NovelToon NovelToon
Dicintai Sepenuh Hati Oleh Suami Express

Dicintai Sepenuh Hati Oleh Suami Express

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:140.4k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

[REVISI]
.
.
.
Akibat masyarakat yang memiliki tradisi kolot, mereka terpaksa melakukan pernikahan di bawah tangan hanya karena berteduh dari hujan disebuah pos kampling. Dua orang yang tidak saling mengenal itu diikat dalam ikatan yang sakral secara tiba-tiba.

Qiana Nadhifa, gadis yang dikenal pendiam dan jarang keluar rumah itu pun seketika menjadi hujatan masyarakat. Tidak ada yang mempercayainya, bahkan Ibunya sendiri memojokkannya sehingga ia menikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Kamu istriku. Aku akan menerima kekurangan mu dan terimalah kekurangan ku sebagai seorang suami." Abhaya Chandra.

Apakah pernikahan keduanya berujung keberkahan Allah? Bagaimana keduanya bersatu dengan perbedaan dan masa lalu mereka?

Author Note: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan setting cerita, semua murni kebetulan. Semoga pembaca suka dengan karya keempat saya...
Terimakasih atas dukungannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Mengurus Surat Nikah

[REVISI]

.

.

.

Bapak mengambil cuti satu minggu guna mengurus surat nikah Chandra dan Qiana. Beliau pagi-pagi sekali telah pergi ke rumah Pak Dukuh untuk meminta surat pengantar yang nantinya akan dibawa ke Kelurahan. Di Kelurahan, Bapak mendapatkan isian Blangko N1, N2, N3 dan N4. Bapak mengisi Blangko tersebut di kecamatan disaksikan oleh pegawai yang bertanggung jawab karena Bapak sebagai penerima kuasa. Selesai mengisi Blangko, Bapak melanjutkan ke kantor KUA untuk mendapatkan Surat Pengantar Rekomendasi Nikah karena Qiana yang berasal dari daerah lain.

Bapak menuliskan alamat lengkap Qiana di sana sesuai dengan yang Qiana tuliskan sebelumnya. Beliau juga melampirkan Akte Kelahiran, KTP dan Kartu KK serta pas foto yang telah Chandra siapkan. Setelah semuanya sudah mendapat pengesahan dari pihak KUA, Bapak kembali pulang untuk menemui Qiana.

Qiana yang sudah menunggu kedatangan Bapak bersama Mamak, menyambut Bapak di teras. Bapak mengatakan jika hari ini mereka berangkat ke Rembang untuk mengurus surat nikah. Sekalian Bapak dan Mamak akan mengantarkan seserahan yang seharusnya Qiana terima sebagai menantu mereka. Qiana menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam kamar untuk bersiap.

Qiana yang baru saja keluar rumah dikejutkan dengan kehadiran mobil pickup yang penuh dengan tumpukan karung beras, beberapa bungkusan dan beberapa kardus yang isinya tidak ia ketahui. Bahkan Bapak keluar dari rumah tengah dengan membawa 2 pasang ayam bangkok kesayangannya yang kemudian diserahkan kepada sopir pickup yang Qiana kenal bernama Kang Badi. Anak dari "Siwo" (Budhe) pihak Mamak.

"Nyapo malah ngelamun, Na?" tanya Mamak yang membawa tas besar kemungkinan berisi pakaian.

(Kenapa malah melamun, Na?)

"Boten Mak. Niku Kang Badi badhe teng pundi?"

(Tidak Mak. Itu Kang Badi mau kemana?)

"Kuwi sek arep di gowo nyang nggonmu. Mengko dipasrahke ibukmu." jawab Mamak yang kemudian masuk ke dalam mobil.

(Itu yang akan di bawa ke rumah mu. Nanti akan diserahkan ke ibu kamu.)

Qiana hanya diam dan mengikuti Mamak memasuki mobil di jok belakang. Selain Bapak, ada juga Mas Fatir di samping kemudi. Hal ini dikarenakan jarak tempuh ke rumah Qiana yang jauh membuat Bapak harus bergantian dengan Mas Fatir untuk mengemudi. Perjalanan pun dimulai, Bapak yang sudah hafal dengan medan ke Jawa Tengah pun memimpin di depan.

“Na, mengko aku karo Bapak bakal ngomong karo Ibukmu jaluk awakmu dadi mantuku. Misale Ibukmu pengen duwe gawe, aku karo Bapak siap nanggung biayane. Tapi yo kudu ngenteni Bhaya cuti acarane.” Jelas Mamak.

(Na, nanti Mamak dan Bapak akan berbicara dengan Ibu kamu untuk memintamu menjadi menantu secara langsung. Misalkan Ibumu mau mengadakan acara, kami siap untuk menanggung semua biayanya. Tetapi harus menunggu Bhaya cuti acaranya.)

