Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Kepala dapur dan tim tengah sibuk menyiapkan pesanan PT Sentosa, kali ini kepala dapur Bu Yogi yang memimpin untuk melakukan tugas tersebut.
Sedangkan Alina hanya sibuk di ruangan. Ia hanya memonitoring dari ruangannya untuk memastikan pesanannya sesuai dengan apa yang diminta klien.
Pagi ini pukul sepuluh rencananya pesanan siap diantar ke PT Sentosa. Pengantaran dipimpin oleh Sari. Alina tentu saja tidak ikut dia lebih memilih untuk duduk diam di Kantornya.
Sementara itu, di kantor PT Sentosa, Raffa sudah bersiap untuk menerima pesanan kateringnya. Rasa gugup menyeruak dalam dirinya bukan katering yang ia tunggu melainkan orang yang akan mengantarkan katering tersebut. Dilihatnya jam tangan yang sudah menunjukan pukul 11 kurang 15 menit.
“lima belas menit lagi,” gumam Raffa sambil melihat pintu depan kantornya.
“Selamat siang, Pak,” sapa seorang karyawan yang tampak aneh melihat bosnya tengah berdiri di lobby kantor.
“Siang juga,” balas Raffa acuh meski tahu ia sedang dibicarakan karyawannya karena tingkahnya yang tak biasa.
Tepat pukul 11 seseorang memasuki lobby kantor, dengan tangannya yang tampak sibuk membawa barang bawaan yang banyak.
“Itu pasti dia,” sahut Raffa semangat dengan senang hati ia menghampiri tim Katering yang sedang berjalan terburu-buru.
Di lihat nya satu persatu orang yang lalu lalang membawa hampers makanan, tetapi tidak ia temukan sosok yang ia tunggu itu sedari tadi.
“Kemana dia? kenapa tidak ada? Apa dia tahu aku sedang menunggunya,” batin Raffa kecewa usahanya yang menunggu sedari tadi itu sia-sia.
Dia lalu kembali ke ruangannya dan berpikir sejenak tentang apa yang harus ia lakukan untuk menjelaskan semuanya kepada Alina.
Tiba-tiba terbersit satu ide, agar setidaknya Alina bisa memahami akan tindakannya. “Sebelum petugas Katering itu pergi aku harus cepat,” gumamnya.
Setelah beberapa menit berlalu Raffa kemudian berlari ke pantry untuk menemui salah satu karyawan Alina
Ia mencari-cari ke berbagai sudut pantry, tetapi ia tidak menemukan satu orang pun kecuali OB yang sedang menata hampers makanan diatas meja.
“Kemana orang yang mengirim hampers ini,” tanya Raffa dengan napas tersengal.
“Su..sudah pergi Pak,” sahut OB wanita paruh bata itu.
“Ah, sial aku terlambat!” pekik Raffa kesal, sambil meremas rambutnya kasar.
“Ada apa Pak, apa ada yang penting?” tanya OB itu walaupun, agak sedikit ragu.
“Iya ada hal penting yang harus saya titipkan kepada mereka,” jawab Raffa pelan dan pasrah.
“Tadi Sepertinya Bu Sari masih di sini Pak, tadi saya lihat beliau sebelum pergi katanya dia mau ke toilet dulu,” ucap OB itu yakin..
“Benarkah?” Seketika ia bersemangat kembali seperti mempunyai harapan baru ia lalu segera pergi ke toilet itu dan menunggunya di depan toilet. Karena tentu saja ia tidak bisa masuk kesana.
Dengan tatapan aneh seorang karyawan melihat Raffa yang tengah berdiri di depan toilet wanita.
“Dina, bisa kamu bantu saya,” ujar Raffa meskipun ragu dan malu tapi apa daya ia harus memastikan Sari masih ada di toilet sana.
“Bisa kamu panggilkan orang bernama Sari di dalam toilet saya ada perlu dengannya,” ujar Raffa.
“Ba..baaik Pak,” jawab Dina cepat walaupun banyak pertanyaan di benaknya.
Setelah beberapa lama. Seorang wanita dengan rambut coklat yang di kuncir itu datang
“Maaf, Pak. Bapak memanggil saya,” tanya Sari gugup setelah diberitahu orang yang mencarinya adalah Direktur PT Sentosa.
