebih baik lagi. Tapi kenapa hubungan kalian merenggang? Segeralah berbaikan jika kamu masih ingin bersamanya."
"Semenjak sahabat ceweknya pindah ke sekolah Sera, Gara jadi lebih memperhatikan sahabatnya itu daripada Sera yang pacarnya. Bahkan Gara sampai bentak-bentak Sera demi cewek itu. Setiap hari cewek itu selalu menempel ke Gara bahkan menggoda saat ada Sera di situ. Aku harus bagaimana, Ma?"
"Apa pernah Gara itu bercerita sesuatu padamu mengenai sahabatnya itu?"
Sera menggeleng sebagai jawaban.
"Mungkin ada sesuatu dari sahabat pacarmu itu. Jika Gara benar-benar mencintaimu, pasti dia akan bilang sesuatu padamu. Tapi jika dia terus seperti itu, kamu harus siap kehilangannya. Mungkin saja dia suka dengan sahabatnya."
"Iya, Mah..." Sera mengangguk sedih. Dirinya tidak siap jika harus berpisah dengan Gara, tapi jika lelaki itu memutuskan hubungan ini, dia harus terima.
"Sudah-sudah, jangan bersedih. Kalau dia memang jodohmu, pasti akan bersama lagi," sang ibu mencoba menenangkan Sera agar tidak overthinking.
"Iya, Mah, Sera percaya kok jika dia ditakdirkan untuk Sera, pasti kembali lagi."
"Yaudah, gimana? Kamu memilih kampus pilihanmu atau ikut pilihan Mama?"
"Aku tidak ada niatan untuk kuliah di sini, Ma. Aku ikut usul Mama di Paris."
"Kamu sudah bilang ini ke ayahmu?"
"Belum, Mah. Lagian ayah kan selalu cuek pada Sera, apalagi mencoba bicara tentang masa depan Sera."
Ibu Sera merasa kecewa dan sedih akan sifat mantan suaminya itu. Mengapa pria itu begitu jahat pada anaknya sendiri?
"Oke, apapun keputusan dan cita-citamu, Mama pasti akan dukung dan terus bersamamu. Temanmu gimana?"
Mereka sudah tahu anna sudah pernah bilang, meskipun cukup sedih harus pisah dengan mereka."
"Itulah namanya hidup anna bertemu dan berpisah nanti kalian juga akan bertemu kembali"
"Iya mah anna paham"
"Pacarmu sudah tahu?"
Menggela nafas berat anna menggeleng
"Belum ma anna tidak bilang padanya, takut juan sedih sih, kalau dia bilang perihal hubungan ini mungkin anna juga akan bilang masalah ini pada juan.."
"Baiklah ayo makan dulu na ngobrolnya nanti lagi, kamu jadi terlihat murung. Anna yang badgirl sekarang jadi sad girl hehe.." sang ibu mencoba menghibur anna yang tengah galau itu.
"iih mama!!"
Akhirnya mereka melepas rindu karena jarang bertemu, semandirinya anna dirinya masih butuh kehangatan dan perhatian dari sang ibu.