Qiana hanya menunduk, ia tidak tahu tanggapan seperti apa yang akan diberikan sang ibu jika mendengar maksud Mamak. Chandra sebagai suaminya saja belum mendapatkan pengakuan, bagaimana dengan kedatangan orang tuanya Pikiran Qiana penuh dengan prasangka, yang terburuk adalah sang ibu menolak kedatangan mertuanya. Tetapi kemudian Qiana menyebut Asma Allah untuk menghilangkan prasangkanya. Ia pun berdoa agar Ibu Ningsih bisa menerima kedatangan kedua mertuanya yang bermaksud baik.

Perjalanan kali ini berbeda dengan yang ia lewati ketika berangkat bersama Chandra. Memang sama-sama lewat jalur Solo-Purwodadi, tetapi Bapak mengambil jalur Kedung Ombo yang nantinya akan sampai Pati. Beliau mengambil rute tersebut dengan pertimbangan mereka akan sampai di Rembang pada malam hari, maka sebaiknya menginap di hotel yang ada di Rembang sebelum paginya mereka berkunjung ke rumah Qiana.

Qiana yang sudah meminta kenalannya untuk mengirimkan makanan dan snack ke rumah pun mengirimkan pesan jika waktunya diubah. Kenalannya mengatakan hal tersebut tidak masalah. Qiana juga mengabari Afifah jika ia akan ke rumah besok pagi.

Sekitar pukul 21.00 mereka sampai di Kota Rembang, Qiana mengarahkan Bapak ke sebuah hotel menengah yang berada di selatan Kota Rembang. Mobil pun memasuki pelataran hotel dan Mas Fatir keluar terlebih dahulu untuk memesan kamar.

Pukul 07.00 tepat, semua sudah berkumpul untuk perjalanan ke rumah Qiana yang ditempuh sekitar 1 jam. Ketika mobil memasuki gang ke arah rumah Qiana, banyak pasang mata yang memperhatikannya dan berbisik-bisik. Tentu saja hal tersebut tidak asing untuk Qiana yang sudah terbiasa dengan tetangganya yang suka bergosip, tetapi yang ia khawatirkan adalah kedua mertua dan kakak iparnya.

Sampai di pelataran rumah Qiana, ada Afifah yang menunggunya di bawah pohon kersen. Qiana turun terlebih dahulu dan masuk ke dalam rumah mencari sang ibu. Ibu Ningsih masih di dapur menyiapkan sarapan, kedatangan Qiana yang sudah beliau tebak tidak membuat beliau bergeming dari tempatnya memotong sayuran.

"Bu, Bapak kalihan Mamak sampun teng ngajeng." kata Qiana sambil mencium punggung tangan sang ibu.

(Bu, Bapak dan Mamak sudah ada di depan.)

Tanpa berkata apa pun, Ibu Ningsih beranjak dari duduknya untuk mencuci tangan dan keluar untuk menemui besannya. Qiana menghembuskan nafas berat. Semoga saja semuanya berjalan lancar, harapnya.

Mamak dan Bapak yang sudah di depan rumah pun dipersilahkan masuk oleh Ibu Ningsih. Qiana keluar dengan nampan berisi teh hangat yang ia buat dan bergabung dengan Ibu Ningsih, sedangkan Afifah memilih untuk tetap di bawah pohon kersen.

“Kulo Sri Mulyono, niki estri kulo Ranti kalihan niki pembarepe kulo, Fatir.” Bapak memperkenal anggota yang datang.

(Saya, Sir Mulyono, ini istri saya Ranti dan anak sulung saya, Fatir.)

“Nggih, kulo Ningsih.” Jawab Ibu Ningsih yang menyambut uluran tangan Bapak dan Mamak.

(Ya, saya Ningsih.)

“Ananing kulo kalih estri kulo teng mriki amargi niatan badhe nyuwun Qiana, yoga panjengan dados mantu. Menawi njenengan badhe gadah damel, kulo kalihan estri siap nanggel sedoyo ragat ipun.” Bapak mengutarakan maksud kedatangannya kepada Ibu Ningsih.

(Saya dan istri saya datang kesini dengan niat meminta Qiana, anak Ibu Ningsih sebagai menantu. Apabila Ibu mau mengadakan acara pernikahan, saya dan istri siap menanggung semua biaya.)

“Niki, mahar saking kulo kalihan estri kulo kagem Qiana.” Mamak menyerahkan sebuah amplop cokelat kepada Ibu Ningsih.

(Ini mahar dari saya dan istri untuk Qiana.)

“Kulo minangka wali saking Abhaya Chandra, ngaturaken pangapunten menawi kedadosan Bhaya kalihan Qiana meniko damel njenengan wirang.” Imbuh Bapak.

(Saya selaku orang tua Abhaya Chandra, mengucapkan maaf atas kejadian Bhaya dan Qiana yang membuat Anda malu.)

