NovelToon NovelToon
Langit Yang Redup

Langit Yang Redup

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰

------------------------

"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"

Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.

"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."

Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?

"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"

Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.

Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Garis dua

Semenjak kepergian Mikail membuat Ifa semakin kesulitan. Bahkan sekertaris barunya juga tidak sama seperti Mikail dalam cara kerjanya.

Ada rasa kehilangan di hati Ifa. Tapi, hanya sebatas partner kerja saja.

Hari-hari yang Ifa lalui begitu berat. Perusahaan semakin merosot. Namun, ada hikmah juga di balik itu. Dengan keadaan itu, Ifa perlahan sudah melupakan Akmal. Rasa sakit yang pernah Ifa rasakan perlahan mengering dengan sendirinya.

Allah selalu punya cara untuk menyembuhkan luka hambanya. Mungkin, sekilas kita merasa lelah dan rapuh. Itu hal wajar karena sifat manusiawi.

Kita sering bertanya? Kenapa Allah selalu terus menerus menguji dan menguji. Kenapa harus aku? Tidak orang lain. Karena Allah tahu, kamu mampu menjalaninya.

Selalu ada hikmah di balik cobaan yang kita hadapi. Sabar dan ikhlas kan agar hati kita lapang. Terasa sulit. Memang! Tapi itulah roda kehidupan.

Setiap orang punya ujiannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menjalaninya saja.

Sama seperti Ifa. Memang berat. Tapi, itulah yang harus Ifa lewati.

Tanpa sadar, bahwa itu membuat Ifa kuat. Dan lebih dewasa lagi dalam menyikapi setiap masalah yang di hadapinya.

Jangan katakan Ifa kuat! Nyatanya Ifa tak sekuat itu. Tapi, Ifa berusaha menutupi lukanya. Dengan menyibukkan diri.

Ifa tak lagi lembur seperti biasanya. Ifa memutuskan selalu pulang tepat waktu karena tak mau membuat kedua orang tuanya khawatir.

Di depan keluarga, seperti biasa Ifa akan bersikap biasa. Bahkan, Ifa perlahan kembali pada dirinya yang dulu.

Rumah yang terasa hening kini kembali bersua lagi. Suasana benar-benar kembali ke titik awal di mana Ifa belum menikah.

Bahkan Ifa makan begitu lahap dan banyak. Apalagi, ummah Sinta masak hampir semua menu kesukaan Ifa.

Harfa menatap kakak Ifa intens. Terasa ada yang berbeda. Ingin sekali Harfa bicara dari kemaren-kemaren. Namun, Harfa takut jika itu akan menyinggung perasaan kakak Ifa. Tapi, bukan Harfa namanya jika tak penasaran.

"Kakak."

"Hm, kenapa?"

"Kakak hamil?"

Uhuk!

Uhuk!

Bukan hanya Ifa yang tersedak. Ummah Sinta dan Abi Farel juga ikut tersedak akan pertanyaan Harfa.

Ifa menghentikan kunyahannya. Terdiam, seolah sedang mencerna pertanyaan Harfa. Ifa mengingat-ingat kapan terakhir ia datang bulan.

Jantung Ifa berdetak kencang. Rasa takut tiba-tiba menghantui.

"Maaf kak, tapi kakak seperti orang hamil. Nafsu makan kakak juga bertambah. Dan ..,"

Harfa tak kuasa melanjutkan perkataannya lagi. Melihat raut wajah kakak Ifa berubah pias.

Harfa seorang dokter, sangat tahu betul dengan perubahan kakak Ifa. Apalagi, Harfa tahu. Kakak Ifa tak pernah makan sebanyak itu. Se-doyan-doyannya kakak Ifa makan. Tidak pernah begitu.

Bahkan, sejak kapan Ifa melampiaskan rasa sakitnya pada makanan. Itu seperti bukan kakak Ifa yang Harfa kenal. Apalagi, di lihat-lihat. Tubuh kakak Ifa terlihat berisi.

Bukan Harfa sok tahu, tapi!

"Jangan membuat kakak takut, dek."

Cicit Ifa gemetar. Bahkan, nafsu makan Ifa tiba-tiba hilang begitu saja.

Ifa baru ingat jika ia telat datang bulan. Biasanya Ifa dan Harfa jika datang bulan pasti tak jauh selisih hari.

Ifa benar-benar takut, jika dirinya benar-benar hamil. Bukan Ifa tak menginginkannya hanya saja.

"Periksa, kak."

Ujar ummah Sinta angkat bicara. Membuat Ifa menelan ludahnya kasar.

Apa ia Ifa hamil?

Membayangkannya saja Ifa tak pernah. Ifa berharap tak pernah ada janin di dalam perutnya. Bukan Ifa tak ingin, hanya saja Ifa tak mau anaknya lahir tanpa sebuah cinta dan kasih sayang. Apalagi, harus mendapatkan ayah seperti Akmal.

Abi Farel menatap kakak Ifa rumit. Bibirnya ter-katup. Terasa berat dan sulit untuk sekedar bertanya.

Ifa benar-benar tak tahu harus bicara apa. Pasalnya Ifa tak merasakan apapun akan kehamilan. Bukankah, biasanya orang hamil selalu mual?