“Kamu Sari? Yang Bekerja di katering milik Alina?” tanyanya pelan.
“I..iya betul Pak,” jawab Sari.
“Boleh saya minta tolong sama kamu?” Sari mengangguk pelan. “Tolong ini berikan kepada Alina dan pastikan ia menerima langsung bisa?”
“Baik Pak,” ucap Sari.
“Baik, Terima kasih banyak,” ucap Raffa lalu meninggalkan Sari dengan sebuah amplop putih di tangannya.
“Astaga,” ucap Sari dengan kaki gemetar ia pikir ia melakukan kesalahan besar hingga di datangi seorang Direktur. Jantungnya belum berhenti berdegup kencang.
Setelah sampai di di kantor Sari dengan terburu-buru mencari keberadaan Alina ia mendatangi ruangan Alina, tetapi kosong lalu mencari ke rumah Katering juga tidak ada. “Kemana dia?” gumam Sari ia mematung sambil berpikir kemungkinan tempat Alina berada.
“Sari kamu kenapa diam di situ seperti patung,” ujar Bu Yogi sambil menepuk bahu Sari hingga dia terkejut.
“Astaga Bu Yogi, bikin kaget aja, ini Bu saya lagi nyari Bu Alina dia kemana yah di kantor gak ada di sini juga gak ada,” ucapnya heran.
“Kenapa kamu tidak telepon saja sih Sari daripada bingung seperti itu.”
“Oh iya ya kenapa gak kepikiran dari tadi,” sahut Sari sambil ia menepuk jidatnya yang lebar.
“Dasar!” ucap Bu Yogi sambil menggelengkan kepalanya.
“Halo Bu Alina ibu dimana,” tanya Sari.
“Saya lagi makan siang sama teman saya Sari kenapa? “
“Ini Bu, ada titipan sebuah amplop dari Direktur PT Sentosa,” Jawab Sari.
“Titipan amplop apa, Sari?”
“Saya juga gak tahu Bu, yang jelas ini sebuah amplop. Apa mungkin ibu dapat bonus besar dari PT Sentosa,” celetuk Sari.
Alina berpikir sejenak masa iya dia dapat titipan uang dari Raffa. Rasanya tidak mungkin pikir Alina.
“Ya, sudah simpan dulu nanti pas saya ke kantor baru kamu kasih saya.”
“Baik Bu,” ucap Sari mengakhiri telepon.
“Kenapa Al,” tanya Nadia mereka sedang menikmati makan siang bersama di sebuah restoran dekat kantor Alina.
“Itu kata sekretaris gue, gue dapet titipan amplop dari direktur PT Sentosa,” ucapnya ragu.
“Maksud lo dari Raffa?” tanya Nadia penasaran.
“Mungkin,” jawab Alina. Ia merasakan perasaan yang tak karuan.
“Mau apa dia ngamplop begitu emang lo nikah?” ucap Nadia sekenanya ia juga merasa kesal kepada Raffa karena tindakannya yang menghilang tiba-tiba.
“Gak tau gue juga kayaknya gue balik ke kantor dulu yah Nad.”
“Tapi, kabarin gua yak."
“Oya Nad, insya Allah,” ucap Alina bergegas pergi ia penasaran amplop apa yang dimaksud Sari itu.
Jarak dari restoran ke kantor Alina memang cukup dekat tak heran jika dalam 10 menit saja Alina sudah sampai dikantor
“Bu Alina!” teriak Sari ia lalu menghampiri Alina dan memberikan amplop putih itu kepada Alina.
“Ini Bu, titipan dari direktur PT Sentosa,” ucapnya sambil menyerah amplop berwarna putih itu .
Alina segera mengambil amplop itu. “Terima kasih Sari.” Lalu ia bergegas ke ruangannya. Ia duduk sejenak untuk mengistirahatkan tubuhnya dan memandangi amplop itu
Perlahan ia membuka amplop itu yang ternyata berisi sebuah surat yang ditulis tangan oleh Raffa lalu dengan seksama ia membaca surat itu.
Pipi Alina basah ketika membaca surat pemberian dari Raffa. Apa sebenarnya isi surat itu…
Guys jang lupa kasih like, subs dan komen thankyou 🥰