Ibu Ningsih seperti tidak percaya dengan pendengarannya. Orang tua laki-laki yang menikahi Qiana memperlakukannya dengan sopan dan meminta Qiana dengan baik-baik sebagai menantu mereka terlepas dari pernikahan anaknya dan Qiana yang mendadak karena paksaan warga. Bahkan orang tua Chandra meminta maaf atas kejadian yang membuatnya malu.

“Boten punopo, Pak. Kulo boten ajeng gadah damel, manawi njenengan boten kawratan damel syukuran balewismo mawon.” Ibu Ningsih dengan cepat menguasai situasi.

(Tidak apa-apa, Pak. Saya tidak mengadakan acara, jika tidak keberatan buat syukuran pernikahan saja.)

“Nggih, Bu. Kulo nderek panjenengan mawon.” Bapak dan Mamak setuju dengan Ibu Ningsih.

(Iya, Bu. Saya ikut keputusan Ibu.)

Bapak pun mengatakan jika syukuran pernikahan sebaiknya dilakukan ketika anaknya cuti nanti. Bapak bertanya apakah pada tanggal yang beliau tentukan Ibu Ningsih setuju, Ibu Ningsih menganggukkan kepalanya setuju. Setelah sepakat, Mamak memasrahkan seserahan yang telah disiapkan kepada Ibu Ningsih dan meminta Kang Badi untuk menurunkannya sekalian memasukkannya ke dalam rumah.

Selama proses tersebut, tetangga Qiana berdatangan untuk menyaksikan dan ada juga yang membantu untuk menurunkan barang, ada pula yang berbisik-bisik betapa beruntungnya Qiana mendapat suami dadakan yang begitu royal. Seolah mereka lupa, mereka yang turut andil dalam pernikahan yang Qiana jalani sekarang.

Ketika semua barang telah masuk ke dalam rumah, bertepatan dengan pesanan Qiana yang sampai. Qiana membantu temannya menghidangkannya di ruang tamu agar memudahkan tamu untuk menikmati makanan. Ibu Ningsih mengajak besan beserta tetangga yang datang yang tidak lain adalah sepupu Qiana dari pihak Ayahnya untuk menikmati hidangan. Semua orang menikmati makanan yang telah disajikan, sedangkan Qiana berbicara dengan temannya, Laili.

Qiana membayar makanan yang ia pesan dengan uang cash yang sebelumnya ia ambil karena Laili tidak memiliki nomor rekening. Ia juga mengucapkan terima kasih atas kesanggupan Laili menerima pesanannya yang mendadak. Laili juga mengucapkan terima kasih karena Qiana memesan kepadanya, kebetulan akhir-akhir ini usaha catering nya sedang sepi. Qiana tersenyum, ia bersyukur bisa membantu temannya semasa SMP tersebut.

1
Yani
Memang jangan suka liat tampang sama penampilannya tapi tetap aja suka takut 🙏
Yani
Heru karma di bayar kontan
Melki
next
Meymei: siap kak 😊
total 1 replies
Ai Maswah
Luar biasa
Meymei: Terima kasih dukungannya kakak ☺
total 1 replies
Melki
next
Meymei: ditunggu yah..
total 1 replies
yunita
lnjut
Meymei: siap kak.. ditunggu yah☺
total 1 replies
Ria Nasution
sesuatu yang direbut belum tentu akan menjadi milik kita selamanya
Meymei: bener banget kak, karena bukan rezeki kita..
total 1 replies
Tri Yani
wah ternyata....
Meymei: ternyata... 🤭
total 1 replies
Melki
next
Yani
Ada dengan Heru ko panik gitu ?
Meymei: ada di bab selanjutnya kak.. hihihi
total 1 replies
Nabilah
setuju ini thor
Nabilah
please selesai sampai sini aj thor!
Meymei: ikuti terus kelanjutannya ya kak.. hihi
total 1 replies
Yani
Semoga Qiana cepat sembuh dari rasa takutnya
Meymei: aamiin..
total 1 replies
Yani
Semoga setelah kejafian ini si Novi bisa menjadi orang baik
Meymei: aamiin...
total 1 replies
Yani
Kasih orang tuanya kelakuan si Novi biar jera
Meymei: kasih tau maksudnya kak? 😅
total 1 replies
Yani
Makasih thor rencana ulet bulu ga berhasil
Meymei: hihihi 😆
total 1 replies
Yani
Jsngsn ssmpsi berhasil thor recana busuk si Novi jangan biar ulet bulu menang thor
Meymei: pantengin SMP akhir kak
total 1 replies
Melki
next
Meymei: siap kakak... ☺
total 1 replies
Nabilah
lebih horor drpd setan ini!
Meymei: hehehe bisa aj kak
total 1 replies
Melki
next
Meymei: siap kak.. ditunggu yah..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!