Ifa merasa baik-baik saja, bahkan tak sedikitpun merasa mual. Tubuhnya juga terasa baik. Walau memang, nafsu makan Ifa akhir-akhir ini banyak. Apa berpengaruh!

Ifa masih berpikir dengan kebingungannya sendiri. Bertanya-tanya akan keadaan dirinya.

"Kakak."

Panggil Harfa membuat Ifa tersentak. Ifa benar-benar seperti orang linglung.

"Kakak gak tahu!"

Ujar Ifa benar-benar gak tahu menahu. Apa ia benar-benar hamil atau tidak.

"Besok kita periksa ya, untuk memastikan?"

"Gak, mau."

Ifa menolak keras. Ifa benar-benar takut akan hasilnya.

"Cuma periksa kak, untuk memastikan. Harfa lihat kakak seperti orang hamil."

Lagi, Ifa terdiam tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Ifa tiba-tiba pamit, pergi ke kamar. Ifa tak mau mendengar tentang kehamilan.

Bahkan Ifa langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Berharap ia cepat tidur. Agar apa yang Ifa dengar itu hanya kilasan mimpi.

Tapi, bukannya Ifa langsung tidur. Ifa terus gerak-gerak ke kanan kiri. Matanya sulit sekali terpejam.

Pertanyaan Harfa benar-benar mengusik pikiran Ifa. Ifa harus siapa di hadapkan lagi dengan sebuah kenyataan lain.

Benarkah Ifa hamil. Ifa berharap tak ada mahluk yang tumbuh dalam perutnya. Membayangkannya saja Ifa tak pernah. Ifa sangat membenci Akmal bagaimana bisa Ifa harus mengandung benihnya.

Mata Ifa terlihat memerah dan sedikit bengkak. Akibat tidak bisa tidur. Kepala Ifa sedikit pusing.

Namun, Ifa harus pergi ke kantor.

Suasana pagi ini kembali nampak berbeda.

Abi Farel, ummah Sinta dan Harfa diam melihat raut wajah Ifa. Mereka tak berani bertanya karena sudah mengerti apa yang terjadi pada Ifa.

"Dek."

Ucap Ifa lemah membuat Harfa langsung berbalik melirik kakak Ifa.

"Antar kakak beli test pack."

"Ba-baik, kak."

Jawab Harfa, Harfa menelan ludahnya kasar. Seperti nya kakak Ifa sedang tak baik-baik saja. Melihat raut wajahnya yang terlihat tegang membuat semua orang ikut tegang.

Harfa benar-benar mengantar kakak Ifa membeli test pack. Ifa meminta Harfa yang membelinya. Bukan apa-apa, karena Harfa yang paling tahu mana merk yang bagus.

Sudah selesai membelinya. Ifa kembali ke rumah. Ifa sengaja menggeser jadwalnya.

Ummah Sinta sudah menunggu, ikut merasakan cemas juga. Ummah Sinta tak menyangka jika putrinya harus mengalami hal seperti ini.

"Ummah, kakak takut."

Lilih Ifa benar-benar merasa takut.

"Bismillahirrahmanirrahim, kak. Coba test apapun hasilnya kita pikirkan nanti."

"Jika benar hamil, gugurkan saja."

"Astaghfirullah! Dek."

Tegur Ummah Sinta terkejut akan ucapan putri bungsunya.

"Aku gak mau punya keponakan anak laki-laki bajingan itu. Kasihan juga nanti nasib anak itu."

Saking kesalnya Harfa tak bisa mengontrol emosi. Harfa berharap kakaknya tidak hamil. Walah Harfa sendiri ragu akan diagnosa dirinya sendiri.

Ummah Sinta tak bisa berkata apa-apa. Hatinya cukup sakit.

Ifa semakin deg-degan, perasaan nya campur aduk. Ifa mencoba menggunakan test pack tersebut. Bukan cuma satu yang Ifa gunakan tapi beberapa test pack.

Wajah Ifa nampak pucat keluar dari kamar mandi. Jantungnya berdegup kencang. Ifa merasa tak sanggup untuk menatapnya.

"Bagaimana, kak?"

Harfa dan ummah Sinta sudah tak sabar ingin tahu hasilnya.

Sedang Abi Farel sejak tadi hanya diam saja dengan pikirannya sendiri.

Tubuh Ifa mematung, dengan tatapan mulai kosong. Membuat ummah Sinta langsung mengambil test pack tersebut.

"Garis dua."

"Kakak!"

Pekik Harfa menahan tubuh kakak Ifa yang terlihat lemah. Kenyataan apa lagi yang harus Ifa hadapi.

" ....,, Kenapa lagi, kau mengujiku, Tuhan."

Batin Ifa merasa lemah. Ifa tak tahu apa harus bagaimana atau tidak.

Bersambung ...

Jangan lupa Like,, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ....

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Oh malang sekli hidup zain kecil, smg hnya prank aja, smg ada kesembuhan untuk baby kecil... Smngt
Siti Wiharti
bagus ceritanya jadi terbawa ikut ngerasa jadi Ifa😭
Rahma Qolayuby: Alhamdulillah, terimakasih kakak. Jangan jadi Ifa ya🤭
total 1 replies
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍👍👍😍
Jumi Saddah
ntar lahir jgn mirip bapak tpi mirip ibu nya,,,
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Diah Bundayaputri
dasar biadab😡😡😠😠😠👹👹👺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!